~Happy reading~
~o0o~
Seorang gadis duduk di kursi samping jalanan. Ia masih mengenakan seragam sekolah, pandangannya fokus menatap layar ponsel yang memperlihatkan gambaran keindangan gunung-gunung di indonesia.
Ia ingin sekali pergi mendaki dan menikmati keindahan alam itu secara langsung, bukanya hanya melihat lewat layar ponsel saja. Setiap puncak terlihat seperti langit kedua-- tempat semua beban turun sebelum uap diatas awan.
Sudah bertahun-tahun ia ingin berada di atas sana, berdiri diatas awan, tetapi selalu tertunda oleh waktu.
Ia mengangkat pandangannya lurus kedepan melihat mobil dan motor yang berlalu lalang di sore hari ini.
"Aku pengen kesana..." ungkapnya lirih sembari membayangkan betapa syahdunya puncak-puncak itu.
Ting.
Satu pesan masuk pada ponselnya
(Ayyuna, lagi dimana? pulang cepat).
Ayyuna hanya melirik layar ponselnya sebentar, gadis itu berdiri dari duduknya.
"One day Ayyuna, lo pasti bisa kesana." ucapnya dengan sungguh, ia mencoba memantapkan hatinya kemudian pergi dari tempat itu.
~o0o~
Ayyuna sudah memikirkan ini berhari-hari bahkan bertahun-tahun. Sejak ia melihat potret puncak yang seperti negeri di atas awan, sunrise emas, udara tipis yang sejuk, tenang dan bendera kecil yang berkibar seolah menyapa dunia yang tidak semua orang sanggup menggapainya.
Namun, mimpi itu selalu tertahan di satu titik yang sama, yaitu izin dari orang tua Ayyuna.
Dia tau orang tuanya itu sangat protektif. Ayyuna seorang gadis perempuan, masih muda dan gunung bukan hanya sekedar tempat piknik. Risikonya banyak, jalan terjal, cuaca yang tidak pasti.
Ayyuna pernah ingin menyampaikan tetapi setiap kalimat yang hampir ia suarakan selalu terasa kelu. Takut ditolak dan dianggap nekat.
Ulang tahunnya yang tinggal beberapa hari lagi, babak baru di hidupnya, usia berganti-- dia tidak mau melewatkan usia ini tampa melakukan satu hal yang benar-benar menjadi impiannya.
Naik gunung, sekali saja hadiah ulang tahun untuk dirinya sendiri. Ayyuna duduk di karpet dan bersender pada kasur. Jari-jarinya mengscrol instagram hanya untuk sekedar menghilangkan gelisah.
Namun sepertinya takdir berkata lain. Muncul sebuah postingan yang menawarkan private trip ke gunung. Seolah ada pintu peluang yang terbuka dihatinya.
"Solo bisa... berarti gua juga bisa."
Dengan sedikit ragu namun pernuh harap, Ayyuna menekan opsi pesan dalam profil instagram itu.
Trip Montain.
Online.
Ayyuna;
"Hallo, private trip bisa kemana aja ya kak?"
Trip;
"Hallo, gimana kakak mau trip ke gujung mana kami bisa temani ke-atap mana saja."
Ayyuna;
"Untuk slot solo masih ada kak?"
Trip;
"Ada kak, ada satu orang guide+poter."
"Kakak berminat?"
Ayyuna;
"Okay kak, saya berminat."
Trip;
"Baiklah, boleh saya minta nomor WhatsApp kakak?"
YOU ARE READING
FRAGILE RULES
Teen Fiction°°° Tak ada yang benar-benar selesai pada hari itu, yang selesai hanya percakapan terakhir-itu pun lebih mirip pintu yang ditutup perlahan, bukan dikunci. Orang-orang bilang dua pejalan yang pernah searah pasti membawa pulang sesuatu. Tapi tak ada y...
