Maya yang Selalu Tersakiti

88 3 0
                                    

Rutukan dan sumpah serapah masih mengalir dari mulutku sementara tangan kananku berjuang menarik koper Juli yang ya ampuuun...beratnyaaaa! Apa sih yang dia bawa dari Swiss sana. Jangan bilang dia bawa keju 1 ton. Akan dia apakan keju sebanyak itu? Sumpah...otakku ini perlu di renovasi.

"May berhentilah menggerutu. Ini bukan sambutan yang aku inginkan"

"Oh Juli tolonglah, apa kau tidak prihatin atau berempati terhadap nasibku? Wanita itu sudah merusak rencana dadakanku, Juli"

"Lalu mau bagaimana lagi?"

"Itulah masalahnya Juli. Aku kesal, kesal sekali" aku yakin Juli memutar bola matanya menanggapi keluhanku sejak dari tadi.

Tapi tiba tiba radar otomatis dikepalaku yang tercipta tanpa sengaja saat membuat rencana "tubrukan" tadi kini bergetar dan mengaung-ngaung membuat seluruh molekul tubuhku menari nari riang. Yup! Sipangeran sedang berdiri didekat tiang besar bandara. Sepertinya menunggu seseorang. Dalam detik ini saja dia sudah 2 kali melihat jam tangannya sambil memegangi keningnya. Badan tegapnya terlihat semakin sempurna karena jas hitamnya sudah dilampirkan di tangan kirinya, menampakkan kemeja putih dan dasi hitamnya yang elegan. Oh pangeran impianku :D. Tapi dimana kaca mata hitamnya? Aiih...Segera kuhampiri dia, tanpa memperdulikan Juli yang sejak tadi mengibas ngibaskan tangannya didepan wajahku yang terpaku terpesona pada sosok didepan sana.

"Hei tuan, dimana kaca matamu?" aku berdiri disampingnya dengan anggun membusungkan dada dan senyum ceria.

Dia menoleh sebentar.
"Apa yang kau inginkan?"

Oh oh oh...dia straight to the point juga ternyata. Ok deh.
"Berkenalan" jawabku mantap. Dia mendengus geli.

"Apa kau terluka karena tubrukan tadi? Berapa yang kau inginkan? Satu juta? Dua ju..."
"Hei kau tuan!!" bentakku memotong kalimat sinis tapi terdengar seksi itu membuat dia menoleh padaku.

"Nah gitu dong, kalo ngomong itu harus saling menatap lawan bicara kita" kataku berubah lembut.

"Menyingkirlah kalau tidak ada hal penting yang ingin kau bicarakan" sepertinya dia masih terkejut dengan perubahan suara, emosi dan ekspresiku.

"Kan aku mau kenalan"

"Pergilah"

"Aku May Soendoko" ku julurkan tanganku.

"Nathan Prawira!"

Oh God, siapa lagi sih yang mengganggu kali ini. Kami menoleh pada arah suara.

"Jose, akhirnya kau datang juga" si Nathan dan pria yang dipanggil Jose itu pun berpelukan. Oh my God, mimpi apa aku semalam. Dua pria tampan kini ada didepanku. Andaikan setiap hari seperti ini. Aku rela bangun pagi-pagi dan mandi dengan segarnya plus mulai memakai parfum yang selama ini jadi musuhku, demi bisa berada di dekat mereka. Uh.

"Ayo pulang. Disini terlalu banyak orang-orang aneh" ucapnya setelah selesai berpelukan. Aku tersinggung. Segera ku tarik tangannya sebelum mereka pergi meninggalkan ku. Ekspresi mereka mengatakan bahwa aku adalah wanita psiko. Psiko imut.

"Bisa minta nomor hape?" Todongku langsung.

"Woow woow woow, sepertinya popularitasmu masih belum hilang Nathan" ucap Jose menunjukan wajah kagum. Entah kagum pada siapa.

"Wanita aneh" dia melepaskan tanganku dan segera pergi.

"Hei Nathan Prawira!!!" aku berteriak sambil berkacak pinggang. Dia berbalik dan memandangku dengan emosi.

"Jangan memanggil namaku dengan sesuka hati mu, wanita aneh" berbalik dan pergi lagi. Mimik muka garangnya semakin seksi.

"Aku tidak perduli. Maya selalu tersakiti...itu nama facebook, instagram dan twitterku" aku segera menarik koper Juli kedalam mobil Abim kakaknya Juli. Tak kuhiraukan suara tertawa dari belakangku. Entah siapa yang tertawa aku tak peduli. Ini adalah pengorbananku. Biarlah mereka tertawa, asalkan si pria bernama Nathan Prawira itu sudah menerima dengan berbekas, kesan dan identitasku. Ugh!!! Aku tidak tahu bahwa kesan pertama padanya harus segila dan sekoplak ini. Dan kenapa juga aku dengan beraninya meneriakkan nama media sosialku itu? Dan kenapa aku bisa sealay itu? Aku baru sadar ternyata aku alay. Namaku alay. Huwaaaaa.
***

Ini sangat menyiksa. Aku sebenarnya ga tega membuat si Maya itu menjadi alay. Tapi ide dikepalaku sudah mentok disitu.
Maaf maya yang selalu tersakiti.
Maaf :D.

Bulan MeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang