Ciuman itu berakhir secepat mungkin. Jevian mundur, raut wajahnya kembali dingin dan profesional, seolah-olah momen panas barusan hanyalah gangguan kecil yang berhasil ia selesaikan.
Rangkulannya terlepas, tangannya kembali ke pangkuan, laptop kembali terbuka.
Namun, di dalam mata gelapnya, Jezzel masih bisa membaca sisa kilatan emosi yang tidak terucapkan: sebuah campuran antara dominasi dan mungkin, rasa cemburu yang ia tutupi dengan sangat buruk.
Jezzel terdiam. Pipi dan bibirnya terasa panas. Ia menyentuh liontin yang baru terpasang di lehernya. Tindakan Jevian tadi-mendekat, merangkul pinggang, mencium-terlalu intim, terlalu posesif untuk sekadar 'latihan' atau 'koordinasi detail'.
Apakah dia sedang menegaskan kepemilikannya? Batin Jezzel.
"Itu... bukan bagian dari rencana bisnis," ujar Jezzel akhirnya, suaranya sedikit serak.
Ia berusaha keras terdengar tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang. Jevian bahkan tidak menoleh. Jari-jarinya mengetik cepat.
"Itu adalah penyesuaian lapangan," katanya datar.
"Malam ini, kita akan berada di bawah mikroskop dua pasang mata yang paling skeptis di dunia, yaitu orang tua kita. Mereka tidak hanya melihat apa yang kita katakan, tetapi juga bahasa tubuh dan interaksi spontan kita."
Ia akhirnya menoleh, menatap mata Jezzel dengan sorot tajam yang menantang.
"Seorang pria yang kesal melihat tunangannya terlalu asik dengan pria lain, akan bereaksi. Itu adalah reaksi yang natural, Jezzel. Kita tidak boleh terlihat seperti dua rekan kerja yang canggung."
Reaksi natural. Bukan cemburu. Jezzel menelan ludah, memaksakan diri untuk menerima logika aneh dan menjengkelkan Jevian.
Tiba-tiba pintu mobil terbuka. Sopir sudah kembali dengan membawa dua kantong plastik kecil.
"Ini air mineral untuk Tuan, dan ini camilan titipan Anda, Nona Jezzel," kata sopir itu dengan nada ceria.
Ia menyerahkan sekantong keripik kentang dan sebotol cola dingin kepada Jezzel. Ia hanya tersenyum mendengar kata nona padahal dalam hati ia berkata 'aku ini lelaki' ia tak mau memikirkan, lalu menutup pintu dan kembali ke kursi kemudi.
Jezzel menerima camilan itu dengan tangan gemetar. Ia membuka botol cola dan meminumnya dengan cepat. Cairan dingin itu membantu sedikit meredakan panas di wajahnya.
"Kita sudah bisa jalan, Tuan Jevian?" tanya sopir itu.
"Ya. Kita sudah terlambat lima menit," jawab Jevian tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.
Sepanjang perjalanan, Jevian tenggelam dalam pekerjaannya, dan Jezzel tenggelam dalam keheningan yang dipenuhi kecanggungan.
Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan memakan keripik, tetapi setiap remahannya terasa seperti mengganggu ketenangan Jevian.
Ketika Lamborghini itu berhenti, Jezzel mendapati dirinya berada di depan sebuah kompleks perumahan mewah yang menjulang tinggi di atas kota. Rumah Jevian, yang terlihat elegan dan minimalis, didominasi oleh kaca dan batu alam, dikelilingi taman dengan pencahayaan yang dramatis.
Jevian menutup laptopnya dan menaruhnya di samping. Ia menoleh ke Jezzel, ekspresinya berubah total menjadi hangat, meskipun matanya tetap waspada. Ini adalah persona Jevian, sang tunangan yang penuh kasih.
"Siap, Sayang?" tanyanya, suaranya lebih lembut dari biasanya.
Jezzel mengangguk. "siap," jawabnya, membalas dengan senyum palsu yang ia paksakan.
Jevian meraih tangan Jezzel dan menggenggamnya erat, lalu mereka keluar dari mobil bersamaan.
Genggaman tangan itu terasa meyakinkan, namun juga memberikan tekanan-seolah mengingatkan bahwa perannya sudah dimulai.
Begitu mereka melangkah masuk, mereka disambut oleh Bubu Yunan dan Daddy Caspian.
"Jevian! Astaga, lihat siapa yang datang!" Bubu Yunan langsung memeluk Jevian, lalu bergerak cepat ke arah Jezzel.
"Ya ampun, Jezzel! Kamu jadi semakin cantik, Sayang. Kami sudah lama tidak melihatmu sejak... oh, sejak pesta ulang tahun pernikahan orang tuamu!"
Jezzel tersenyum tulus. Kehangatan Bubu Yunan memang nyata. "Selamat malam, tante, Om," katanya sopan.
"Jangan memanggilku begitu panggil aku Daddy saja, Kami sangat senang kamu akhirnya datang. Kenapa kau jarang mengajak nya kesini jev, apakah kau tidak jadi melihat kecantikamyan " goda Daddy Caspian, menepuk bahu Jevian.
"Aku harus memastikan dia tidak akan lari, Dad," jawab Jevian santai, merangkul pinggang Jezzel dengan satu tangan.
Di ruang tamu yang mewah, dengan perabotan serba putih dan emas, kejutan sesungguhnya sudah menunggu. Di sofa, bukan hanya Mae Tennie dan Baba Tristan yang duduk, tetapi juga dua orang asing: seorang wanita paruh baya dengan dandanan rapi dan seorang pria muda yang tersenyum ramah.
"Jezzel, Jevian, kemarilah," sapa Mae Tennie dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Kami kedatangan tamu. Ini Tante Elena, konsultan branding Baba, dan ini... ini adalah Kiko, sepupumu, Jezzel." Jezzel melongo. Kiko? Sepupu dari mana?
"Kami harus berbicara tentang perusahaan, dan kebetulan Kiko sedang magang di tempat Tante Elena," lanjut Baba Tristan, memberikan tatapan penuh arti pada putranya.
Mereka tidak hanya datang untuk bisnis dan keluarga. Mereka datang untuk membandingkan.
"Selamat malam, Tante Elena, Kiko," sapa Jezzel, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
Saat mereka duduk, Jevian merapatkan diri ke Jezzel.
"Selamat malam, semuanya," ujar Jevian dengan suara tegas, memimpin pembicaraan.
"Malam ini, kami tidak hanya membahas rencana merger bisnis kita, tetapi juga masa depan keluarga. Seperti yang kalian tahu, aku dan Jezzel berencana untuk..."
Belum sempat Jevian menyelesaikan kalimatnya, Bubu Yunan menyela dengan senyum penuh selidik, matanya tertuju pada liontin di leher Jezzel.
"Oh, tunggu sebentar, Sayang," ujar Bubu Yunan lembut.
"Liontin itu indah sekali, Jezzel. Apakah Jevian yang memberikannya?"
Tiba-tiba, Kiko yang duduk di seberang mereka bersuara. "Liontin itu cantik, Jezzel. Tapi, dari desainnya... itu terlihat seperti keluaran tahun lalu, bukan model terbaru. Kenapa Jevian memberikan liontin yang bukan seri paling baru pada 'calon tunangan'nya?"
Pertanyaan yang terdengar polos itu langsung menusuk ke inti sandiwara mereka. Jevian menegang di samping Jezzel.
Wah wahhm... baca ga votee itu gaboleh yaa
ESTÁS LEYENDO
Demi Kamu || JAEMJEN
RomanceDijodohin dengan seorang CEO terbesar di dunia **** Sederhana. Kisah ini menceritakan tentang Jazzel seorang pembalap yang dijodoh kan dengan Ceo muda yaitu Jevian. bagaimana selanjut nya ayo kita nantikan WARNING! ini 18+ mungkin ada yang disembu...
