Calum menatap Delancy dengan tatapn menginterogasi. Dan gadis itu balas menatapnya angkuh. Kedua anak adam itu saling bertatap, walau bukan tatapan yang mengisyaratkan perasaan.
"Jadi ini bukan arwah Anne Boleyn, melainkan arwah si anak tengik?" Calum menautkan kedua alisnya dengan wajah yang berjarak beberapa senti saja dari wajah gadis keturunan Inggris-Perancis ini.
"Berhenti, memanggilku, bocah tengik, monyet." entah apa yang mendorong Delancy untuk memanggil Calum dengan sebutan itu. Yang jelas, sejak pertama kali bertemu, Delancy sudah mengasumsikan kalau empat laki-laki yang akan tinggal dengannya berkelakuan liar seperti monyet-monyet.
Calum melirik sekilas ke kanan dan ke kiri, lalu kembali memfokuskan pandangannya pada Delancy. "Mana?"
"Apanya yang mana?" tanyanya yang kurang memahami, atau tidak memahami maksud dari pertanyaan sang bassist.
"Monyet." katanya santai.
"Di depanku," pernyataan Delancy yang enteng membuat Calum berpikir keras. "Dan tiga lagi dibelakangmu." senyum kecut itu hanya Calum lihat sekilas karena selanjutnya, ia menoleh ke belakang untuk melihat monyet yang lainnya.
"Monyet yang liar, menjengkelkan, sok keren, dan penuduh."
Butuh waktu beberapa detik untuk mereka mengerti maksud Delancy.
"Monyet berhidung besar. Monyet berjambul. Monyet berambut merah meyala. Dan monyet bergigi kelinci." tambahnya.
Setelah keempat pemuda itu sadar akan monyet mana yang Delancy maksud, mereka pun memutuskan untuk bubar. Bukan kembali ke kamar masing-masing, tetapi mereka masuk ke kamar Calum Hood.
Delancy tak memperdulikannya, lantas ia menyalakan musik klasik yang sempat dimatikannya tadi. Dan menggoyangkan kepala serta badan dengan santai, seiring dengan alunan nadanya.
Tak lama kemudian, ketika ia tak sengaja membalikkan badan, ia mendapati empat pemuda tadi berdiri dengan tegap dengan tangan yang dilipat di dada. Di depan mereka, sudah berdiri juga sebuah koper yang Delancy kenali.
"Hei, apa yang kau lakukan dengan koperku!" bentaknya dengan gerakan tubuh geram.
"Tuan putri tidak boleh tinggal dengan monyet-monyet liar." Ashton menegaskan.
"Ya. Disini bukan tempatnya Tuan Putri." Luke menambahkan.
Michael pun menggerakan tangannya dengan gerakan mengusir. "Hush, hush."
Delancy mengangakan mulutnya. Ini tidak benar. Ia tidak pernah diusir. Dan tidak boleh diusir, menurutnya.
Michael memegang ujung tarikan koper berwarna elegan itu sembari menatap Delancy penuh kepastian. "Kau sudah dieliminasi, Princess."
"Kau mau keluar sendiri atau aku--" Ashton tak sempat menyelesaikan perkataannya karena Delancy membantah dengan cepat. "Tidak!"
Kemudian tatapannya bergeser pada Calum Hood. "Sayang, kau tidak boleh mengusir pacarmu!"
Calum terkekeh sejenak, lalu menatap serius. "Aku bukan pacarmu."
Delancy memutar bola matanya dengan sedikit decikan tanda sebal. "Benar." Ia menghela nafas dulu, untuk selanjutnya membentak. "Tapi secara tertulis, kau pacarku!"
Hening.
"Kita punya kontrak!" Teriaknya mengingatkan.
Dan entah bagaimana, Calum memiliki kertas yang berisikan kontrak yang pernah Delancy tandatangani, dalam genggamannya. Dengan enteng, lelaki itu menyobeknya menjadi dua.
YOU ARE READING
Contract [c.h]
FanfictionDelancy si Ratu Populer, kehilangan predikatnya setelah insiden memalukan menimpanya. Belum lagi, berkat sang Ayah, Nicolas, ia harus rela meninggalkan sekolahnya dengan meninggalkan image buruk juga. Kemudian ia mendapat sebuah kontrak. Kontrak unt...
![Contract [c.h]](https://img.wattpad.com/cover/45854028-64-k965287.jpg)