Bab 9 - Tergantung Niat

Start from the beginning
                                    

"Tidak ada? Bagaimana bisa? Bulan ini bukan bulan liburan, aneh.." gumam Janice tak mencurigai niat Er. Ketika Putu selesai memberikan informasi yang dibutuhkan Janice. Er rasanya ingin berteriak senang.

"Kau sengaja kan? Kalau kamu ingin tidur sekamar oke.."

"Oke? Kamu oke?" tanya Er meyakinkan. Ia sudah girang bak anak kecil yang baru saja diberikan hadiah ulang tahun spesial.

"Oke... Asal kamu tidur di sofa," ucapan Janice membuat bahu Er turun setengah. Pria itu melirik Sofa dan ranjang bergantian. Sofa itu jelas tidak bisa menampung tubuh Er yang bak jerapah. Sedangkan ranjang ukuran besar itu seolah meneriakinya 'Ayo nikmati aku bersama tunanganmu'

Sialan!

Janice meninggalkan Er begitu saja. Er pun memilih untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian surving. Ia sudah mengatakan pada Putu akan melakukan aktivitas surving dan meminta Putu untuk menyediakan papan yang bagus.

"Kamu mau kemana?" suara Janice menghentikan langkah Er yang baru saja beranjak menuju pintu. Di sana Er bahkan tidak berani mengedipkan matanya. Tubuhnya kaku seolah habis ditancapkan kuat-kuat di lantai. Janice dan bikini merah yang ditutupi kain pantai.

Doakan Er ya Tuhan..

Setan dan malaikat di kepala Er kini kompak mendoakannya. Er tahu Janice tak pernah main-main dalam ucapannya tapi bikini merah itu terlalu dini untuk dirinya yang sudah lumayan lama tidak menyentuh wanita.

"Kamu mau kemana? Mau berselancar?" tanya Janice yang berhasil mengembalikan Er dari imajinasinya yang sudah melayang jauh. Tidak.. Tidak jauh dari ranjang tepatnya.

"Iya.. Kamu mau ikut?" ajak Er yang sedikit terkejut dengan suaranya yang mendadak berat. Kontan Er menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Boleh.. Aku mau berjemur, tunggu ya aku ambil tas dulu."

Janice pun mengambil tasnya meninggalkan Er yang sibuk mencari cara agar bisa menjernihkan kepalanya dari Janice dan dada putih nan mulus wanita itu.

****

"Kamu yakin mau berjemur di sini?" tanya Er entah untuk kesekian kalinya. Ia bahkan tidak melangkah lebih dari lima meter untuk kembali lagi ke Janice dan meyakinkan wanita itu lagi akan niat berjemurnya.

"Iya Er... Kamu pikir aku becanda, hah?" tanya Janice santai. Wanita itu nampak santai mengolesi tubuhnya dengan lotion pelindung sinar matahari agar kulit putihnya tidak terbakar. Janice berniat mendapatkan kulit gelap eksotis bukan gelap hangus seperti habis dipanggang.

"Nanti kulit kamu hitam Sayang.." bujuk Er agar Janice membatalkan niatnya. Janice terkekeh geli.

"Emang aku mau hitamin kulitku Er sayang.."sahut Janice membuat Er kalah telak.

Er menghela nafas sebelum menggotong papan selancarnya dan melanjutkan niat berselancarnya.

"Er!" panggil Janice. Er bergegas menoleh dengan harapan Janice akan membatalkan niatnya –Er tak rela membagi Janice yang seksi dengan siapa pun.

"Sebelum kamu nyebur, bisa nggak kamu olesin lotion dipunggungku."

Er kehilangan oksigennya saat itu juga. Bagaimana bisa Janice menyiksanya berlipat-lipat ganda seperti ini.

*****

Lando menyelesaikan dokumen terakhirnya sebelum ia memulai akhir pekan bersama Lollita. Wanita itu mengajaknya berkeliling lokasi wisata bersejarah di sekitar Jakarta. Usai berkutat dengan dokumen dan meeting yang membuat kepalanya penat Lando bersiap dengan buku dan pensil sketsanya.

Lando tersenyum kala melihat nama Lollita muncul di layar ponselnya.

"Saya sudah selesai, kamu dimana?" tanya Lando.

"Aku di lobby kantormu."

"Saya turun sekarang."

Setelah sambungan terputus Lando bergegas menemui Lollita di lobby tak lupa dengan tas miliknya yang berisi buku dan peralatan melukisnya.

Sejak kedatangan Lollita satu minggu yang lalu hubungan keduanya semakin membaik. Lando pun akhirnya mengetahui jika Lollita dam dirinya punya hobby yang sama. Mereka sama-sama suka mengaplikasikan suatu objek dalam bentuk gambar atau lukisan. Dan malam ini mereka berjanji akan mengunjungi suatu tempat yang Lollita ketahui punya view yang bagus walau di malam hari.

"Bukannya kamu nggak suka harus berduaan aja sama saya." ujar Lando yang duduk dikursi penumpang sedangkan Lollita duduk dibalik kemudi. Tulang lengan Lando yang patah belum bisa digunakan untuk menyetir dengan sempurna. Jadi malam ini Lollita berbaik hati untuk menjadi supirnya.

"Memang.. Tapi aku yakin kamu nggak akan punya niat jahat sama aku." sahut Lollita santai bahkan sedikit melempar senyum pada Lando.

"Kenapa kamu mikir gitu?" tanya Lando kebingungan. Tahu darimana kalau Lando akan bersikap bak malaikat yang tak punya niat untuk menyentuh Lollita. Walau bagaimana pun perbedaan diantara dirinya dan Er tapi keduanya sedikit mirip untuk urusam nafsu. Bukankah semua pria juga sama.

"Sabuk hitam taekwondo, aku bisa menendangmu tanpa mengurangi kecepatan mengemudiku." penjelasan Lollita membuat Lando menelan ludahnya susah payah.

"Kalau begitu saya harus benar-benar menjaga sikap kalau tidak mau kepala ini jadi sasarannya."

"Apaan sih, santai aja lagi, aku kan bukan preman, udah kamu santai aja, bentar lagi kita sampai." sahut Lollita yang diakhiri senyuman meyakinkan wanita itu. Entah bagaimana senyuman itu membawa dampak aneh bagi Lando. Hatinya tiba-tiba menghangat dan Lando menyukai perasaan itu.

****

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 31, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TWIST DESTINY ( ON HOLD)Where stories live. Discover now