Prolog

47.3K 3K 274
                                    

Seorang gadis kecil menatap seisi kelas dengan mata coklat tua jernihnya. Ia memperhatikan segala hal mulai dari guru yang sedang mengajar di depan sampai tata letak barang yang berada di kelasnya. Hari ini adalah hari pertamanya di sekolah dasar. Ia menoleh ke teman sebelahnya yang tak lain adalah tetangga dan teman dekatnya sejak taman kanak-kanak, laki-laki itu sedang menggambar salah satu tokoh kartun favoritnya tanpa minat untuk memperhatikan pembicaraan guru di depan.

Tak lama kemudian, guru itu pun keluar dan beberapa temannya ikut keluar hendak menuju kantin atau mengadakan tur keliling sekolah. Laki-laki di sebelahnya pun telah hilang entah kemana bersama gerombolan anak laki-laki lainnya. Ia mendengus sebal karena untuk kesekian kalinya ditinggal tanpa pamit oleh laki-laki itu.

Keadaan kelas yang sepi pun membuat ia memperhatikan sekitarnya, pandangannya di mulai dari pintu kelas dan berhenti di salah satu meja barisan ketiga dari depan. Di sana duduk seorang lelaki dengan rambut coklat tua sedang membaca sebuah buku. Penasaran, gadis kecil itu pun menghampiri laki-laki itu yang letak duduknya tak jauh darinya, rambut hitamnya yang dikuncir kuda bergerak seiringan dengan langkah kaki gadis itu.

"Hai," sapanya dengan senyuman manis tercetak jelas di wajah. Laki-laki itu menoleh dan menatap gadis itu sebentar.

"Hai juga," Laki-laki itu kembali melanjutkan kegiatannya. Gadis kecil itu pun duduk di sebelahnya dan memperhatikan buku yang sedang dibaca. "Kamu baca apa?" tanyanya. Anak laki-laki itu mengangkat bukunya sehingga gadis kecil itu bisa membaca judul buku tersebut. "Han-sel dan Gre-tel. Kamu suka baca buku itu?"

Anak laki-laki itu mengangguk dan melanjutkan lagi aksi membacanya.

"Aku punya banyak buku di rumah, kakak aku suka baca," ceracaunya lucu.

"Aku juga punya."

"Kapan-kapan aku pinjem buku kamu ya, nanti kamu juga boleh pinjem buku aku."

Anak laki-laki itu kembali menganggukkan kepalanya acuh tak acuh. Gadis kecil itu pun merapatkan dirinya lalu ikut serta membaca buku yang berada di tangan anak laki-laki itu. Suara yang keluar dari mulutnya ketika membaca membuat anak laki-laki itu berdecak kesal.

"Kamu ngga ada kerjaan lain ya selain gangguin aku?"

Gadis kecil itu menatap laki-laki di depannya dengan bingung. "Emang kamu keganggu?"

Anak laki-laki itu kembali mengangguk dan menutup bukunya, ia mengalihkan pandangan dari buku itu dan menatap gadis kecil di hadapannya. Mata turquoise-nya menatap tajam mata coklat tua gadis kecil itu.

Di tatap tajam seperti itu, membuat gadis kecil itu bergidik ngeri dan menundukkan kepalanya. "Ta-tapi, aku ngga ngerasa ganggu kamu."

Anak laki-laki itu menatapnya semakin tajam. "Aku keganggu tapi."

Manik mata gadis kecil itu beralih menatap lekat mata turquoise milik anak di depannya. Sedari tadi, ia tidak menyadari warna mata laki-laki itu. "Mata kamu bagus, warnanya keren," pujinya tiba-tiba.

Mendapat pujian tiba-tiba, gadis itu berhasil membuat pipi anak laki-laki tersebut bersemu merah. Gadis itu langsung tersenyum girang. "Kamu lucu, pipi kamu sekarang merah."

Sadar akan warna pipinya, ia langsung menatap tajam gadis kecil itu kembali. "Jangan ganggu aku."

"Aku ngga ganggu kamu!" Gadis kecil itu mencebikkan bibirnya lucu. Tangannya pun sudah mengepal menahan emosi.

"Aku merasa keganggu sama kamu."

"Terus aku harus minta maaf?"

"Jauh-jauh dari aku aja," Anak laki-laki itu kembali membuka bukunya dan mulai membacanya kembali. "Tapi, aku mau temenan sama kamu," ujar sang gadis kecil takut-takut.

Anak laki-laki itu kembali menatapnya dengan sinis, tapi pandangan itu segera melunak ketika melihat mata gadis kecil itu berkaca-kaca. Dia menghela nafas pasrah.

"Aku Angkasa Pratama," ujarnya sambil menyerahkan tangan kanannya untuk berjabat dengan gadis kecil itu. Raut wajah gadis itu pun berubah seratus delapan puluh derajat dan langsung membalas jabatan itu dengan cengiran lebar. "Aku Matahari Latifa. Nama kita kaya nama benda di langit ya!"

Anak laki-laki itu mengangguk dan tersenyum tipis. Senyuman yang pertama kali ia tunjukkan di hari pertamanya.

"Panggil aku Ata, kalo kamu?" Anak laki-laki itu kembali membuka bukunya. "Asa."

"Oke, Asa, kamu sekarang udah jadi temen aku, aku juga punya temen namanya Bu-" Ucapan gadis kecil itu pun terpotong ketika namanya dipanggil oleh teman satu mejanya yang berada di depan pintu. "Ah! Tepat waktu! Bulan sini!"

Anak laki-laki yang dipanggil itu pun masuk dan menghampiri kedua teman sekelasnya. "Ini temen aku dari TK, namanya Bulan Nugroho, Ulan, ini Angkasa Pratama, panggilannya Asa," Kedua anak laki-laki itu saling menatap dan akhirnya berjabat tangan.

"Asa."

"Ulan."

Gadis itu tersenyum kembali. "Mulai sekarang Asa, Ata dan Ulan temenan ya!" Keduanya pun hanya mengangguk lalu melanjutkan kegiatan masing-masing.

***

Di sebuah rooftop hotel di kawasan Malioboro, Yogyakarta, satu remaja perempuan dan dua remaja laki-laki sedang menatap langit malam dan suasana Jogja di malam hari. Ketiganya duduk sambil memegang gelas dengan isi yang berbeda.

"Ayo kita buat perjanjian," ajak sang perempuan tiba-tiba. "Perjanjian apa?" tanya laki-laki yang duduk di sebelah kanannya.

Perempuan itu memang selalu tiba-tiba.

"Di SMA nanti cuman gue, lo, Asa, Ilona, Cavan dan keluarga kita yang manggil pake nama depan kita," Laki-laki yang duduk di sebelah kirinya menaik turunkan alisnya. "Kenapa gitu?"

"Gapapa, cuma pengen ngerasa spesial dengan panggilan khusus."

Laki-laki dengan mata coklat gelap yang serupa dengan rambutnya terpingkal geli. "Makanya jangan jomblo, kan ngga dapet panggilan khusus."

Sang perempuan langsung menoyor kepala laki-laki di sebelah kanannya gemas. "Emangnya gue itu elo yang ganti pacar mulu?!"

Laki-laki itu pun hanya terkekeh. "Kalo gitu, nama panggilan gue di SMA adalah Nugi."

Perempuan itu menyengir kuda. "Gue Tifa! Kalo lo apa, Sa?"

Laki-laki yang ditanya pun nampak berpikir sebentar. "Hm, Tama."

Perempuan itu menampilkan senyuman andalannya. "Dengan ini perjanjian kita resmi dibuat."

.
.
.
.
.

《《 Espace 》》

Haihai!

Ini nih cerita yang jadi projek besar gue. Semoga kalian seneng bacanya ya! Bentuk dukungan vomment akan sangat membantu gue melanjutkan cerita ini^^

Untuk kritik dan saran bisa dikirim ke message yaa~

-29/9/15

EspaceWhere stories live. Discover now