Chapter 1, Our Eyes Meet Once Again

13.5K 808 24
                                    

"Terkadang kita sampai pada titik dimana tidak peduli hal-hal berjalan baik tapi semua itu terasa tidak cukup, bukan karena tidak bersyukur tapi karena ada hal yang kita inginkan menjadi masa depan kita kini telah menjadi masa lalu."

Sinar terang dari sang surya menerobos masuk dari jendela kamarku yang kini berkibar pelan karena tersapu angin pagi. Sinar matahari yang semakin terang mulai menggangguku yang masih setengah tertidur dan membuatku menarik selimutku semakin tinggi berharap aku bisa tertidur kembali. Jam weker yang ada di meja di samping tempat tidur juga ikut berpartisipasi untuk membangunkanku tapi tidak juga membuatku ingin beranjak dari tempat tidur berseprai biru ini.

"Berisik banget sihhhhhh.. Gak tau apa orang lagi ngantuk?" Protesku kesal sembari menarik selimut hingga menutupi kepala.

Pintu kamarku terdengar terbuka dan suara tapak kaki mendekati tempat tidur di mana aku berbaring. Selang berapa detik selimut yang menutupiku melayang ke arah lantai dan diikuti oleh teriakan seseorang yang sangat familiar di telingaku karena hampir setiap hari ku dengar.

"Bangun oy! Lo gak kuliah apa?" Kata si pemilik suara itu.

"Udah jam berapa ini lo tau gak? Oy kak! Bangun kak Pril!" Teriak si pemilik suara itu yang tidak bukan adalah Cia Witrose yang adalah adik kesayanganku. Aku spontan menggerang kesal ke bantal yang ku tiduri sebelum akhirnya beranjak duduk sambil mengusap mataku yang masih di selimuti rasa kantuk. Setelah sedikit sadar aku mendapati Cia yang berkecak pinggang di hadapanku sudah rapi dengan seragam SMAnya sambil menatapku kesal.

"Lo pagi-pagi ganggu gue aja sih Ci. Emang ini jam berapa?" Tanyaku dengan suara serak pada Cia.

"Lo gak kuliah apa gimana sih kak? Tiap pagi harus gue bangunin baru bangun. Ini udah hampir jam 7 kak. Buruan mandi trus sarapan. Mama udah nungguin kita di meja makan." Jelas Cia masih dengan nada kesal. Aku tidak mendengar jelas kata lain yang di ucapkan Cia kecuali kata 'jam 7' dan membuatku setengah melompat dari tempat tidur.

"Mampus gue! Bisa telat gue jam pertama. Mana dosennya killer!" Seruku sambil berlari panik ke arah kamar mandi. Aku bisa membayangkan Cia menggelengkan kepalanya karena kelakuanku. Tapi aku tidak ambil pusing karena saat itu yang aku pikirkan adalah bagaimana agar aku tidak terlambat untuk mata kuliah dosen killer itu atau kalo tidak aku harus rela mengulang pelajarannya semester depan.

Aku Prilly Witrose. Cia adalah adikku satu-satunya. Walaupun empat tahun lebih muda daripada aku, tapi Cia yang selalu terlihat lebih dewasa dalam berbagai hal. Cia selalu mengingatkanku tentang hal-hal penting yang terkadang ku lupakan karena sifat pelupa yang kumiliki, Cia yang selalu memberikan nasihat-nasihat untukku dan Cia juga yang menjadi tempatku berbagi cerita. Semenjak papa meninggal karena penyakit jantung dua tahun lalu, Cia adalah adik sekaligus sahabat untukku.
Lima belas menit kemudian aku sudah terlihat rapi dengan kemeja ungu kotak-kota dan juga jeans, rambut ikal milikku kubiarkan tergerai. Dengan tergesa-gesa aku menuju meja makan dan mengambil tempat untuk sarapan.

"Pagi ma.." Sapaku sambil mencium pipi kanan mama.

"Pagi sayang. Sarapan dulu." Balas mamanya dengan senyum. Aku pun mulai memakan sarapannya dengan cepat, sandwich di tangan kanan dan susu di tangan kiri.

"Jangan lupa hari ini kita ada undangan ke acara tunangannya kak Jane." Kata Cia mengingatkanku yang seketika membuatku menepuk kening karena aku sama sekali tidak ingat tentang acara pertunangan temanku itu.

"Aduh lupa gue ci! Ngasih apaan ya kita? Parfum? Baju? Atau apaan ya?" Kataku dengan mulut penuh yang membuat mama protes.

"Makan dulu sayang. Nanti kamu tersedak." Ucap mama khawatir yang ku balas dengan ringisan menyesal.

15 Last Dates With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang