Tujuh tahun, merupakan waktu yang cukup bagi beberapa orang untuk melupakan detail-detail kecil. Namun bagi Aluna, tujuh tahun hanyalah jeda panjang sebelum menerima efek dari rasa kagumnya yang mendalam.
Semuanya bermula ketika Aluna masih kecil. Saat itu Andrew datang sebagai tetangga depan rumah dengan figur ideal tak tertandingi, sosok kakak yang hangat, cerdas, dan selalu memperlakukannya dengan perhatian yang tulus. Hal tersebut lantas menjadi fondasi yang kuat untuk kekaguman seorang Aluna yang polos.
Kekagumannya itu begitu murni dan tidak pernah pudar, sehingga tanpa sadar membentuk ambisi hidup Aluna untuk mengikuti jejak Andrew. Andrew bercita-cita menjadi arsitek, maka Aluna belajar untuk menyukai arsitektur. Andrew pindah ke Perth, maka Aluna berjuang untuk mendapatkan universitas disana. Semuanya Aluna ikuti tanpa memikirkan resikonya.
Sedangkan Andrew, ia menyambut Aluna dengan keramahan dan tanpa beban. Bagi Andrew, Aluna hanyalah adik kecilnya yang harus ia lindungi dan dampingi di kota asing. Tindakan Andrew itu murni, tanpa pretensi romansa, lahir dari rasa tanggung jawab sebagai seorang yang lebih tua.
Namun mata dan hati Aluna, menangkapnya berbeda.
Setiap bimbingan belajar dengan Andrew, setiap tatapan bangga yang diberikan, dan tindakan yang didasarkan oleh ingatan masa lalu—semuanya bukan lagi material-material yang membentuk rasa kagum. Semua tindakan Andrew yang terlalu personal dan sempurna itu, tanpa sadar menjerumuskan Aluna ke dalam rasa kagum yang lebih dalam dan berubah menjadi perasaan jatuh cinta pada pria yang menganggapnya sebagai keluarga.
Namun akankah Aluna berani dan mampu menembus tembok ketidaksadaran Andrew, sang Arsitek? Atau akankah ia hanya bisa menerima terperangkap dalam hubungan brother-sister yang intim namun semu?
