14. The Beginning

2.6K 183 3
                                    

Baru Eline ingin melempar cairan yang ia buat itu kearah perempuan itu, mendadak perempuan itu menyihir Eline dan Eline pun berubah menjadi patung. Sepertinya perempuan itu tidak nanggung-nanggung melakukannya. Dari arah lain, dua pasang tak kasat mata itu terus memperhatikan yang terjadi dengan Eline. Salah satu diantaranya menyipitkan matanya sambil sibuk dalam pemikirannya sendiri, sedangkan yang satunya lagi hanya diam menunduk seakan dia hanya bisa menunggu perintah dari majikannya itu.

"Tuan puteri. Apa yang harus kita lakukan? Apakah kali ini Hazel akan menyelamatkannya?" Tanya Lynn kepada majikannya itu.

"Entahlah. Lynn, jika tidak ada satu orang yang bisa menyelamatkannya, kau harus bisa mengantarkan surat ini untukku." Puteri Aeolus menyerahkan selembar surat kearah pelayannya itu.

"Tetapi siapakah yang harus menerima surat ini, tuan puteri?" Lynn menatap tajam kearah surat yang diberikan oleh Puteri Aeolus itu.

"Si pengendali. Bilang saja bahwa surat itu dari sahabatnya yang selama ini selalu berada di masa sulitnya."

"Baik tuan puteri."

"Lynn ingat. Jangan biarkan dia menyentuhmu karena aku tidak ingin dia mengetahui wajahku terlebih dahulu sebelum dia tergabung dalam kelompok pelindung. Kau mengerti, Lynn?"

"Baik. Laksanakan, perintah, Tuan putri Aeolus!" Lynn mendadak menghilang dari tempatnya. Ia segera memenuhi tugas dari majikannya itu. Tetapi, didalam perjalanannya, ia malah bertemu dengan sesosok laki-laki yang tidak asing lagi baginya.

"Tuan Ronald!" Panggil Lynn sambil membelalakkan matanya yang sipit itu.

"Lynn? Sudah lama kita tidak bertemu." Ronald menghampirinya bahkan ia memberikan senyumannya itu kepada Lynn.

"Ah. Benar. Tetapi saya sangat terkejut. Bukankah ____"

"Aku sudah mati? Begitu maksudmu?" Potong Ronald.

"Maaf. Tetapi saya mendengar bahwa tuan Ronald sudah mati bahkan banyak orang yang melihat jenazah dari tuan Ronald sendiri. Tuan puteri Aeolus juga melihatnya." Jelas Lynn yang mengejutkan diantara tatapan mata Ronald itu.

"Puteri Aeolus?" Tanya Ronald balik.

"Benar. Tuan. Tuan puteri Aeolus, mantan pacar dari tuan Ronald sendiri bahkan aku melihat wajah sedih dari tuan puteri. Aku tidak tega melihatnya." Lynn mulai meneteskan air matanya itu mengingat kembali apa yang terjadi dengan majikannya setelah ia kehilangan Ronald.

"Mustahil. Lalu, apa rencana puteri Aeolus saat ini?" Tanya Ronald mengundang kebingungan yang tersirat dari wajah gadis itu.

"Maksud Tuan?" Ronald hanya tersenyum, kemudian ia pergi meninggalkan Lynn disana, tetapi sesaat langkah Ronald terhenti.

"Lynn. Tolong bilang dengan majikanmu itu kalau aku, Ronald akan selalu berjalan sesuai dengan akal sehatku dan tidak akan pernah menjadi salah satu budaknya lagi." Kata-kata itu tertempel dengan jelas di otak Lynn tetapi dia masih sulit mencerna kata-katanya itu. "Budak? Apa maksudnya? Bukankah selama ini tuan puteri Aeolus sangat mencintainya bahkan yang memutuskan hubungan mereka itu kalau tidak salah adalah Tuan Ronald sendiri. Dan aku melihat dengan jelas bahwa sewaktu mereka berdua putus, Tuan Ronald sedang dekat dengan seorang perempuan lain. Hubungan mereka terlihat mesra. Aku merasa bahwa aku kasihan dengan Tuan Puteri Aeolus. Tetapi____. Ah sudahlah. Ini juga bukan urusanku." Batin Lynn sambil memperhatikan setiap jalan yang ia tempuh itu.

*****

Hazel menghabiskan sisa tehnya yang masih tersisa setengahnya itu. Hazel memperhatikan orang-orang disekelilingnya dengan pandangan yang curiga. Entah kenapa, batin Hazel mengatakan bahwa ia memiliki perasaan yang tidak enak.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang