Part 3

311 25 2
                                        

KEESOKAN HARINYA

Saat ia terbangun. Ia sudah berada dikamarnya dirinya bingung bukanya semalam dirinya, ada didalam mobil Jevian, Ia pun tak memikirkan nya. Ia mandi memakai jaket hitam kesukaan nya dan celana Levis

Ia pun turun kemeja makan. Ternyata kedua orang tua dan abang nya telah menunggu disana

"Pagi sayang" ujar Mae dan babanya

"Pagi, zel" ujar abang nya

"Pagii semua" ujar jezzel dengan lucunya, ya karna ia memang Manja pada keluarganya

jezzel pun duduk sebelah abangnya. "Mae ezel mau tanya"

"tanya apa sayang"

"Semalem tuh kan ezel sama Jevia ke resto ya. Nah seinget ezel, ezel tertidur di dalam mobil, kenapa pagi ini ezel sudah dikamar" ujarnya sambail mengunyah makanan

Zevaro yang mendengar itu pun ingin tertawa, sepertinya adik nya ini tidak sadar apa yang dilakukanya saat tidur semalam

"Ish, abang kenapa ketawa si" ujarnya kesal

"Tidak. Hanya lucu saja karna kau semalam tidak sadar akan kelakuan mu.. hahah"

"Hah memang aku kenapa, sepewrtinya aku tidak mabuk " ujarnya

"kau tahu, semalam kau sangat memalukan badan mu sendiri, kau ingin dipindahkan ke gendongan baba tetapi kau tidak mau alhasil Jevian lah yang menggendong mu dari mobil sampai kekamar mu"

"HAH... Demi apa" muka jezzel pun memerah merasam malu, pasti Jevian tahu dengan kelakuan manjanya, ia takut jevian aku mengejek nya nanti

"Yaa aku tidak pernah berbohong" ujar zevaro lagi

"Ish abangg.."

"Sudah, sudah hari ini kamu mulai ya menjadi BA nya jev" ujar mae

"Hari ini mae?"

"Ya hari ini seperti nya kamu pergi bareng saja dengan abang mu"

"Okay mae"

Skip setelah makan

11 AM

suasana kantor Geotama Corp. terasa berbeda. Jejaz-nama panggilan untuk Jezzel-yang biasanya hanya berseliweran di trek balap dengan seragam kulit, kini mengenakan kemeja dan celana bahan, tampak sedikit tidak nyaman.

​"Santai saja, Jezz," bisik Zevaro,

kakaknya, yang kini merangkap sebagai Manager Proyek, di bilik kerjanya. "Anggap saja ini sesi latihan prabalap, tapi dengan meja dan komputer."

​"Latihan apa?! Aku tidak tahu apa-apa soal marketing!" bisik Jezzel kembali, frustrasi.

"Untung ada kau dan Venan..."
​Venan adalah sahabat sekaligus manajernya di balapan, yang diutus baba Jezzel untuk mengurus semua hal teknis kontrak Brand Ambassador.

​Tak lama kemudian, pintu ruangan Jevian terbuka. Jevian keluar, diikuti oleh Xavier, sang sekretaris yang terkenal super ceria dan Ramah.

Saat melihat Jevian, jezzel menahan malu akan kejadian yang diceritakan sang kakak semalam. Tiba'muka jezzel memerah sebentar

​"Zevaro, bawa tim Pemasaran ke ruang rapat. Jezzel, Venan, kalian ikut," perintah Jevian dengan suara tegas yang membuat seluruh lantai hening.

Tatapan matanya lurus, seolah tidak melihat Jezzel sebagai calon tunangan, melainkan hanya sebagai aset bisnis.​Di dalam ruang rapat, Jevian langsung memimpin.

​"Proyek V-Race akan berfokus pada kampanye digital dan demonstrasi kekuatan mesin baru kita. Brand Ambassador kita-Jezzel-memiliki citra yang kuat, berani, dan cuek," Jevian menekankan kata terakhir sambil menatap Jezzel sekilas. Tapi dalam hati Jevian ia membatin

'cuek apanya, semalam saja minta gendong padaku'

"Jezzel, kau harus bisa menyesuaikan diri. Mulai sekarang, kau adalah wajah Geotama Corp. di mata publik. Tidak ada kata terlambat, tidak ada balapan liar. Ikuti jadwal yang sudah dibuat Xavier."

​Jezzel merasa terintimidasi. Ini jauh lebih sulit daripada menghadapi trek balap di bawah hujan badai.

​Minggu pertama berlalu dengan canggung. Jevian selalu bersikap dingin, cuek, dan hanya berbicara seperlunya terkait pekerjaan. Ia bahkan melarang Jezzel
memanggilnya hanya dengan nama.

​"Panggil aku Tuan Jevian saat di
kantor," ujarnya saat hari kedua, membuat Jezzel ingin melempar kunci mobil balap ke wajah tampannya.

​Namun, di hari Jumat, saat semua rapat selesai dan hanya tersisa Zevaro, Xavier, Jevian, dan Jezzel, hal tak terduga terjadi.

​Jezzel, yang kelelahan dan otaknya penuh dengan istilah engagement rate dan target audience, tidak sengaja tersandung kabel proyektor dan hampir jatuh.

​Dalam sepersekian detik, Jevian bergerak cepat. Ia menangkap pinggang Jezzel, menariknya sehingga tubuh mereka berdekatan, sangat dekat.

​Jezzel bisa mencium aroma mint dan mahogany dari parfum Jevian. Ia mendongak, melihat sepasang mata tajam Jevian yang kini memandangnya dengan... kekhawatiran?

​"Hati-hati," desis Jevian, suaranya lebih lembut, beberapa detik mereka seperti itu akhirnya sadar, Jevian menarik diri

​Jezzel berdiri tegak, pipinya sedikit memerah dan memanas. Di depannya, Xavier pura-pura sibuk merapikan file, dan Zevaro tersenyum penuh arti.

​"Terima kasih, Tuan Jevian," kata Jezzel

kini mengabaikan formalitas.
​Jevian hanya berdeham, lalu berbalik dan kembali ke ruangannya.
​Melihat pintu tertutup, Jezzel menghela napas, lalu menoleh ke Zevaro.

​"Ze," panggilnya, nada suaranya yang cuek mendadak berubah menjadi manja khasnya-hanya muncul saat ia bersama orang yang dekat dengannya.

"Aku lelah sekali. Kepalaku pusing. Bisakah kita pulang? Aku mau tidur dipeluk Mae..."

​Zevaro tertawa, mengacak rambut adiknya. "Tentu, si manja. Ayo. Tapi ingat, besok kita ada fitting baju untuk sesi foto."

​Saat Zevaro dan Jezzel berjalan keluar, Xavier, yang kini sendirian, tersenyum kecil. Ia sudah lama mengenal Jevian dan tahu betul, tindakan spontan Jevian tadi tidak pernah ia tunjukkan pada siapa pun.
​Proyek dua bulan ini akan sangat menarik, pikir Xavier.

Disisi Jevian

Ia kembali memasuki ruangannya dan duduk di kursi Kebesranya
Ia masih merenung dengan kejadian tadi,Kenapa dia menangkap nya

Jarang sekali ia peduli pada orang lain, dia mengusap wajah nya dengan gusar

"Ha.. Sepertinya, aku hanya kecapean" ujarnya lalu ia pun tertidur sebentar di kamar pribadi nya

Demi Kamu || JAEMJEN Where stories live. Discover now