-5- Minggat ke Bandung

3.3K 228 19
                                    

Saldama Dwiwarna Syach

-

-

-

-
Bandung. Kota kembang. Kota wisata. Kota kuliner. Entah mengapa, Wiwa selalu memilih kota ini sebagai kota persembunyian nya. Di balik kemudi ia kembali merenggangkan otot-otot nya yang kembali kaku. Sudah 4 jam ia terjebak macet, ia mengerti dengan keadaan kota Bandung sekarang, macet bukan main. Serupa dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta.

'Hari Sabtu'

Dan ya, dia baru ingat bahwa hari ini adalah hari sabtu, hari dimana beribu-ribu manusia dari jakartaㅡtermasuk dirinya, berbondong-bondong datang kemari untuk menikmati weekend mereka. Lalu sekarang ia memukul kemudi dan merampas handphone nya. Membuka aplikasi GoogleMaps dan menghubungkan nya dengan satelit. Jalanan masih panjang, dan ia baru sampai di seperempat Bandung. Sungguh malang dan sial nasip nya ini  .

Sebenarnya jadwal cuti Wiwa adalah diakhir desember sampai awal januari. Namun, ada beberapa staff yang memaksa menukar jadwal Wiwa dengan alasan ingin meluangkan waktu dengan keluarga, jadi karena Wiwa juga belum berkeluarga ia pun dengan cuma-cuma memberikan jadwal cuti nya dan mengambil jadwal cuti mereka. Wiwa tak masalah, lagipula pekerjaan nya sama seperti ketika ia cuti. Pergi ke beberapa daerah di Indonesia, mengabadikan beberapa gambar dengan kamera nya lalu saat berada di kantor yang ia lakukan adalah membuat narasi dan mengedit beberapa tulisan staff lain nya. Dia sudah sangat bersyukur, pekerjaan ini adalah mau nya.

Alunan denting piano terdengar jelas di Handphone nya. Wiwa pun mengambil handphone tersebut, nama Kenyaㅡ sahabatnya, tertulis jelas disana.

"Hallo.."

"Wiwa lu dimana????"

"Dikandang buaya!!"

"Apaaa?????? Seriosly?? Beneran lu dikandang buaya?? Dimana?? Lu gak takut?? Pawang nya ada gak?? Bahaya tu Wa!! Hati..." koar Kenya di seberang sana. Ck! Memang mulut emak-emak, ucap Wiwa dalam hati

"Eeh busyet!!! Lebay banget deh... ana lagi terjebak macet cyiinn.. lu kenapa sih tinggal diBandung?? Udahlah macet, badan gue pegel. Besok-besok lu pindah di Ambon aja!"  Interupsi Wiwa memotong pembicaran Kenya. Demi dewa matahari dari Jepang! Wiwa betul-betul menyesal dengan keadaan yang dialami nya sekarang.

"Oh.. gue kira elu beneran di kandang buaya di Ragunan. Eh.. Wa!! Kok lama!! Makanan gue dingin nantiii!" Teriak Kenya kembali

"Sabar bawel!! Gur kejebak macet!! Ini juga gue udah kelaparan banget!!"

"Yaudah cepetan!!!!" Balas Kenya dan setelah itu langsung mematikan sambungan telfon nya secara sepihak. Karena kesal, Wiwa pun melempar Handphone nya di sembarang tempat lalu mengklakson sebuah mobil yang berusaha menyalipnya. Hey! Ini sudah macet! Kenapa main nyalip-nyalip seenak jidat jendol lu!!

"Huoooo.... susiisss... wo.. wo.. wo susis! Suami sien isteri...."

Sayup-sayup lagu Susis milik Sule terasa betul di telinga nya.. Wiwa tersenyum, ini lagu kesukaan abang nya... ia ingat dulu lagu itu adalah lagu Soundtrack untuk kisah hidup ayahnya yang takut dengan ibunya. Bapakㅡsebutan Wiwa untuk seorang ayah, selalu memanjakan Wiwa. Kadang Bapak selalu memberikan Wiwa uang yang berlebihan dan Mamaㅡsebutan Wiwa untuk ibunya, tidak suka itu. Dan jika ketahuan Bapak akan dimarahi Mama, lalu Wiwa dan abangnya mulai menyanyikan lagu itu.

Beberpa jam berlalu dan tepat pada jam 3 Sore akhirnya Wiwa sampai di pekarangan rumah Kenya. Badan nya ingin rontok, tulang berulangnya serasa ingin copot. Pagar rumah Kenya telah terbuka lebar dan ia langsung memarkirkan nya di halaman rumah Kenya. Setelah itu ia turun dari mobilnya dengan lesu.

Lonely HoursDove le storie prendono vita. Scoprilo ora