✨
Sedangkan di kediaman Keluarga Adinata, Kaleandra nampak lebih santai. Responnya tidak se-heboh Sabitha.
"Siapa namanya, Ma?" tanya Kaleandra setelah Sarah Vishaka— Mamanya, bicara.
"Sabitha. Sabitha Pranata."
Kaleandra mengangguk sekali. "Bagus namanya," responnya. Semoga akhlaknya juga, sambungnya dalam hati.
"Kamu gak keberatan akan hal ini?" tanya Damar Adinata, selaku kepala keluarga.
Kaleandra menggelengkan kepalanya. "Enggak. Aku yakin pilihan Papa dan Mama pasti yang terbaik."
"Kamu juga gak keberatan kalau acara pernikahan kalian akan diselenggarakan secara terbuka?"
"Gak masalah. Toh, aku menikah bukan karena kesalahan. Gapapa, aman aja. Aku bakal undang temen-temen kampus kalau gitu," balasnya dengan senyum simpul.
Damar mengangguk. Bangga atas respon putranya. "Soal rumah, kamu mau di daerah mana?"
"Kalau soal itu, kayaknya nunggu after dinner nanti malem aja deh, Pa. Aku juga harus diskusi sama Sabitha, kan? Biar gak jadi masalah nantinya."
"Oke. Nanti kamu beri tau Papa semuanya. Apa aja yang kalian berdua butuhkan. Apapun."
Kaleandra mengangguk. "Berarti, Rubiconnya jadi kan, Pa?"
Damar tertawa pelan seraya menatap putranya. "Tenang aja. Semua udah beres."
"Yess!!" seru Kaleandra girang. Gak masalah harus nikah karena dijodohin, yang penting semua yang gua mau terpenuhi. Kaleandra realistis Adinata.
Sarah menatap putra semata wayangnya dengan sorot mata teduh. Ada rasa terharu, percampuran bahagia. "Kale.."
"Ya, Mam?"
"Nanti, kalau kamu dan Sabitha sudah resmi menjadi sepasang suami istri, sering-sering main ke sini, ya?"
Kaleandra mengulas senyum. "Pasti dong. Mama tenang aja. Rumah ini, masih rumah ku, kan?"
"Selalu."
"Oke then. Aku berangkat kuliah dulu."
"Gak mau bareng Papa aja? Sekalian," tawar Damar.
Kaleandra menggelengkan kepalanya sebagai respons. "Aku mau jemput Arka dulu, Pa. Mobil dia di bengkel soalnya."
"Yaudah kalau gitu. Hati-hati, jangan ngebut," pesan Damar.
"Gak janji kalau itu," cengirnya seraya menyalami satu persatu tangan kedua orang tuanya. "Bye!"
Sarah geleng-geleng kepala, kemudian beralih menatap suaminya. "Bener-bener duplikat kamu banget, Pa."
"Gapapa. Keren."
"Haduh."
✨
YOU ARE READING
A Contract of Heart
Fanfiction[SLOW-UPDATE] They say love grows with time- living together as husband-wife, even if it's arranged . But let's be real, Sabitha only believes 20% of that.
O1. What A Plot Twist
Start from the beginning
