"Upaaan!" Seru anak kecil berkacamata yang kini berlari kencang. Sang empu yang merasa terpanggil pun lantas mendongak, melemparkan seutas senyuman lebar.
"Solaaar! Ayo main!" ajak sang Kakak dengan semangat 45. Solar lantas mengangguk. Dengan cepat, kakinya mulai berlari kencang, mencoba menghampiri sang Kakak yang tanpa sadar telah menyentuh tumpukan balok yang kini tersusun rapi.
Taufan terbelalak kaget, tak percaya dengan apa yang baru saja Ia lihat, "Solar! Apa yang Kau lakukan?" teriaknya tanpa sadar.
Solar sang bocah polos lantas menangis. Tubuh kecil nya terduduk pelan. Tangannya melingkar, mendekap lutut yang kini terluka akibat tabrakan balok yang tak Ia sengaja.
Tanpa sadar, sesosok remaja pria kini berdiri tegap di balik pintu. Tangisan itu berangsur keras, membuatnya merasa terpanggil untuk melihat secara langsung.
Tatapan nya berkilat tajam.
Taufan yang tersulut emosi, lantas berniat membalas. Tangannya kini bergerak pelan, menyentuh potongan balok. Tangannya terangkat, mencoba melempar balok itu keras-keras ke Solar.
Satu.
Dua.
Sebelum satu suara menghentikan pergerakannya.
"Taufan! Apa yang Kau lakukan? Kenapa Solar terluka!? Kau apakan dia!?" bentak Halilintar.
Solar yang mendengar pun, lantas berlari menghampiri. Mencoba menghiraukan lututnya yang kini terasa sakit.
Taufan terduduk diam. Mencoba menahan tangis. Jemarinya mencengkram balok yang kini tampak berserakan. Tatapan itu berubah bengis, penuh kebencian menatap sosok kecil dihadapannya.
"Dasar caper!"
***
Yoo!! Guyss!! Book kali ini khusus collab bareng Lilyedts_0!! Dan yaa kemungkinan book ini bakal slow update. Dikarenakan book Collab, dan di sisi lain author kesayangan kita harus namatin book sebelah guys.
Pasti kalian nungguin "Sampai Jadi Debu" kan ? :v
Kasian banget sampai lumutan gitu :>
OKE GUYSSS!! JANLUP RAMEIN!! KALAU RAMEE AUTHOR KITA JADI SEMANGAT NAMATIN BOOK YG LAIN OGHEYYY!!!
YOU ARE READING
I Also Want To
Fanfiction"Taufan.. andai Aku punya kesempatan kedua, aku akan melindungi mu dengan sepenuh raga ku." Sumpah itu, kini kusadari sebagai dusta belaka. Omong kosong yang menguar dibalik angin lalu. Kini, di tempat yang berbeda, realitas kembali mengikat kita. S...
