Chapter 1 : Beginning

73.6K 2.5K 127
                                    

Walaupun ceritanya udah selesai, tapi jangan lupa tinggalin vote and comment yaaa:)

Hope you'll like this stroy. enjoy!

******************************************************************************************************************************************

"I love you"

"apa?"

"I love you, Gabby"

"Hey, kita masih terlalu kecil untuk berbicara tentang itu"

"Tapi Gab...."

"hahaha sudahlah, lupakan saja dulu hal itu"

"hmm, baiklah. Tapi aku janji aku akan mengatakan hal itu lagi padamu suatu saat nanti"

"hahaha. Aku akan selalu ingat janjimu"

***

"Gabby!!!"

Suara teriakan yang menggema benar-benar membuat mimpiku hancur. Mengapa anak itu harus datang pagi buta seperti ini. Oh God, bahkan ini masih pukul 6 am. Dan itu artinya aku baru tidur selama 3 jam.

"Gabby, wake up!!"

Baru saja aku ingin kembali memejamkan mata, suara teriakan yang sudah khas itu kembali terdengar dan kali ini gadis yang berteriak itu sudah berada di dalam kamarku sambil menarik tanganku agar segera bangun. Tak bisakah dia sabar sedikit?

"Shut up, Jo! Dan jangan tarik tanganku, aku bisa bangun sendiri" ujarku segera bangun sebelum Jo menarik tanganku lagi.

Jo duduk di samping tempat tidurku dan menatapku dengan tatapannya yang tajam. "oh, c'mon Gab, kau tidak lupakan mau menemaniku satu hari ini?"

Aku bangun dengan kesal dan menatap Jo dengan tajam. "Aku tidak akan lupa jika kau tidak mengganggu mimpi indahku."

"Mimpi indah? Ayolah Gab, mimpi dengan orang yang tidak jelas itu kau bilang mimpi indah? Kapan kau bisa melupakan dia? Aku sudah bosan mendengar mimpi indahmu itu. Ya sudah, cepat sana mandi, aku tunggu di depan."

Jo berjalan keluar kamarku. Aku sudah menebak dia akan berkata seperti itu, jika aku bercerita tentang mimpi indahku. Tapi apa aku salah jika menyebutnya mimpi indah? Mimpi itu indah karena terasa sangat nyata. Ya, mimpi itu memang nyata. Dan entah mengapa sangat sulit bagiku untuk melupakan mimpi itu.

"Gabbyyyyy, cepaaaat...."

Teriakan Jo kembali menyadarkanku. Hah, tidak bisakah gadis itu sabar sedikit?

***

"Sebenarnya pacarmu itu siapa sih Jo? Anggota boyband one....one apalah itu, sepertinya aku tidak pernah dengar" tanyaku saat kami sudah berada di salah satu café setelah hampir seharian menemani Jo berbelanja.

Jo menyeruput cappuccinonya lalu menyandarkan badannya, "One Direction, Gab. Apa sih yang kau lakukan di London selama 1 bulan ini sampai-sampai tidak tahu One Direction? Boyband yang selalu dibicarakan gadis-gadis seperti kita ini. Dan kau tahu, how lucky I am, bisa berpacaran dengan salah satu diantara mereka."

One Direction. Ya, aku memang pernah mendengarnya beberapa kali. Aku juga pernah melihat gadis-gadis yang berteriak histeris saat membicarakan tentang One Direction. Tapi aku tidak terlalu peduli tentang hal itu. Aku bukan tipe gadis yang seperti itu.

"Jadi, siapa nama pacarmu itu?"

Jo terlihat menerawang ke luar jendela kemudian ia tersenyum, "Louis Tomlinson."

"Aku sangat penasaran dengan pacarmu itu, Jo" ucapku.

"Maka dari itu, nanti malam kau harus bersiap-siap karena aku akan menjemputmu jam 7 dan kamu bisa menilai sendiri bagaimana pacarku itu."

"Tapi......"

"Aku tidak menerima penolakkan,Gab" Jo memotong ucapanku. "Baiklah, sekarang aku harus pulang dan aku akan kembali ke rumahmu jam 7 malam. Bye, see yaa..."

Jo bangun dari duduknya dan pergi meninggalkanku sendiri. Selalu seperti itu. Tapi baiklah, untuk kali ini aku memenuhi ajakannya karena aku sendiri juga sedang bosan di rumah.

Aku melihat arlojiku. Pukul 5 pm. Lebih baik aku pulang sekarang daripada nanti harus mendengar ocehan Jo karena telat. Aku bangun dan berjalan meninggalkan café sendirian. Rasanya sudah lama sekali aku tidak melewati jalan ini. Walaupun sudah tinggal selama 1 bulan di London, aku selalu disibukkan oleh tugas sehingga tidak sempat untuk berjalan-jalan seperti ini.

Aku mengamati jalanan kota London yang dipenuhi oleh daun-daun yang berguguran. Itu berarti sebentar lagi musim dingin akan tiba. Musim yang selalu mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang sekarang aku sendiri tidak tahu dimana. Seseorang yang selalu datang di setiap mimpiku. Seseorang yang belum menepati janjinya padaku. Seseorang yang...

Tunggu.

Apa aku salah liat. Apa lelaki yang baru saja aku lihat itu benar-benar dia. Oh God, mengapa aku jadi seperti ini. Tapi entah mengapa ada suatu keyakinan di hatiku bahwa lelaki tadi adalah dia. Aku bermaksud untuk mengikutinya sebelum sebuah suara getaran menhentikanku. Ternyata SMS.

'Jangan sampai lupa nanti malam,Gab. Aku tidak mau kau terlambat'

Hah, ternyata hanya Jo. Dan, oh sial. Aku sudah tidak melihat lelaki itu lagi. Sepertinya tuhan benar-benar tidak mengizinkanku untuk melihat lelaki itu. Atau mungkin lelaki itu bukan dia? Entahlah.

***

"Are you crazy, Jo? Kau gak bilang kalau kita mau pergi ke konser."

Aku benar-benar bingung dengan Jo. Bagaimana bisa ia tidak memberitahuku jika sebenarnya kita akan pergi ke konser. Dan sekarang saat sudah sampai, dia hanya bisa tersenyum tanpa penyesalan sedikitpun. Menyebalkan.

"Hahahaha, ternyata kau tidak sepintar yang aku bayangkan,Gab. Kau kan sudah tahu kalau Louis adalah seorang penanyi, masa kau tidak terpikirkan jika aku akan mengajakmu ke konsernya? Sudahlah, ayo masuk ke dalam sebelum konsernya mulai," Jo menarik tanganku dan aku hanya bisa mengikutinya.

Baru kali ini aku melihat hal yang seperti ini. Ruangan yang sudah dipenuhi oleh gadis-gadis sepertiku ini. Benar-benar luar biasa. Dan ternyata Jo sudah menyiapkan tempat yang bagus untuk kita berdua, setidaknya aku bisa melihat dengan jelas ke arah panggung dari sini.

"Sepertinya sudah mau dimulai," Jo berkata padaku.

Aku melihat ke atas panggung. Ya, sepertinya memang sudah akan dimulai. Tidak lama kemudian sebuah video diputar di layar. Aku tidak terlalu tertarik dengan video itu. Toh hanya video pembukaan. Jadi aku lebih memilih untuk memainkan handphoneku sebentar.

"Aaaaaa........"

Oh my God. Teriakan gadis-gadis itu benar-benar membuat telingaku hampir tuli. Aku menaruh handphoneku dan melihat ke atas panggung. Ternyata sudah ada 5 orang lelaki yang berdiri di sana.

Satu orang yang berambut blondie. Satu orang yang berjambul dan memiliki banyak tato ditangannya. Satu orang yang berambut tipis, mungkin bisa dibilang hampir botak. Satu orang dengan rambut berwarna coklat. Dan satu orang berambut keriting.

Tunggu. Mengapa aku merasa tidak asing dengan orang yang aku sebutkan terakhir itu. Rambut keriting itu. Aku sangat ingat dengan rambut itu. Tapi, wajah orang itu tidak terlalu terlihat jelas dari sini.

Aku mengalihkan pandanganku ke layar dan......lelaki itu. Lelaki itu memang dia. Tapi, mengapa dia bisa berada disitu? Bagaimana bisa? Aku benar-benar bingung sekarang. Sungguh, aku tidak salah lihat. Orang itu memang Harry. Harry Styles.

To be continued

Because Of You [ One Direction ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang