1. Dipertemukan Takdir (?)

36.4K 1.3K 30
                                    


Zakira POV

Aku terus berlari menuju ruang kelasku. Aku sudah terlambat. Jarak antara pintu masuk kampus menuju kelas itu butuh waktu tiga menit dengan berlari.

Jalan raya yang tidak kuduga akan sepadat itu di pagi ini, membuatku terpaksa turun dari angkutan umum dan memilih berlari. Walaupun lariku sudah cepat-menurutku-tapi tetap saja, aku tidak bisa tiba di kampus tepat waktu.

Lariku terhenti karena ketidakfokusanku. Aku menabrak seseorang dan parahnya, ia adalah lelaki. Dari postur badannya aku sudah tahu, tapi aku tetap menengadahkan kepalaku. Dan seketika aku terpaku melihatnya.

Mengapa ia ada disini? Apa yang sedang ia lakukan disini? Dan mengapa pula aku harus bertemu dengannya disaat sudah lama aku tidak menjumpainya.

Aku segera tersadar dan menundukkan kepalaku seraya mengucap maaf.

"Maaf karena sudah menabrakmu. Saya sedang terburu-buru jadi tidak melihat depan." Ucapku dengan suara tertahan.

"Ah.. eh iya iya. Maaf juga karena telah mengagetkanmu." Jawabnya dengan sedikit terbata.

"Tidak apa-apa. Sepertinya saya harus segera ke kelas, karena saya sudah terlambat. Saya permisi dulu, Assalamu'alaikum." Aku pun pamit seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada. Lalu aku berlalu meninggalkannya. Aku harus segera tiba di kelas karena batas keterlambatan tinggal satu menit lagi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Senang berjumpa denganmu lagi, Kira." tuturnya yang membuat langkahku terhenti sebentar. Aku menoleh ke belakang untuk melihat wajahnya. Wajah yang sangat familiar untukku 10 tahun yang lalu hingga sekarang namun juga terasa asing.

Aku melanjutkan kembali langkahku dengan terburu-buru. Lelaki itu tak perlu dipikirkan, anggap saja aku tak pernah bertemu dengannya.

Benar saja, saat aku masuk ke kelas, dosen sudah memulai materi kuliahnya. Dengan sopan, aku mengucapkan maaf karena sudah terlambat. Alhamdulillah dosen langsung memintaku untuk duduk tanpa bertanya macam-macam. Mungkin karena dosen mengenalku dengan baik.

Ketika aku mulai fokus dengan materi kuliah, terdengar ketukan di pintu. Jelas bukan seorang mahasiswa, karena jam mata kuliah akan selesai sepuluh menit lagi. Aku pun mengalihkan pandanganku sejenak ke arah dosen dan aku terkejut saat melihat lelaki itu berbincang dengan dosenku.

Astaghfirullah, mengapa tiba-tiba jantung ini berdebar lebih kencang? Aku berusaha untuk kembali fokus pada catatanku. Tidak berapa lama, aku mendengar langkah kaki menjauh dan suara pintu ditutup. Tanpa aku sadari aku menghela nafas lega.

Pertemuan ini terlalu mengejutkan untukku. Hampir sepuluh tahun, aku tidak mendengar kabarnya. Sepuluh tahun aku berusaha melupakannya. Dan semua usahaku sepertinya berakhir sia-sia karena kembali bertemu dengannya hari ini.

Ya Rabb, apa rencanamu kali ini? Apa maksud-Mu kembali pertemukan hamba dengan lelaki itu? Ya Rabb, semoga semua ini memang kehendak-Mu. Agar hamba bisa menerimanya dengan lapang dada. Aamiin.

***

Bachtiar POV

Hari ini aku mengunjungi sebuah kampus terkemuka di Jakarta. Bukan untuk kuliah atau mengisi seminar. Tetapi untuk mencari karyawan magang di perusahaanku. Ketika sedang bingung dengan lorong-lorong kampus, seseorang menabrak bahuku. Ia pun mengaduh pelan, tapi tetap bisa ku dengar. Ia bergumam sendiri. Kemudian ia mengangkat kepalanya untuk menatapku. Dan aku pun terpaku melihatnya, begitu juga dirinya.

Wajah yang selalu terbayang di pikiranku, bahkan hingga ke mimpiku. Wajahnya yang sendu saat terakhir kali aku melihatnya. Banyak perubahan yang terjadi pada wanita ini. Rambut pendeknya sudah tertutupi oleh khimar panjangnya. Celana jeansny sudah tergantikan oleh gamis lebar. MasyaAllah...

Aku tersadar saat ia meminta maaf padaku. Ya Allah... suara ini sudah lama tak kudengar... betapa leganya hati ini saat mendengar kembali suaranya...

Ucapan maafnya kubalas dengan terbata. Lidahku terasa kelu untuk berucap di hadapannya. Apalagi saat namanya bisa kembali kupanggil. Aku bisa merasakan jika ia terkejut saat aku menyebutkan namanya, terlihat saat ia menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arahku. Hanya sekejap, tapi mampu membuat hatiku berdebar kencang.

Aku segera melanjutkan langkahku kembali, menuju ruang dosen. Tapi sesampainya aku di ruang dosen, aku tidak bisa menemukan seseorang yang harus kutemui. Kemudian aku diminta untuk ke kelas tempat dosen tersebut mengajar.

Aku kembali menyusuri lorong dan memerhatikan satu per satu kelas yang harus aku masukki. Sesampainya di salah satu lorong, aku teringat jika lorong inilah tempat aku bertemu kembali dengan Kira setelah sepuluh tahun lamanya. Aku tersenyum sambil berjalan pelan. Tibalah aku di depan kelas yang dimaksud. Aku mengetuk pintu dengan sedikit keras dan langsung masuk setelah dipersilakan.

Aku berjabat tangan dengan bu Diska, dosen yang sedang kucari. Aku kembali mengatakan maksud kedatanganku. Aku datang dengan tiba-tiba karena membutuhkan jawaban bu Diska. Aku harus segera mengetahui nama mahasiswa yang akan magang di perusahaanku.

Ketika aku berbasa-basi dengan Bu Diska, aku mengalihkan sedikit penglihatanku ke penjuru kelas. Kelas ini tenang, semua mahasiswanya sedang sibuk mencatat materi yang ada di layar proyektor. Dan ketika itu pula aku terpaku melihat Kira ada di kelas ini.

Aku segera mengalihkan pandanganku kembali ke arah bu Diska. Aku pun pamit setelah tidak ada lagi yang harus kami bicarakan. Masih ada pekerjaan di kantor yang menunggu untuk diselesaikan.

Aku keluar menyusuri lorong yang sepi sambil mengingat pertemuanku dengan Kira.

Sepuluh tahun. Waktu yang sangat lama untukku memahami perasaan ini. Dan mungkin, waktu yang lama juga untuk Kira hingga ia melupakanku. Tapi aku yakin, Kira belum bisa melupakanku.

Ya Allah...apakah ini jawaban atas semua doa-doa hamba? Apakah ini takdir yang telah Kau tetapkan agar hamba bertemu kembali dengannya? Tapi apakah ia senang atas pertemuan kami ini, seperti halnya yang hamba rasakan? Atau ia membenci pertemuan ini, karena ia belum memaafkan kesalahan hamba?

Ya Allah berikanlah petunjuk-Mu. Berikanlah jalan yang terbaik untuk kami. Aamiin.

***

Edited : 31 Januari 2018

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang