Prolog

14.5K 631 4
                                    

Dunia menyatakan kebahagiannya hari ini. Terlihat dari langit yang cerah dengan gumpalan awan awan putih yang kontras dengan warna biru dasar langit. Oh jangan lupakan matahari yang menyebarkan hangatnya.

Namun, berbanding terbalik dengan seorang bocah perempuan yang menangis sambil memegangi lututnya yang mengelurkan cairan berwarna merah. Tak jauh darinya sebuah sepeda tergeletak saja.

Rindang pohon tak mampu membuatnya berhenti menangis. Perempuan kecil tersebut menangis sambil menganggil keluarganya.

"Abang hiks Mama hiks" hanya kata itu yang terucap dari perempuan kecil tersebut. Bulir air matanya sudah mengalir deras sedari tadi.

Disebrang jalan, seorang bocah laki laki mengayuh sepedanya dengan pelan. Ia terus tersenyum entah karena apa.

Saat melewati taman, laki laki kecil tersebut mendengar tangisan perempuan. Bukannya takut atau pergi, ia malah mencari sumber suara.

Benar saja. Ia melihat perempuan kecil menangis sambil memegangi lututnya.

Anak laki laki tersebut memarkirkan sepedanya lalu, berlari menghampiri anak perempuan itu.

"Kamu kenapa?" Tanya bocah laki laki itu. Yang ditanya hanya menangis sebagai jawaban.

Bocah laki laki tersebut menyadari bahwa lutut bocah perempuan didepannya berdarah. "Yaampun lutut kamu berdarah. Ayo kita bersihin dulu"

Bocah perempuan tersebut menggeleng sambil menangis.

"Kalo ga dibersihin nanti kumannya nyebar loh. Kalo kumannya nyebar, kaki kaki kamu nanti diambil sama dokter" ujar bocah laki laki tersebut.

Tangis bocah perempuan itu berhenti lalu mengadahkan kepalanya ke bocah laki laki didepannya. "Aku enggak mau kalo kaki ku diambil sama dokter"

"Makanya kita bersihin dulu yuk" ajak bocah laki laki tersebut sambil menjulurkan tangannya.

Bocah perempuan itu mengambil uluran tangan bocah laki laki didepannya. Dengan perlahan bocah laki laki tersebut membantunya berdiri.

"Ayo pelan pelan" bocah perempuan itu mengangguk. Dengan tertatih si bocah laki laki menuntunnya menuju keran air yang tak jauh darinya.

Bocah laki laki tersebut mengeluarkan sapu tangan dari kantung celananya.

"Tahan ya ini sakit dikit kok" ucapnya sambil membasahi sapu tangan tersebut dengan air. Si bocah perempuan hanya mengangguk sambil memejamkan matanya.

Ketika saputangan tersebut menyentuh luka si bocah perempuan, bocah perempuan tersebut meringis. "Aww sakit"

Dengan pelan si bocah laki laki tersebut membersihkan luka bocah perempuan didepannya.

Merasa darah dilutut bocah perempuan tersebut sudah hilang, bocah laki laki itu mencuci tangannya. "Udah selesai, darahnya udah ga ada"

Bocah perempuan tersebut mengelap air matanya yang jatuh saat saputangan tersebut menyentuh lukanya. "Makasih ya" ucap bocah perempuan tersebut.

"Rumah kamu dimana?" Tanya bocah laki laki tersebut sambil membantu perempuan kecil disampingnya berjalan.

"Di blok C nomor 7"

"Ayo aku anterin naik sepeda kamu" ajak bocah laki laki. Namun, eksperisi bingung keluar dari wajah anak perempuan.

"Tapi sepeda kamu gimana?" Tanya bocah perempuan tersebut. Seperti baru menyadari sesuatu, bocah laki laki diam sejenak.

"Sepedaku bisa aku taro sini dulu dan aku ambil sehabis antar kamu" ucap bocah laki laki yakin.

Tanpa menunggu persetujuan si bocah perempuan, ia langsung mengambil sepeda berwarna merah muda yang sebelumnya tergeletak tak jauh dari si bocah perempuan.

"Ayo naik" bocah laki laki tersebut sudah berada diatas sepeda. Dengan langkah tertatih bocah perempuan duduk ditempat belakang.

"Pegangan ya"

Bocah laki laki tersebut mulai mengayuh sepeda. Selama dijalan hanya suara hembusan angin yang mengeringinya. Tak ada suara dari keduanya.

Sampai didepan rumah berwarna putih yang mendominasi dan di depannya terdapat pohon buah cerri yang merindangkan.

"Stop! Stop!" Ucapan bocah perempuan tersebut membuat kayuhan si bocah laki laki berhenti.

"Kenapa?" Tanya bocah laki laki tersebut. Namun si bocah perempuan hanya diam dan memandangi rumah didepannya. "Ini rumah kamu ya?"

Hanya anggukan yang bocah perempuan tersebut berikan. Bocah laki laki didepannya tersenyum lebar yang membuat kelihatan gigi ompongnya.

"Kalo gitu aku pergi ya, dah" bocah laki laki tersebut perlahan menghilang. Namun si bocah perempuan belum masuk kerumahnya.

"ABAANG! MAMAA!" Teriak bocah perempuan tersebut.

Tak beberapa lama seorang wanita dengan rambut panjang datang bersama bocah laki laki dari dalam rumah.

"Kenapa Lea?" Tanya wanita tersebut.

"Adek gapapa?" Tanya bocah laki laki disampingnya.

Lea kecil melirik lututnya. "Sakit ma" ucapnya yang membuat mama tersadar jika lutut anak perempuannya terluka.

"Yaampun ayo masuk mama obatin" Lea kecil digendong masuk kedalam.

Didalam Lea kecil menceritakan bagaimana ia bisa jatuh dan pulang sampai rumah.

"Bukan gara gara anak cowok itukan kamu jatoh? Kalo iya, abang patahin lehernya" ucap bocah laki laki disamping Lea dengan menggebu gebu.

"Bukan abang, dia yang bantu aku. Dia orang baik"

CattaleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang