28. Repost Lose or Win

2.5K 65 1
                                    

"Kau masih belum menang anak muda." Seringai muncul dibibir lelaki itu dan diikuti dengan seringai yang lainnya, yaitu: milik Alex sendiri.

"Hahahaha. Sudah lama aku menantikan untuk bertarung melawanmu. Kau tahu bahwa sepertinya ini adalah takdir kita untuk bertemu kembali dan aku jadi tidak sabar untuk melihat semua kemampuan yang kau miliki." Seringai muncul dibibir Alex kembali.

"Benarkah? Sepertinya kau cukup mengenaliku anak muda. Aku tidak sabar untuk mengetahui dibalik topeng yang menjijikkan itu."

"Dark Dragon!" Seru Alex memanggil naga berwarna hitam pekat yang memiliki api diseluruh bagian tubuhnya bahkan naga tersebut sedikit demi sedikit mulai menghisap lawannya hanya dengan sepersekian detik saja. Anehnya, respon dari lawannya itu terdiam. Ia tak membalas serangan dari naga hitam itu. Ia hanya berusaha untuk menahannya.

"Kenapa kau tak menyerangku, Luminous? Kau ingin mati ditanganku? Atau kau hanya ingin menggertakku saja?"

"JAWAB AKU BRENGSEK!" Luminous tetap diam saja. Ia tak merespon atau melakukan apapun, hanya matanya yang terpejam. Sepertinya, Alex mulai geram. Ia ingin memancing Luminous, tetapi sepertinya dia malah yang terpancing sendiri.

"Sial! Apa sih yang dia pikirkan? Kenapa aku susah sekali membaca gerakannya?" Pikir Alex.

"Kenapa? Kau sudah mulai kesal denganku, anak muda?" Tanya Luminous seolah-olah bisa membaca isi otak Alex, namun matanya tetap saja terpejam.

"Kau ingin bermain-main denganku rupanya? Baiklah, aku akan melayanimu, Raja Iblis, Luminous!" Alex bersiul menimbulkan suara getaran hebat disekeliling Luminous. Dengan lincah, ia mengeluarkan percikan api dari kedua tangannya dengan cepat hingga membuat tubuh Luminous terbakar. Lagi-lagi Alex dibuat terkejut. Tubuh Luminous tak bergeming sedikitpun. Ia sudah mulai kebakaran jenggot. Dengan kejamnya, ia menambahkan api sehingga tubuh Luminous tak berbentuk lagi. Seringai lagi-lagi muncul dibibir pemuda itu. Dalam hati, ia sudah teriak penuh kemengan karena sudah berhasil membunuh musuhnya yang ia tunggu-tunggu.
>>>☆☆<<<

Tampaknya, Hazel tidak bisa memejamkan matanya. Ia terus saja memikirkan nasib seorang Naziel. Hatinya gelisah, pikirannya kacau. Hanya menyebut nama Naziel saja, sudah berhasil memporak-porandakan hati dan pikirannya. Bahkan membuatnya terus-menerus tak bisa tenang.

"Sial!" Pekik Hazel. Tiba-tiba secara sepintas pikirannya terhenti.

"Suara ini..." Hazel merasakan ada aura yang pekat disekelilingnya bahkan indera-inderanya kini mencium sesuatu yang tidak beres.

"Ada iblis disini!" Lirih Hazel sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.

Pandangannya tak terhenti. Terus saja mencari sesosok itu, sesosok yang sudah menghentikan aktifitas kegalauannya yang baru saja terjadi. Matanya mulai terpejam. Merasakan aura yang melekat yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Namun, sepertinya sesosok itu telah mengetahui kehadiran Hazel hingga membuatnya ketakutan. Perlahan, Hazel melangkah mendekati aura dari sosok tersebut. Mata, telinga, bahkan hidungnya sudah mengenali dengan baik. Dia teringat sesuatu. Dan seakan langkahnya terhenti diikuti dengan aura pekat yang lainnya. Dan sejak itulah, tak ada lagi aura yang mengerikan disana. Hanyalah suara hembusan nafas dari Hazel sendiri. Langkahnya mundur ingin berbalik, namun tak sengaja ia menubruk sesuatu.

"Eiden!" Teriak Hazel kaget.

"Hazel!" Eiden terkejut akan kehadiran sesosok Hazel.

"Kau ini... mau jantungku copot?" Omel Hazel.

"Hei! Aku juga sama kagetnya denganmu. Lagipula ada apa kamu mengendap-endap disini?" Tanya Eiden.

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Kau ini...Ah sudahlah!"

"Sebenarnya, aku mendengar suara aneh. Seperti suara kucing. Tetapi aku rasa tak ada kucing. Lalu, apa kau juga mendengar suara aneh juga, Zel?"

"Hmm... Tak ada. Kamu dengar suara kucing? Itu sepertinya kucing milikku." Bola mata Hazel berputar-putar mencari alasan.

"Kau serius?"

"Tentu saja. Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Hanya aneh. Semenjak kapan kau memelihara kucing?" Tanya Eiden menyelidik.

"Kemarin. Mungkin kau tak menyadarinya. Sepertinya aku masih mengantuk. Aku mau pergi tidur dulu, yaa." Hazel pergi meninggalkan Eiden sendirian.

"Huh?! Sejak kapan dia mulai berbohong padaku?" Lirih Eiden yang mulai curiga.
>>>☆☆<<<

"Tampaknya aku tak perlu berlama-lama disini. Ini akan membuang waktuku." Lirih Alex yang tampak memutar langkahnya untuk kembali ke Rumahnya, namun... Duarr!! Suara itu mengejutkan sekaligus menahan Alex untuk tidak meninggalkan tempat itu. Karena suara itu pun, membuat Alex dengan terpaksa berbalik badan agar bisa melihat apa yang terjadi. Dan tampaklah disana sesosok laki-laki berbadan tegap sambil tersenyum merekah kearah Alex.

"Kenapa kau kaget anak muda? Karena aku belum mati? Sesungguhnya aku bisa tahu kalau kau ingin segera membunuhku dengan cara mengetahui semua gerak-gerikku. Tetapi tidak semuadah itu anak muda membunuhku hanya dengan api yang bermutu jelek seperti tadi. Karena aku tak bisa mati karena api. Hahahaha. Tawa gelegar Luminous yang membuat Alex ingin muntah dengan sendirinya. Tetapi tetap saja, tak menurunkan semangat dalam dirinya untuk tak membunuh Luminous. Jutru itu seperti tantangan bagi Alex yang semakin gencar untuk membunuh Luminous.

"Baiklah. Ini saatnya giliranku, anak muda. Berkumpullah cahaya bagai api tak tembus, mengelilingi lintas yang mengubah dunia dalam sekejab! Aku mengandalkanmu, kekuatan pedang hitam!" Seru Luminous bersamaan dengan bersinarnya pedang hitam yang ia pegang. Dengan hanya sekali tebas membuat tubuh Alex limbung padahal ia menahan serangan dari pedang hitam tersebut.

"Kau..." Alex menuntahkan darahnya yang ia keluarkan dari mulutnya sendiri.

"Kau takkan bisa menandingi kehebatanku, anak muda. Hahaha. Menyerahlah, sebelum kau benar-benar mati." Ancam Luminous.

"Menyerah kau bilang? Itu tak ada dikamusku, BRENGSEK!" Alex berusaha untuk berdiri menyeimbangi tubuhnya yang sedang lemah. Baru Alex ingin mengeluarkan jurus andalannya, namun Lumious terlebih dahulu menyerangnya dengan senjatanya. Tubuh Alex lagi-lagi limbung ketanah. Bukan hanya mulutnya yang berkali-kali memuntahkan darahnya, bahkan bajunya juga sobek memperlihatkan daging akibat pedang tersebut.

"DASAR LICIK KAU INI!"

"Hahahaha. Bukannya sudah kuperingati anak muda? Tetapi kau malah bermain-main denganku. Sekarang biarkan aku mengetahui siapa kau sebenarnya." Luminous melangkahkan kakinya untuk segera membuka topeng yang melekat diwajah Alex. Embuat Alex semakin gerah. Ia berusaha mengumpulkan sekuat tenaganya, namun itu sia-sia karena hampir seluruh tenaganya tak berfungsi lagi akibat serangan dari Luminous. Seketika itu, Luminous membuka topeng milik Alex, entah kenapa Luminous merasakan ada sengatan listrik ditubuhnya yang membuatnya melepaskan tangannya dari topeng itu. Dan ketika itu juga, tubuh Luminous menedadak mundur sendiri dan terhempas ketanah. Ketika Luminous melihat kearah depannya, ternyata ia bertemu dengan seorang perempuan yang kini sengaja melebarkan senyuman padanya.

"Aku kan sudah bilang, tolong jangan gegabah. Tetapi, kau malah seceroboh ini." Omel perempuan itu kearah Alex.

"Ravanni!" Luminous menatap Ravanni dengan pandangan yang berbeda. Bahkan raut wajah Luminous saat ini tak bisa diartikan. Ia terlena memandang wajah perempuan itu saat ini. Ia bahkan tak peduli dengan sekelilingnya. Ia berdiri dan... memeluk perempuan itu. Perempuan yang telah mencuri hatinya untuk kesekian kalinya. Perempuan yang sering membuatnya tak henti-henti untuk memujanya, membanggakannya, bahkan ia rela melakukan apapun demi dirinya seorang. Akankah Ravanni luluh dengan semua itu ataukah malah itu adalah senjata untuk menjatuhkan Luminous? Saksikan kelanjutannya...

To be continued..

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang