Part 1

29 1 0
                                    

Blitz kamera terus saja mengikuti ke manapun perempuan itu pergi. Dia terus tersenyum tanpa henti, dan sesekali menjawab pertanyaan wartawan. Paras cantiknya membuat seluruh pengunjung di bandara berhenti sebentar karena penasaran.

"Terimakasih ya semuanya udah mau nungguin Jessa dan maaf Jessa nggak bisa lama-lama." Perempuan yang bernama Jessa itu segera memasuki mobil van milik perusahaan yang menaunginya.

"Schedule selanjutnya apa?" Jessa yang baru duduk di kursi penumpang bertanya pada sang manager.

"Nanti jam 2 kamu ada pemotretan majalah Vogue. Terus, nanti malam kamu di undang jamuan makan malam sama perusahaan Reinhart Group. Jadi, karena sekarang masih jam 11, kamu punya waktu buat istirahat."

Jessa mengangguk pelan, dan memalingkan mukanya kearah jendela. Perlahan rasa kantuk mulai melandanya dan matanya mulai berat. Setelah beberapa menit, hanya dengkuran halus yang terdengar.

"Kamu terlalu memaksakan diri Jess." Gumam sang manager.

***

"Pak, apakah tidak lebih baik jika pembukaan cabang baru di Deliserdang di tunda dulu?"

"Kenapa harus di tunda? Bukankah semua sudah beres?"

"Iya pak tapi,..."

"Tidak ada tapi-tapian kita sudah bekerja keras untuk membuka cabang disana. Pembukaan tetap di lakukan minggu depan. Rapat saya tutup." Tegas, berwibawa, dan tak terbantahkan membuat seluruh jajaran petinggi di Reinhart Group membisu dan hanya bisa menghela nafas. Darren, pemuda dengan otak cerdas, pewaris tunggal dari Reinhart Group keluar dari ruang rapat dengan wajah lusuh.

"Apa schedule saya selanjutnya?" Tanya Darren pada sekertarisnya.

"Jam 12, Bapak akan menghadiri pameran yang di gelar di Jakarta Convention Center. Lalu, jam 7 malam ada jamuan makan malam yang diadakan perusahaan dengan tujuan menggalang dana untuk anak-anak yang membutuhkan." Jelas sang sekertaris.

"Jangan ganggu saya sampai jam 12 nanti."

Setelah sekertarisnya mengangguk, Darren melenggang masuk ruangannya. Ruangan Darren terlihat begitu megah, banyak foto-foto keluarga dan dirinya disana.

Darren langsung duduk di kursinya dan menekan tombol panggil di layar hpnya.

"Halo, Mama lagi dimana?" Darren mengangguk kecewa. "Oh, oke." Lalu, dia memutuskan sambungan teleponnya.

"Yah, aku mengerti sekarang." Gumamnya.

***

Jessaya terus tersenyum sambil berpose didepan lensa kamera berkali-kali, mengikuti instruksi fotografer dengan baik, membuat atmosfer pemotretan tersebut terlihat damai dan berjalan dengan lancar, sesuai yang diharapkan.

"Selesai..." Jessa langsung berhenti berpose dan berjalan menghampiri managernya.

"Kerja bagus Jess." Ucap salah satu staff

"Terimakasih." Jessa mengulum senyum ke beberapa staff.

"Ini minum untukmu.." ucap sang manager.

"Terimakasih.." ucap Jessa sambil meminum ice coffee pemberian sang manager lalu beranjak duduk.

"Schedulemu setelah ini jamuan makan malam di Reinhart hotel. Mungkin nanti kamu juga akan bernyanyi." Jessa hanya mengangguk mendengarkan.

"Jess, apa tidak sebaiknya kamu ambil cuti?" Ada nada kekhawatir disuara sang manager.

"Aku baik-baik saja Riska, nggak usah khawatir gitu dong." Jessa tersenyum tenang supaya Riska-sang manager tak mengkhawatirkannya.

"Tapi,.."

"Udah, aku baik-baik aja. Yuk, ke salon." Jessa mengajak Riska meninggalkan gedung untuk pemotretan, setelah Jessa berpamitan kepada semua staff.

***

JESSAYAWhere stories live. Discover now