Prolog

54.1K 2.4K 87
                                    

Petir menyambar bumi bersamaan dengan turunnya hujan deras yang membasahi jalanan kota. Jalanan terlihat gelap dan sepi karena malam sudah larut. Hanya ada beberapa mobil yang lewat serta orang-orang berlarian masuk ke toko di pinggir jalan untuk berteduh. Hujan turun semakin deras sampai pandangan menjadi terbatas. Wiper mobil-mobil bergerak tanpa lelah menyingkirkan air dari kaca depan agar pengemudinya dapat tetap melihat jalan.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju dengan cepat di jalanan sepi itu. Kecepatannya cukup berbahaya untuk menembus air hujan yang menggenangi jalan. Suara petir yang memekakkan telinga tidak menciutkan nyali pengemudi mobil sedan hitam itu agar memelankan laju kendaraannya. Wajahnya kaku, menunjukkan ia sedang berkonsentrasi pada jalan. Berkali-kali ia melirik spion dengan tatapan khawatir. Di sampingnya, duduklah seorang wanita yang sedang menggumamkan sesuatu pada tumpukan mainan berbentuk hewan di tangan. Di bangku belakang, duduklah dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Kedua anak itu duduk dengan tenang, menikmati laju kencang mobil yang mereka tumpangi, tanpa sadar ancaman bahaya mengejar mereka.

Pria pengemudi mobil membanting setir ke arah kanan, membuat mobil itu sedikit tergelincir keluar dari jalan. Ia terus menekan pedal gas dengan kuat seakan keselamatan mereka semua hanya bergantung pada kemampuannya mengendalikan mobil. Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi sampai toko-toko di pinggir jalan berubah menjadi tanah kosong dengan pepohonan menghiasi kedua sisi jalan. Gemuruh petir terdengar dari depan dan sesaat kemudian kilatan petir menyambar salah satu pohon di pinggir jalan. Langit memerah akibat kumpulan petir yang terus menyambar.

Petir terus bergejolak seakan ada yang mengendalikannya. Pepohonan tumbang satu per satu akibat tersambar petir sehingga menghalangi jalan. Pria pengemudi mobil itu menggertakkan gigi kesal. Ia harus terus berkonsentrasi menjalankan mobilnya tanpa terkena pohon yang tumbang. Sesosok bayangan berjubah hitam, dengan tudung yang menutupi kepala, tiba-tiba menampakkan diri di kaca depan mobil.

Pria dan wanita di bangku depan tersentak kaget. Si pria menginjak rem mendadak sehingga membuat mobil berputar sekali lalu keluar dari jalan dan menabrak batang pohon yang tumbang. Sesosok bayangan hitam perlahan mendekati mobil itu. Pria pengemudi tidak bisa menyalakan mobil walaupun sudah berkali-kali mencoba memutar kunci.

Bayangan itu semakin mendekati mereka. Si pria menoleh ke belakang dan memegang tangan anak perempuan, sedangkan si wanita memegang tangan anak laki-laki. Pria dan wanita itu menyatukan tangan mereka yang bebas. Mereka menatap kedua anak di depan mereka dan menggumamkan sebuah kalimat.

Kedua anak kecil itu mulai menangis. Bayangan hitam yang menyerang mereka sudah berada tepat di depan mobil. Pria dan wanita itu melepaskan pegangan mereka pada anak-anak lalu memandang sesosok bayangan di depan mereka sambil tersenyum. Pandangan mereka pasrah namun penuh keyakinan.

Bayangan itu mengangkat tangan kanannya dan petir kembali bergemuruh. Kedua orang dewasa itu saling berpandangan untuk menguatkan. Terjadi ledakan yang dahsyat ketika petir menyambar mobil. Si bayangan menurunkan tangan kemudian berbalik dan melambai puas pada keempat penumpang mobil yang hangus di belakangnya.

***************************************************************************

Platina tersentak bangun. Ia menghirup napas dalam-dalam karena paru-parunya menjerit meminta oksigen. Tanpa ia sadari, sejak tadi dirinya tidak bernapas untuk sesaat. Ia menggigil kedinginan walaupun tubuhnya sudah terbungkus selimut. Ia merengkuh tubuhnya sendiri sambil berusaha memejamkan mata untuk kembali tidur.

Semoga aku tidak lagi bermimpi seperti tadi, batinnya penuh harap.

THE OUTSIDERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang