FTV Romantis

66 2 0
                                    

Hari ini aku tergolek menyamping tak berdaya diatas karpet didepan TV antik besar warisan turun temurun keluarga. Ini sudah 1 minggu 5 hari sejak misi cinta dibandara. Dan si pangeran impian belum memberikan sinyal.

Hati ini semakin miris demi melihat tayangan FTV di salah satu channel swasta yang menayangkan adengan si perempuan biasa sedang berjualan makanan dibantu oleh si pria pangeran yg digambarkan sangat sempurna. Apa lagi saat mereka sama sama tersenyum ketika tangan mereka tak sengaja bersentuhan. Walau alay dan lebay, tapi itu membuat ngiler.

Andai saja kisah cintaku seperti di FTV itu. Dimana aku bertemu sang pangeran dengan tidak sengaja, lalu berproses romantis dan akhirnya bersama dengan wajah merah merona. Andai saja si Nathan Prawira bisa mengerti itu.

"Tidak...tidak bisa begini" ucapku sambil bangkit dan duduk tegak.

"Ini sudah memasuki minggu kedua dibulan Mei dan aku sudah berjanji pada diri ku sendiri untuk menemukan pangeranku dibulan ini" aku menarik nafas.

"Aku tidak bisa begini...tidak bisaaa...aaaa" aku mengacak-acak rambutku dengan tangan yang sejak tadi aku acung acungkan dengan semangat berkobar-kobar. Aku mendengar sayup sayup suara ayam-ayam itu terdengar lagi seperti membalas jeritanku. Tidak aku hiraukan!

"Aku tidak bisa begini. Tidak bisa. Aku harus mencari cara. Cara apa pun untuk sekedar mengetahui siapa dia"

"Tidak maya...tidak...berarti usaha berdiam dirimu selama ini demi menjaga martabatmu sebagai wanita sejati yg ditakdirkan menunggu akan hancur seketika. Gengsi dong"

Hening sesaat.

"Maya...jangan dengarkan itu. Dari pada kau seperti orang gila menunggunya, lebih baik kau bertindak. Lihatlah rambutmu itu, sangat menggambarkan keadaan jiwamu saat ini. Rambut singa, berantakan seperti sapu ijuk yang tak terakreditasi SNI"

"Oh! Trus kalau kau sudah tahu tentang dia, lalu apa? Apa yg akan kau lakukan? Memangnya kau pikir dia akan merespon? Belum tentu. Lihatlah wanita yg dibandara kemarin. Sempurna. Seperti barbie. Sangat pantas untuknya. Nah, kau? Seperti b o n e k a   s a w a h"

"Hei kau jangan menghina...."

Dan begitulah pertengkaran batinku saat ini, seiring dengan kakiku yang mondar mandir diatas karpet merah bulu ruang nonton. Kelanjutannya aku tak bisa sampaikan, karena aku sendiri sudah lupa dialog dialog gila mereka yang sangat sengit itu.

Nathan Prawira. Ini semua karna kau. Atau karna memang aku sudah gila. Ya gila. Gila karna kau. Nathan Prawira.
***

Bulan MeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang