Babak II

1.1K 70 3
                                    

"Kau masih di sini, Inspektur Budi?" Tanya seorang perwira polisi yang masuk ke ruangan seorang ber-ac itu, "sudah malam, pulanglah!"

"Tidak bisa Jack," sahut Budi, "kasus ini belum bisa kupecahkan."

"Sudahlah," kata perwira itu lagi, "kau harus istirahat dulu, besok baru kau teruskan!"

"Aku merasa bertanggung jawab atas kasus ini."

"Kau selalu seperti itu!," kata Jack, "semua kasusmu kau selalu bilang kau merasa bertanggung jawab. Tapi, kau harus melihat kenyataan bahwa kita punya keterbatasan. Tidak semua kasus bisa kita pecahkan bukan? Coba kau lihat di bagian pengarsipan contohnya, ada satu lemari penuh kasus yang kepolisian belum bisa pecahkan."

"Kau tahu, anak ini menghilang secara misterius."

"Itu sudah dipastikan penculikan, kawan."

"Kalau ini memang penculikan," sergah Budi, "seharusnya penculiknya sudah menghubungi keluarganya bukan? Meminta tebusan contohnya."

"Kau tahu bukan," sahut Jack lagi, "penculiknya bukan mau tebusan. Keluarga anak itu tidak terlalu kaya untuk dimintai tebusan bukan? Coba apa motifnya? Mungkin saja anak itu sudah dibunuh atau dijual ke pasar anak."

"Kau selalu membuat orang pesimis, Jack."

"Kau harus menerima kenyataan, kawan. Kriminalitas hanya menimbulkan kepesimisan buat kita. Semakin hari semakin kita memecahkan banyak kasus, justru angka kejahatan semakin meningkat. Tidak ada itu istilah bahwa dunia semakin membaik seperti yang banyak dikemukan banyak orang."

"Baik. Untuk itu aku setuju."

"Makanya, ayo kita pulang!"

"Tidak bisa."

"Kenapa lagi?"

"Kau tahu aku sedang memikirkan beberapa petunjuk yang kita temukan. Aku merasa kita melewatkan sesuatu dalam kesimpulan kita."

"Maksudmu apa?"

"Korban menghilang saat ditinggal seluruh keluarganya di rumah. Ibu korban menyadarinya bahwa anaknya menghilang ketika ia tiba di rumah dan mendengar suara anak terkecilnya menangis tetapi tidak menemukan korban. Pintu pagar rumah masih dalam kondisi terbuka, walau tidak ada barang yang hilang, tapi ibu korban curiga ada sesuatu yang tidak beres. Awalnya ia mencoba mencari anaknya itu ke rumah temannya atau tetangganya, tetapi tidak ada yang melihatnya. Sampai akhirnya ibu korban menemukan sepucuk kertas yang diduga ditinggalkan korban. Tulisannya, 'Aku pergi dulu Ibu.' Lalu setelah seharian tidak pulang juga, ibu itu menghubungi polisi."

"Itu fakta yang kemarin kan? Apa yang kita lewatkan?"

"Kertas ini," Budi memperlihatkan fotokopian dari kertas yang ditulis korban, "tulisannya 'Aku berangkat dulu, Ibu.' Bukan seperti yang diceritakan ibu korban 'Aku pergi dulu ibu.'"

"Sama saja bukan?"

"Tidak," sahut Budi, "kata 'berangkat' sangat berbeda dengan kata 'pergi'. Bagaimana pun juga berbeda maksudnya."

"Aku merasa tidak jadi masalah."

"Satu lagi, lihat ini!" Budi memperlihatkan sebuah foto yang di dalamnya terdapat tujuh orang di dalamnya, "kau lihat berapa jumlah orangnya?"

"Tujuh," sahut Jack, "apa yang aneh?"

"Kau ingat saat aku menanyai ayah korban berapa jumlah anggota keluarga mereka?"

"Aku tidak ingat."

"Aku ingat," kata Budi, "dia menjawab enam."

INI BUDI ...!!!Where stories live. Discover now