Bab 1

23.4K 1.2K 35
                                    

Rumah keluarga Brawijaya begitu ramai, di setiap sudut ruangan di penuhi oleh orang-orang yang sedang berbincang-bincang dan menikmati hidangan yang tersaji.

Hari ini adalah hari ulang tahun Alvino Brawijaya putra pertama pasangan Franico Brawijaya dan Raya Brawijaya.

Dari sekian banyak tempat yang di tawarkan, Alvin memilih rumahnya. Dia ingin rumahnya yang beberapa tahun ini sepi menjadi ramai, lagi pula pesta ini lebih mirip pertemuan keluarga besar.

"mana Princess-mu?" Clara dengan gaun berwarna biru tosca yang membalut indah tubuhnya berdiri di hadapan Alvin.

"aku belum menemukan wanita yang akan menjadi Princess-ku" jawabnya. Alvin mendekati Clara yang bersandar di salah satu pilar yang ada di teras rumahnya, satu gelas minuman berada di tangannya, dan semakin dewasa, Clara semakin menggoda, perubahan Clara selalu menjadi perhatian Alvin

"warna baru" ucapnya, matanya memperhatikan cat kuku Clara yang sekarang warnanya senada dengan gaun yang di kenakannya, sedangkan kemarin jemari lentik itu berhiaskan kuku berwarna merah.

Tristan dan Maura menghampiri mereka. Seperti masa remaja dulu mereka tetap bersama sebagai sahabat, walaupun ke dua gadis remaja yang dulu, sekarang sudah menjadi wanita dewasa, mereka berdua tetap mengklaim dirinya sebagai istri Tristan Waradhana. Dan Alvin seolah-olah orang ke tiga dalam hubungan rumah tangga khayalan ke dua wanita itu. Dan Alvin tidak pernah memperdulikan hal itu.

"Makin tua" seloroh Tristan begitu berada di hadapan Alvin, di tepuknya punggung sahabatnya itu.

"kau juga sudah menua, 25 bukan. seperempat abad" balas Alvin yang tak terima jika hanya dirinya yang akan menua.

"kita semua sudah menua" Maura menengahi

"ya, dan tidak lebih tua dari Om - Om itu" Perhatian Tristan tertuju kepada lelaki yang baru saja keluar dari mobil berwarna hitam miliknya, wajahnya tampan di usianya yang sudah berkepala 3.

"Kak Dimas!" Clara dengan nada manjanya melambaikan tangan kepada lelaki yang tadi menjadi objek perhatian mereka semua.
Melihat lambaian tangan gadis cantik, Dimas segera menghampirinya.

"hai Ra" kalimat sapaan Dimas mendapat jawaban pelukan dan juga ciuman di kedua pipinya.

"Kak Dimas kenapa baru dateng sekarang, aku fikir nggak jadi dateng" Clara dengan santainya bergelayut manja di lengan Dimas.

Merasa sudah cukup melihat interaksi antara Dimas dan Clara, Tristan mengalihkan perhatiannya pada Alvin "aku semakin yakin kalau aku hanya di manfaatkan ke dua gadis ini untuk mendapatkan apa yang mereka mau" kalimat Tristan membuat tatapan beralih kepadanya.

Clara melepaskan lengan Dimas dan beralih ke sisi lain tubuh Tristan"apa maksudmu?" tanyanya, tangannya yang tadi berada di lengan Dimas sekarang menggandeng lengan Tristan. Maura tetap berdiri di sisi Tristan yang lainnya, tanpa kontak fisik. Maura gadis yang lembut dan memiliki atitude yang baik, perilakunya layaknya seorang putri.

"kalian berdua, tidak ada yang benar-benar mau menjadi istriku kan?"

"kenapa kau berkata seperti itu, sejak dulu kami berada di sampingmu, tidak pernah meninggalkanmu" Maura membela dirinya dan juga Clara

"ya, dengan tujuan tertentu" jawab Tristan, matanya menatap Alvin dan Dimas

"tujuan kami adalah menghindarkanmu dari masa muda yang sia-sia, menjadi playboy yang menghancurkan hati banyak gadis" tatapan Maura lurus kedepan, menantang seseorang yang juga sedang menatapnya.

"ya bener" Clara menyambung perkataan Maura "kami juga secara tidak langsung menyelamatkan gadis-gadis yang mencoba mendekatimu dari patah hati. Setiap kali kami mengatakan kami adalah istrimu, mereka akan mundur teratur"

She is PrincessOnde as histórias ganham vida. Descobre agora