"Lama deh, ngapain aja sih?" Rendra muncul di depan pintu dapur. Tubuh tingginya bersandar pada pintu dan mengamati kakaknya dan Pradipta dengan curiga. Seolah-olah keduanya berbuat sesuatu hal yang lain dan bukan menyiapkan makanan.

"Mau tau aja sih," Pradipta cemberut. Dengan posesif ia meraih pinggang Arini hingga membuat perempuan itu menjerit kecil karena terkejut.

"Dipta!!!" Protes Arini.

Tak mengindahkan protes istrinya, Pradipta lalu mengecup pipi Arini. Mendemonstrasikan perasaannya.

"Apa-apaan sih," Arini mencubit suaminya sebal. Bagaimana tidak, di depan Rendra...memalukan.

"Ya ampun," Rendra tertawa kecil melihat kemesraan yang dipertontonkan Pradipta. "Segitu doang?"

"Lo nantangin gue?" Pradipta melempar pandangan ke arah sahabatnya.

"Udah ah, katanya lapar," Arini berusaha melepaskan diri dari suaminya, namun justru laki-laki itu semakin menarik Arini ke dalam pelukannya.

Rendra tertawa. Kedua tangannya bersidekap ke dada seolah menanti apa yang akan Pradipta lakukan selanjutnya.

"Kalian ini, nggak berubah deh kalo udah berdua," keluh Arini. Bayangkan saja, Rendra adiknya sudah menjadi perwira di TNI sementara suaminya sudah menjadi ayah dua anak, tapi kalau keduanya sudah bertemu seperti masih zaman mahasiswa saja. Saling menggoda membuat Arini kadang risi.

"Dia sirik, Nie...biarin aja," Pradipta mencuri cium lagi dari istrinya membuat Arini memukul bahu Pradipta protes.

"Udah ah..." 

Pradipta tertawa tanpa rasa bersalah. Meraih mangkuk salad yang ada di atas meja. "Yuk makan,"

Arini mengembuskan napas lega. Akhirnya, mereka bisa makan juga. Namun saat Arini akan menuju ruang makan sempat-sempatnya Pradipta menggoda Arini dengan menendangkan kakinya perlahan ke bokong istrinya.

Rendra tertawa kecil melihat aksi itu. Dulu beberapa tahun lalu, ia lah yang sering melakukan hal tersebut kepada Arini. Bukan itu saja, Arini adalah sparing partner yang andal di matras. Rendra dulu sering sekali berlatih jurus-jurus taekwondo bersama Arini. Rendra sempat menjadi atlet tingkat nasional bersama Pradipta sementara Arini memilih jalur wasit.

Arini mendelikkan mata. "Kamu tidur di kamar tamu dengan Rendra!!!" kata Arini memberikan hukuman karena keisengan suaminya.

"What? Kok gitu," Rendra protes. "Mbak Arin, aku nggak mau sekamar sama Dipta," Rendra mengikuti langkah Arini ke ruang makan.

"Aku juga nggak mau," balas Pradipta. Dengan kekanakan laki-laki itu lalu melirik dengan gaya tak suka. "Rendra nggak asyik,"

"Ih, kamu juga," cibir Rendra.

Dan keduanya sibuk berdebat di meja makan membuat Arini nyaris menyemburkan tawanya. Betapa tidak, kedua laki-laki yang dicintainya bersikap seperti remaja. "Udahlah, kalian kan dulu sering banget sekamar,"

"Itu terpaksa," bantah Pradipta.

Rendra mengangguk. "Iya, dia modus mau liat Mbak Arin pagi-pagi bangunin kita soalnya," kata Rendra sambil menyuapkan spaghetti ke mulutnya.

Arini tertawa kecil. "Ohya,"

Pradipta ikut tertawa. "Di antara aku dan Arini nggak ada rahasia kok," kata laki-laki itu bangga. "Ya, kan Nie?"

Rendra meraih gelas berisi air mineral dan meneguknya perlahan. "Lo yakin?" Rendra memutar spaghettinya dengan garpu.

"Iya dong," jawab Pradipta yakin. Ia meraih tangan kiri Arini dan mengecupnya. "Tidak ada rahasia ya Nie diantara kita,"

The Mahesa'sWhere stories live. Discover now