2. From Angel to Devil

2.4K 208 3
                                    

Alexia Wafford

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alexia Wafford

"I don't know if you've ever noticed this, but first impressions are often entirely wrong." – Daniel Handler.

||

SEKARANG aku benar-benar bisa mati kebingungan karena kalimat yang dilontarkan wanita itu barusan. Mama, dia bilang? Ataukah jangan-jangan wanita ini adalah ibu kandungku? Lalu siapa ibu kalau ternyata wanita ini adalah...–

"Sudahlah, Sayang. Itu sudah belasan tahun yang lalu. Wajar saja jika Alexia lupa." Ingat suaminya sambil melingkarkan tangannya di bahu wanita itu... atau bisa kusebut mama? "Maafkan istriku, Alexia. Omong-omong, aku Yaser. Kami berdua teman lama kedua orangtuamu."

"Oh," Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, "Maaf karena aku sama sekali tidak mengingat kalian. Aku memang payah dalam mengingat nama seseorang."

"Ya, bukan masalah, aku mengerti." Kata Patrice akhirnya, memberikan senyuman maklum kepadaku. Oh, ayolah, siapa pun juga dapat melihat binar kekecewaan di bola mata cokelatnya meskipun harus kuakui wanita itu pandai menyembunyikannya.

Ibu tidak menunggu waktu lama untuk menggiring kami ke ruang makan sebelum suasana menjadi semakin canggung. Meja makan kami yang berada di tengah ruangan berbentuk persegi, dimana setiap sisinya diisi dengan dua kursi berdampingan. Sisi pertama diisi oleh kedua orangtuaku, di seberangnya Patrice dan Yaser, sedangkan aku memilih duduk di serong kanan ibu dengan kursi kosong di sebelah kananku yang mungkin akan diisi oleh Calvin.

Omong-omong soal kakakku, Calvin menyusul setelah beberapa menit tidak menampakkan batang hidungnya. Pandanganku teralihkan ketika melihat sosok lain yang membuntut di belakang. Seorang pria jangkung dengan setelan kemeja dan jas hitam, berhasil membentuk tubuh atletis yang dimiliki pria itu dengan sempurna. Mendapati dia duduk di seberangku – bukan – tepatnya di hadapan Calvin, di samping kanan Yaser.

Untuk beberapa saat, kunikmati waktuku untuk memperhatikan wajah tampannya; mulai dari alisnya yang tebal, diikuti mata cokelat hazel yang dilengkapi bulu mata lentik, hidung bangir, rahang yang terlihat kokoh dan terpahat sempurna, postur tubuh yang bagus, dan... tentu saja berduit. Bagaimana tidak? Aku bisa menjamin semua yang ada pada dirinya itu meneriakkan kata mahal. Mulai dari pakaian yang memebalut tubuhnya, jam yang melingkar di tangannya, kemudian... Ah, Sial! Bahkan ia mengenakan tindik di telinga, yang mana semakin membuat pria itu terlihat sangat luar biasa tampan, seksi, dan sedikit... nakal.

"Sayang?"

"Lex."

Suara pekikkan ibu dan senggolan lengan Calvin membangunkanku dari lamunan. Astaga... Hampir saja aku ketahuan. Cepat-cepat aku memeriksa keadaan bibirku, takut-takut ada air liur yang mengalir di sana akibat terlalu memuja pria itu. Menelengkan kepala, aku melihat sorot meledek dari ibu disertai senyum seringainya.

Arranged [ z.m ] | rewrittenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang