Sabitha mendengus samar. "Lo aja kaget, apalagi gue. Rasanya udah kayak nyawa gue ketarik dikit," oke, itu terdengar berlebihan. Tapi Sabitha betulan terkejut.
"Lo gak bisa nolak emang?" tanya Elora.
"Bisa."
"Terus kenapa gak lo tolak—"
"—kalau gue bisa cari yang lebih unggul dari Si Kale Kale itu."
"Oh...susah sih kalau gitu. Yaudah."
Sabitha berdecak. "Ah! Lo gak membantu."
"Ya terusss? Lo mau gue ngancem bokap nyokap lo biar lo gak jadi dijodohin, gitu? Sorry aja, masih sayang nyawa," ucap Elora. "Btw, cakep gak calon suami lo? Siapa sih namanya?"
Sabitha mengendikan bahu. "Gak tau. Belum.pernah ketemu— nanti malem sih rencananya, dinner sekalian bahas soal pernikahan kita. Kalau kata Papi sih Kaleandra gitu, gak tau nama panjangnya."
"Hm, kalau diliat dari namanya sih lumayan ya. Semoga bukan om-om berkumis tebal," timpal Elora.
"Ih! Jangan ngomong gitu dong. Gue udah parno tau, takut aja udah tua. Tapi kayaknya bokap gue gak sejahat itu."
"Semoga aja. Nanti spill please, lo deskripsiin aja tampangnya kayak apa," Elora berujar dengan menggebu.
"Kenapa jadi lo yang lebih semangat sih, Ra?"
"Ya kan gue kepo."
Sabitha memutar bola matanya malas. "Kayak Dora."
"Sembarangan. Just wanna know about your future husband, nothing more."
"Yayaya, up to you."
Elora menatap Sabitha skeptis— sadar akan tatapan Elora, Sabitha menoleh. "Kenapa lo? Gitu amat.."
"I think lo gak akan nerima gitu aja pernikahan ini tanpa embel-embel apapun."
Sabitha terkekeh pelan. "Tau aja lo."
"Kita temenan udah dari zaman ingusan ya. Lo minta apaan?"
"Bentley.."
"Asli?"
Sabitha mengangguk. "Awalnya sih pengen minta Mercy, tapiii karena menurut gue basic banget, akhirnya minta Bentley deh."
"Mantep juga lo."
"Ya, seenggaknya dibalik pernikahan MAKSA ini, gue dapet sesuatu yang gue mau dan tanpa penolakan apapun dari Papi," ucap Sabitha. "Walaupun, sejujurnya juga gue gak tau apakah kehidupan setelah menikah akan berjalan lancar atau justru kayak neraka."
"Yaa, gue cuma bisa do'ain yang terbaik buat lo dan kehidupan lo nanti. Tapi, kalau misal lehidupan lo nanti kayak neraka, semoga lo betah sama panasnya aja sih, Bit."
Sabitha sontak menampar lengan Elora keras. "Aw! Sakit woi! Gila, perih amat.." keluh si blonde.
"Ya abis mulut lo sembarangan bener kalau ngomong."
Elora mendengus. "Kan gue cuma nerusin omongan lo barusan."
"Bodoamat. Suka-suka lo," balas Sabitha. "Btw, jangan lupa kosongin jadwal lo buat minggu depan, awas aja gak dateng," sambungnya.
"Tenang aja. Ya kali gue gak dateng, aman."
✨
"Gila, plot twist banget hidup lo, Kal."
Kaleandra sudah menceritakan semuanya kepada kedua teman karibnya dari masa SMA tentang perjodohan yang orang tuanya rencanakan.
"Jujur, gua gak expect lo bakalan nikah secepet ini— minggu depan buset."
Kaleandra menghela napas. "Ya mau gimana lagi. Kalau boleh jujur, sebenernya gua juga sama kagetnya kayak lo berdua. Ya siapa yang gak kaget dah, tiba-tiba disuruh nikah. Gak pernah terlintas dipikiran gua sama sekali, sumpah."
"Lo gak berusaha nolak gitu?" tanya Arkana.
"Awalnya gua berniat buat nolak atau negosiasi lah dikit-dikit ke bokap. Tapi setelah gua pikir-pikir, apa ya— selama ini tuh, semua yang gua mau selalu beliau turutin tanpa ada embel-embel gua harus ngelakuin sesuatu dulu buat dapetin itu. Ya walaupun gua tau kalau emang udah sewajarnya orang tua membiayai kehidupan anaknya, tapi tetep aja— gua gak enak mau nolak," ucap Kaleandra. "Lo pada inget kan, bokap gua yang keras kepala nyuruh gua buat ambil bisnis sedangkan gua maunya di ilkom?" tanya Kaleandra yang diangguki oleh kedua temannya. "Akhirnya apa? Diizinin juga gua. Susah lah, gini nih gak enaknya jadi people pleasure."
Arkana memutar bola matanya malas. "NAJIS!"
Sedangkan Eric tertawa. "Gaya lo people pleasure"
Kaleandra ikut tertawa. "Gapapa. Seenggaknya gua dapet Rubicon."
"Lumayan lah ya, gak rugi-rugi amat. Btw, cakep kagak calon bini lo?"
"Gak tau gua."
Eric mengernyitkan keningnya. "Lah? Gimana ceritanya gak tau?"
"Ya kan belum ketemu. Nanti malem rencananya," jawab Kaleandra.
"Cakep sih kalau kata gua. Yakin."
"Halah! Lo mah mau kayak apa modelannya juga pasti bilangnya cakep," cibir Kaleandra.
"Tipikal playboy," timpal Eric.
"Yeeee, gak gitu juga kali ah."
Kaleandra melirik jam tangannya. "Eh, gua duluan dah. Kelas bentar lagi mulai— jangan lupa minggu depan kosongin jadwal. Kagak dateng gua bogem satu-satu," ancamnya.
Arkana dan Eric terkekeh. "Gak usah dateng aja gak sih, Ric? Mager sih gua."
"Sama sih. Mager juga, kayaknya juga bakalan ada acara sih nanti," timpal Eric.
"Monyet. Lihat aja!"
✨
halo!
seperti yang sudah tertera di deskripsi cerita, kalau A Contract of Heart akan SLOW-UPDATE karena because adalah is alias semoga kalian mengerti yh hehe— aku shebooook (BENERAN SIBUK) no tipu tipu. minta doanya aja supaya aku tidak melupakan proyek baru ini. anw, ceritanya ini juga bakalan ringan koook. ngalir aja gitu, gak yang bikin mikir alias AKU MALASSS BIKIN KONFLIK GEDE, tapi gak tau kalau ada yang tiba-tiba merasuki (re: haechan) dah gitu aja kali ya yapping ya alias BACOT BANGET DEH AKU INI, maff yh maniezz!!
see you (gak tau kapan)
YOU ARE READING
A Contract of Heart
Fanfiction[SLOW-UPDATE] They say love grows with time- living together as husband-wife, even if it's arranged . But let's be real, Sabitha only believes 20% of that.
O1. What A Plot Twist
Start from the beginning
