Bab 2: Bertemu Arianna

28.7K 1.8K 13
                                    

Laki-laki itu berjalan cepat dan semangat menuju ruang kerja Direktur Utama yang menjadi ruang kerjanya setahun belakangan ini. Perusahaan real estate yang ia bangun dengan kerja kerasnya sendiri.

Dia, Arrafi Atmadeva, anak pertama dari dua bersaudara. Diumur 21tahun, Raffi telah menyelesaikan pendidikan S1.nya di salah satu Universitas di Bandung.

Setamatnya dari Bandung, ia mulai bekerja di salah satu perusahaan swasta, masih dikota Bandung. Setahun setelahnya, ia mendapat beasiswa di London dan mulai meniti karirnya disana.

Awalnya hanya karena iseng, ia membeli perumahan sederhana dengan sisa tabungannya selama ia bekerja di Bandung. Dengan dibantu beberapa temannya sesama pelajar Indonesia yang merantau di London, ia mulai menyewakan perumahan tersebut dengan sistem pemasaran online.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di London, Raffi kembali ke Indonesia dan mulai membangun perusahaannya sendiri berbekal pengalamannya di London.

Kemeja kerja berwarna putih dan dilapisi jas kerja hitam itu memeluk tubuh tinggi tegap nan kekar miliknya. Dasi merah bergaris biru itu menghiasi lehernya, rambut pendeknya ia buat sedikit acak-acakan dibagian tengahnya, menyempurnakan penampilannya pagi ini.

Mata hitam legamnya menatap tajam apa saja yang ada didepannya. Memancarkan aura mendominasi bagi siapa saja yang berada disekitarnya.

Sambil membaca dokumen ditangannya, Raffi dapat melihat para staff wanita yang memandangnya dengan tatapan memuja. Dia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini, tapi lagi-lagi itu semua tak membuatnya peduli.

Fokus utamanya hanya bekerja dan bekerja.

Sejak gadis keparat itu meninggalkannya sendirian disaat ia sudah mencintai gadis itu teramat dalam. Demi tuhan Raffi benar-benar tak sudi menyebut namanya. Dia yang membuat Raffi jadi seperti ini, gila kerja, menjadi pribadi yang dingin dan jarang tersenyum. Sejak kepergiannya Raffi benar-benar kehilangan semangat hidupnya.

Bersama-sama dengan wanita itu sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga mereka melanjutkan kuliah bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Terlebih dengan segala hal yang pernah mereka lewati berdua. Dia adalah orang pertama yang menyapa Raffi saat ia baru pindah sekolah saat itu, dia yang selalu membagi bekal makanannya padanya.

Raffi tersenyum miris mengingat masalalunya. Walaupun sejak mereka menginjak SMP dan SMA, mereka tak pernah lagi bertemu, tapi beruntung ketika kuliah takdir mempertemukan mereka dikota yang sama dan berbagi kehidupan sebagai anak rantau bersama.

Ia menggeram pelan, lagi Raffi memikirkan wanita itu. Wanita yang mungkin saat ini sedang tertawa bahagia dengan pria lain. Tak ingin semakin berlama-lama dengan pikiran yang dipenuhi wanita sialan itu, Raffi berjalan semakin cepat kearah lift.

Raffi masuk kedalam lift dan menekan tombol dimana tempatnya bekerja. Beberapa saat kemudian, pintu liftpun terbuka dan ia melangkah cepat keluar.

"apa jadwal saya hari ini..?" tanyanya pada sang asissten ketika sampai didepan ruangannya.

"padat merayap boss.." ucap sang asissten sambil menyengir lebar kearah Raffi.

Raffi menghela nafasnya lelah. Mendengar jadwal mettingnya yang padat saja sudah membuatnya pusing. Sepertinya Andre assisten merangkap orang kepercayaannya benar-benar ingin menyiksa sang boss. Raffi mengumpat dalam hati, benar benar bawahan yang tak punya sopan santun.

"lo niat yaa ngejadwal meeting gue hari ini jadi sepadet gini..mau cari mati loo..?" tanyanya sambil memandang Andre tajam.

"sorry boos..bukan maksud anak buahmu yang tampan ini menyiksamu, tapi klien kita mintanya gitu.." Raffi semakin pusing mendengar kenarsisannya..

My DaughterWhere stories live. Discover now