BAB 2 - Do Not Kissing While Paparazzi Around

Start from the beginning
                                    

Danu memutar bola matanya. "Mata lo kebanyakan liat not balok sama game sih, makanya isinya belek semua."

"Sialan lo." Kata Alvaro terkekeh meninju bahu Danu.

Tapi sejujurnya, Alvaro memang mengagumi Sofie. Walaupun tak pernah mengenal secara langsung, setidaknya ia tahu sedikit tentang gadis itu dari berita-berita infotaiment dan dari teman-temannya yang pernah bekerjasama dengan model nomor satu Indonesia itu.

Masih berkecimpung di dunia yang sama yaitu dunia hiburan, akhirnya beberapa waktu yang lalu Alvaro berkesempatan untuk melakukan photoshoot bersama Sofie dari salah satu majalah ternama Indonesia, Glamour. Saat itu, untuk merayakan edisi ke 500 majalah tersebut, beberapa pesohor di negeri ini yang telah dipilih oleh majalah Glamour, didapuk untuk menjadi cover majalah tersebut karena menempati urutan pertama dari bidang yang digelutinya berdasarkan hasil polling yang dibuat majalah itu. Kategorinya mulai dari presenter, aktris, aktor, penyanyi hingga model. Kebetulan Sofie dan Alvaro menempati posisi pertama untuk kategori model dan penyanyi nomor satu di Indonesia.

Saat pemotretan berlangsung pun mereka berdua tak banyak bicara. Sofie lebih memilih berbicara seadanya dan akan menjauh kalau pembicaraan mereka sudah mulai habis. Karena menurut teman-teman modelnya, Alvaro adalah playboy nomor satunya Indonesia. Siapa saja ia pacari. Apalagi ada desas desus yang beredar bahwa Alvaro mengincar Sofie karena tahu gadis itu sudah lama menjomblo dan menjadikannya taruhan apakah bisa menaklukan gadis itu. Memang, selama ini Sofie dikenal sebagai salah satu model yang lebih mengutamakan karir daripada asmara. Karena itu sangat banyak yang mengincar Sofie.

Berbeda lagi dengan pendapat Alvaro saat pertama kali bertemu dan bertatapan muka langsung dengan Sofie. Hanya ada satu kata untuk seorang Sofie Callistin Syanania. Sombong.

Bagaimana tidak, saat masuk ke dalam studio Glamour, gadis itu langsung mengambil seluruh atensi orang-orang yang ada disana. Ditambah dengan seorang asisten yang terlihat sangat repot membawa begitu banyaknya barang Sofie seakan-akan gadis itu adalah orang tersibuk di Indonesia. Dan yang paling membuat Alvaro sebal adalah Sofie yang sangat irit bicara padanya. Hanya kepadanya. Entah kenapa bisa seperti itu. Dengan yang lain saja gadis itu bisa tertawa, bercanda bahkan selfie bersama! Tapi dengannya?! Baru ditanya sedikit saja langsung menjauh. Di ajak bercanda hanya tersenyum kecut. Salah apa Alvaro dengan Sofie... sepertinya first impression Alvaro sangat buruk di mata gadis itu. Bukan membanggakan diri sendiri, tapi sepertinya hanya Sofie satu-satunya perempuan yang tak tertarik dengannya disaat perempuan lain berlomba-lomba menarik perhatian Alvaro. Dalam hati Alvaro gemas sendiri ingin tahu bagaimana jika gadis itu jatuh kepelukannya. Apakah perempuan sombong seperti Sofie bisa ia taklukan?

***

Raffi berusaha menepis beberapa wartawan dan fotografer yang terlalu dekat mengambil gambar Sofie sehingga kakaknya itu susah berjalan.

"Raff... mau jatoh nih..." Kata Sofie berbisik ditelinga adiknya itu.

Mendengar itu, dengan sigap Raffi menggenggam erat tangan Sofie dan membawa kakaknya itu dengan cepat keluar dari kerumunan wartawan. Setelah berhasil, barulah Raffi mengomel.

"Lo sih, pake sepatu tinggi-tinggi banget!" Katanya sebal tapi sebenarnya ia sayang dengan kakaknya ini.

"Ya kan biar cantik..." Kata Sofie pelan. Kadang kala, Sofie bisa takut juga dengan adiknya ini. Perbedaan usia mereka yang hanya terpaut dua tahun kadang membuat Raffi bisa menjadi sosok kakak bagi Sofie yang manja ini.

"Kak, abis ini lo gue tinggal nggak apa-apa ya? Gue juga mau cuci mata kali. Sayang udah ganteng gini masa cuma ngekorin lo doang." Kata Raffi mulai melirik ke kanan dan ke kiri.

Marriage In WarWhere stories live. Discover now