1 : Terhentinya Dunia Karena Sebuah Tatapan

19.1K 887 20
                                    

Daneka Araya

"Rayaaaaaaa!"

"Rararayayaya!"

"Raya masih ngantuk!" Teriakku dari dalam kamar.

"Rayaaaaa! Hari ini tuh MOS Ra! Masa kamu mau telat?" Tanya ayahku yang sekarang merebahkan dirinya disebelahku.

"Ah Raya gamau MOS ayah." Jawabku malas.

"Raya ayo!" Teriak ayah lalu menarikku.

Bug

"AYAAAAAAAAHHHHHHHH!!"

Aku melotot kesal karena ayah menarikku hingga pantat mulusku ini menyentuh lantai dengan sempurna. Sedangkan ayah hanya mengeluarkan cengirannya.

"Abisnya kamu, ayah bangunin ga mau bangun bangun. Jadi ayah harus ngorbanin pantat kamu deh." Ujar ayah innocent.

"Ayo dong anak ayah yang paling cantik melebihi apa pun. Ayo nanti telat loh." Sambung ayah.

"Emang sekarang jam berapa sih?" Tanyaku kesal.

"Jam setengah tujuh Raya."

Seketika mataku membulat. Hei ini hari pertama aku MOS dan aku telat?! Aku segera mengambil handukku dan berlari menuju kamar mandi. Sedangkan ayah? Entahlah mungkin dia sedang tiduran dikamarku.

Setelah 15 menit aku bersiap siap. Aku pun turun ke bawah untuk sarapan. Terdengar suara tertawa ayah dari arah meja makan dan yap disitulah ayah sedang menertawakanku yang gayanya seperti ondel ondel ini.

Sebenarnya ini adalah hal yang biasa bagiku dari kelas 1 SMP. Aku memang nerd. Tapi aku tidak pernah menguncir rambutku hingga lima kunciran!

"Kamu kayak ondel ondel Ra." Ujar ayah terus menertawakanku yang hanya bisa mengerucutkan bibir.

"Dasar nyebelin!" Gerutuku lalu duduk di depan ayah. Kalau kalian bertanya dimana bunda, bundaku sudah meninggal saat aku lahir. Sebenarnya bunda sudah meninggal sebelum aku lahir di dunia ini. Tapi yang aku dengar dari cerita ayah, bunda itu sengaja menguatkan dirinya sampai aku lahir. Dan tentu aku lahir prematur.

Menyedihkan bukan?

Dan jadilah aku tinggal dengan ayah yang menjadi kepala rumah tangga sekaligus menjadi pengganti bunda selama ini hanya saja ayah super duper menyebalkan. Tapi hebatnya, ayah masih setia sama bunda yang sudah meninggal sejak 15 atau bahkan 16 tahun yang lalu.

"NET NOT!" Teriak ayah yang sudah berada disampingku menarik salah satu kunciranku.

Aku menatap ayah kesal dan saat itu juga aku melihat jam yang menunjukkan pukul enam pagi. Seketika mataku membulat. Bukannya kata ayah, tadi sudah jam setengah tujuh pagi?

"AYAH! Kok masih jam enam?" Tanyaku dengan memincingkan mata.

Sedangkan yang ditanya hanya nyengar nyengir tidak bersalah. Dan baru aku sadar, bahwa seperti biasa, aku dikerjain oleh ayah super duper menyebalkan.

"AYAAAAHHHHH!" Teriakku lalu mencubit pelan pinggang.

"Aduh duh Raya! Jangan dicubit dong! Ayah sakit nih!"

"Raya ga peduli!" Balasku lalu mencubit cubit lagi pinggangnya.

"Aduh duh Raya! Ayah beliin apa pun deh yang penting jangan dicubit dong! Nanti bunda kamu diatas marah loh." Ujar ayah yang membuat aku membeku. Baru kali ini aku mendengar bahwa ayah sudah mulai bisa mengikhlaskan bunda. Yang aku tahu, ayah itu ga pernah ikhlas kalo bunda pergi.

Tapi aku ga mau buat ayah sedih lagi, "oke aku berhenti cubit tapi ayah harus beliin aku apa pun yang aku mau. Oke?"

Ayahku mengeluarkan cengirannya lalu mengangguk seperti anak anjing.

The Power of NerdWhere stories live. Discover now