Musim Kesendirian

76.1K 644 4
                                    

Sudah lebih seminggu Erlan memulihkan kondisinya di kampung halaman tercinta. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya karena waktu penyembuhan kakinya yang memakan waktu cukup lama. Melewati hari-hari di kamarnya yang penuh kenangan masa remaja, kenangan sewaktu masih duduk di bangku SMA. Kenangan yang silih berganti terurai kembali di pelupuk matanya manakala ia menatap seluruh isi kamarnya yang dipenuhi foto-foto berseragam putih abu-abu nan tertata rapih. Setelah seminggu lebih menjalani terapi akhirnya hari ini untuk pertama kalinya Erlan melangkahkan kakinya tanpa bantuan tongkat penyanggah.

"Alhamdulillah terima kasih banyak Mak, rasanya sudah baik dan berjalanpun sudah tidak terasa lagi sakitnya", sahut Erlan melangkah lalu lalang di ruang tamu. "Iya, tapi jangan terlalu dipaksakan", jawab perempuan tua yang disapa Mak tersebut. "Betul Lan, kamu masih harus istirahat supaya betul-betul pulih kembali", sela ibunya yang memperhatikan putra kesayangannya itu latihan berjalan. "Bu Sundari, saya pamit dulu sampaikan salam hormat pada Bapak", perempuan tua itu bangkit berdiri. "Baik Mak, nanti saya sampaikan", balas ibu Erlan takzim. "Lan, kalo keadaamu sudah semakin membaik kutunggu di rumah ya, ada hal yang mau saya bicarakan", ucap ibu tua itu kepada Erlan yang langsung dibalas dengan sikap hormat ala militer oleh Erlan. Perempuan tua itu hanya terkekeh sejenak kemudian bergegas meninggalkan rumah sederhana yang bersih dan tertata tersebut.

Erlan melangkah masuk ke kamarnya. Pandangannya menyapu segenap ruangan yang selama lebih dari seminggu ini setia menemaninya dalam kesedihan tak kunjung reda. Menatap sprei yang tidak pernah kering oleh air mata yang menetes mengingat kekasih manakala sang dewi malam mulai turun memeluk bumi. Menatap langit-langit kamar yang senantiasa setia mendengarkan kidung rindu hatinya terhadap Vivi sang bidadari yang kini tak diketahui keadaannya.

Melangkah pelan ke arah jendela lalu membukanya dengan lambat. Wajahnya dibiarkan diterpa angin musim kemarau yang kering bercampur debu dedaunan yang beterbangan. Matanya menatap lurus ke arah perbukitan di kejauhan sana. Hatinya gundah tak menentu, pikiran dan hatinya hanya dipenuhi oleh satu manusia Vivi Dwi Hapsari Wahyuningtyas. "Bagaimana keadaamu Vi, masih ingatkah engkau padaku, tahukah engkau betapa aku merindukanmu?", batinnya bergemuruh mengeluarkan seluruh kegundahan dan kegalauan hatinya. Kelopaknya menggelung tetesan kesedihan dan kesendirian.

"Kak Lan, ada tamu", adik perempuannya membuka pintu memberitahukan kehadiran seseorang.

"Siapa?", tanya Erlan tanpa membalikkan badannya. "Kak Zaenab", jawab sang adik masih berdiri di ambang pintu. Menyeka kelopak matanya, Erlan berbalik sambil berkata," Mayang kamu buatkan minum Kak Zaenab ya!". Adiknya yang bernama Mayang itupun berlalu, sementara Erlan berjalan ke ruang tamu menemui sahabat di masa kecil hingga remaja bahkan hingga saat ini. "Lan, bagaimana keadaanmu, maaf aku baru sempat kemari", Zaenab membuka pembicaraan sambil menjabat erat tangan Erlan. Keduanya lalu berangkulan menyalurkan rasa rindu melalui tatapan dan senyum tulus di celah bibir masing-masing.

"Alhamdulillah Nab, sudah baik", jawab Erlan sembari mempersilahkan Zaenab duduk. "Kamu sendiri bagaimana kabarmu, lama ya kita tidak ketemu", ujarnya. Zaenab memperbaiki letak kerudungnya, "Alhamdulillah Lan aku baik-baik saja, kamu sih terlalu malas untuk pulang kampung", balasnya sambil tersenyum mengolok. Erlan hanya tertawa ringan, sebelum keduanya terlibat dalam pembicaraan tentang keadaan masing-masing, tentang cita-cita, masa depan dan cinta. "Kamu sudah putus ya sama Alya", tanya Zaenab setengah serius. Erlan kembali tertawa, "Nab aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu, aku tidak tahu apakah kami sudah putus atau belum, sejak sama-sama kuliah berbeda kota kami sudah tidak pernah berkomunikasi lagi", jawab pemuda teduh tersebut.

Zaenab tertawa mendengar penjelasan sahabatnya. "Iya Lan, waktu memang bisa mengubah semuanya, aku hanya sekedar bertanya karena bulan lalu Alya kemari bersama seorang lelaki yang diperkenalkan sebagai tunangannya", ujar gadis berkerudung berpenampilan sederhana itu. Erlan hanya menarik nafas, "Syukurlah kalau sudah menjalin hubungan yang serius, aku turut senang mendengarnya dan berharap Alya bahagia", ucapnya.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon