Thousands First Nights

128K 653 16
                                    

by: @Ai_Ailee


"Woah. Such a touchy story, eh? Romantis manis kayak gulali dan sedikit, ehem. Haha. Kayaknya yang udah pada punya pasangan halal merapat ke pelabuhan masing-masing ni ya. Eit, jangan dulu dong. Saya masih mau terima satu penelepon lagi. Ditahan dulu ya aktifitas malamnya," tawa renyah terdengar meluncur keluar dari bibir plum itu.

Kringg.
Terdengar bunyi telepon.
"Yak! Udah ada yang masuk ni," dia berujar senang, "Hai selamat malam, dengan Lady disini," sapanya ramah.
Tidak ada sahutan.
"Hai. Wo-Man-nizer 15.10. Tell me your story," ulangnya.
Tut.
Terdengar sambungan terputus. Lady, penyiar itu, memajukan bibirnya dengan wajah kecewa.

"Yah putus. Sayang lho. Susah kan kalo mau nelpon kesini. Line-nya rame," katanya lagi, masih dengan suara ramah yang sama, "Saya kasih tau lagi ni buat yang baru gabung. Malam ini ceritanya tentang kisah bagaimana proses womenizer semua mendapatkan malam pertama. First Nite. Bisa yang lucu, haru, hmh, bebas. Inget ye, bukan kejadian intinya lho! Kisah yang melatarinya. Pasti ada cerita dong," cerocosnya lincah.
Lady selalu senang dengen cerita para pendengarnya yang biasa dia sebut womenizer.

Salah satu kesenangannya saat siaran adalah mendengar cerita para pendengarnya yang biasa dia sebut womenizer. Selalu ada sesuatu yang di ambil dari cerita-cerita yang selalu berganti tema setiap malam.
Kringg.
"Hai. Wo-Man-nizer 15.10. Lady's speaking," sapanya tanggap.
"Assalammualaikum, Lady. Aku penggemarmu lho," terdengar suara lembut disana yang langsung di sambut Lady dgn tawa renyah.
"Waalaikumsalam. Ciye, saya punya penggemar. Oke deh. Tell me, tell us the story," katanya

"Aku," suara itu berkata pelan, "dua tahun lalu, aku masih menyandang status kupu-kupu malam. Pelacur. Atau apapunlah org biasa menyebutnya," dia berujar tenang namun masih tersisa getaran dalam suaranya.
Lady kaget, tapi cepat menguasai diri. Dia terbiasa dengan macam-macam latar belakang pendngarnya.

"Hmmh. Masa lalu berarti ya. Terus?"
"Malam itu ada laki-laki yang menghampiri aku. Tidak sangat tampan. Tapi auranya luar biasa. Dia datang, menanyakan harus membayar berapa untuk menghabiskan waktu denganku. Yah, taulah ya. Profesiku," penelpon itu tertawa hambar. Lady terdengar hanya menggumam menanggapinya.

"Aku menyebutkan sederet angka yang merupakan tarifku. Dia tersenyum mendengar tawaranku, lalu tanpa pernah aku duga, dia menanyakan berapa dia harus membayarku kalau dia meminta waktuku seumur hidup,"
Sampai disini, Lady menahan nafasnya.
"Dia melamarku. Laki-laki itu melamar perempuan kotor sepertiku. Rasanya ada yang menarik raga rusakku dan menceburkannya ke dalam aliran sungai surga Firdaus. Membersihkanku,"

Bulir haru mengalir pelan dari mata Lady. Subhanallah, dia membatin takjub.
"Namanya Panglima. Dia memuliakan wanita kotor sepertiku. Entah aku berbuat kebaikan apa sampai Allah memberikan hadiah semegah itu untukku. Atau mungkin memang dia punya hati mulia, aku tidak tau," dia berujar pelan penuh haru, "yang jelas, dia memintaku melupakan malam-malam kotor sebelumnya dan memulai semua dari awal. Malam pertamaku adalah setelah akad nikah dan sah menjadi miliknya,"

Lady tergugu. Kisah ini menyentuh relung hatinya hingga matanya berkaca-kaca.
"Mbak..,"
"Panggil Syifa aja. Itu namaku,"
"Makasih ya Syifa buat ceritanya. Duh, seriusan saya gak bisa ngomong lagi ni," Lady berujar dgn suara penuh getar haru.
Setelah berbincang sejenak, Lady memutus sambungan telepon dan menutup siarannya malam itu.
Dia bergegas menyambar tas dan pamit dgn para kru.

"Mau pulang, Nona?" teguran singgah di telinganya. Lady menoleh dan tersenyum.
"Diaz," dia bergumam saat tubuh lelaki itu mendekat.
"Tema malam ini luar biasa ya," Diaz tersenyum miring memabukkan.
Lady mengangguk.
"Cerita terakhir bikin aku nangis," ujarnya tertahan saat Diaz menarik pinggangnya. Lelaki itu bergumam lembut seraya mengecup sekilas kening Lady.
"Aku jadi ingin malam pertama-ku sendiri. Mau membantuku?" dia berbisik pelan di dkat telinga Lady dan membuat wanita itu merinding geli.
"Malam pertama?"
"Hmm. Malam pertama untuk yang kesekian kalinya setelah kita menikah. Tertarik?" Diaz tersenyum menggoda. Lady membalasnya dengan decakan kesal. Tapi tak urung dia mengikuti langkah Diaz yang menggamitnya ke mobil untk pulang.
Dalam hati dia berdoa, semoga banyak pasangan di luar sana yang mendapatkan malam pertamanya dengan pasangan yang sudah halal.

end

Malam PertamaWhere stories live. Discover now