6. LUKA

75 1 0
                                    

Author POV

Reza kembali mengompres luka memar di tubuhnya dengan air es, berharap cara itu dapat mengurangi rasa sakitnya.  Ia meraih handphonenya, tersungging senyum di wajahnya yang memar itu.

Reza kamu di mana?
Kamu gak papa kan?

Entah berapa kali Reza membaca SMS itu.  Seakan masih tak percaya gadis pujaannya itu mengiriminya SMS.  Bukankah ia masih marah padanya? Bukankah ia tidak mau berhubungan lagi dengannya?

Reza merebahkan tubuhnya yang masih terasa sakit.  Ia melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kamarnya yang memang penuh dengan koleksi benda-benda kuno. 
Koleksi yang sebagian besar adalah peninggalan orangtuanya.  Barang-barang inilah yang membuat Reza mengingat kedua orangtuanya, menjaganya sebagai sesuatu yang berharga di hidupnya.

Kedua orang tua Reza sudah lama meninggal karena kecelakaan.  Kini ia tinggal bersama adik ibunya.  Reza lebih sering tinggal sendirian di rumah.  Bibinya itu sering pulang malam karena bekerja mati-matian untuk membiayai
pengobatan suaminya yang sedang dirawat karena sakit, juga untuk membiayai kehidupan mereka bertiga.

Reza kembali melayangkan pandangan koleksi barang-barang antiknya yang memang menutupi seluruh dinding dan memenuhi kamar pribadinya itu dengan tatapan sendu.

"Apa kamu sangat tidak menyukai ini Yas?"

"Apa kamu sangat membenciku?"gumam Reza.  Tak lama kemudian Reza mulai memejamkan mata dan mulai tertidur. 

******
Pagi itu Yasmin berangkat pagi-pagi.  Setelah meletakkan tasnya, ia duduk di sebuah bangku yang ada di depan kelasnya.  Dari situ ia bisa melihat kelas Reza dengan jelas.  Ia berharap melihat laki-laki itu hari ini.  Yasmin mengabaikan alasan ia melakukan hal itu karena sangat merindukannya atau hanya sekedar khawatir.  Yang jelas ia hanya ingin melihatnya hari itu.

Yasmin akhirnya harus menerima kekecewaan karna Reza tak kunjung datang juga bahkan sampai bel tanda masuk berbunyi.  Yasmin pun akhirnya masuk kelas dengan pikiran tak karuan.  Ia bahkan tidak bisa konsentrasi saat pelajaran.  Pikirannya terus melayang pada laki-laki itu.

Tak lama bel istirahat pun berbunyi.  Awalnya Yasmin menolak pergi ke kantin dengan alasan tidak lapar.  Sebenarnya nafsu makannya sudah hilang. Namun dengan beberapa bujuk rayu kedua sahabatnya itu akhirnya Yasmin menyerah.

"Ayo Yas, kamu harus makan", bujuk Amel sambil menyodorkan semangkuk bubur ayam pada Yasmin.

"Iya, kalo kamu sakit kita juga yang repot", tambah Winda.

Dengan terpaksa Yasmin menyendokkan sesuap bubur ke mulutnya.  Saat Yasmin masih bergelut dengan bubur ayamnya, tiba-tiba tanpa sengaja Yasmin melihat sosok yang sudah dikenalnya dengan sangat baik sedang berjalan melewati kantin diikuti pandangan anak-anak lain yang berbisik-bisik di belakangnya.  Perasaan senang menghampiri Yasmin saat ia dapat melihat laki-laki itu hari ini..mungkin ia tidak melihatnya datang karena laki-laki itu datang terlambat.  Namun kesenangan Yasmin rupanya hanya sebentar karena ia mendapati ada sesuatu yang berbeda dari laki-laki itu.

"Itu Reza bukan sih?" tanya Amel yang ternyata diam-diam memperhatikan Yasmin yang sedang memperhatikan Reza.

"Iya, Reza deh kayaknya...tapi kok pake perban gitu ya...kayak habis berantem.." Kata Winda.

Yasmin segera beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kedua sahabatnya yang hanya bisa bengong.  Yang Ia butuhkan saat ini hanya penjelasan.  Dengan langkah cepat setengah berlari, Yasmin menuju ke sebuah ruangan di lantai dua.  Sebuah ruangan kecil bertuliskan "Ruang OSIS".

Haaai haaaiii, udah ketebak ya ceritanya..hahaha. Harap maklum ya..terima kasih yang masih ngikutin ceritaku yang makin gaje ini. Mungkin ada yang bertanya kenapa update nya cepat. Itu karena saya ngepost beberapa chapter sekalian, takut idenya hilang..kk. Thnks readers..:) tetep ditunggu vomentnya.

Love Memories with YouWhere stories live. Discover now