Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
🪷🪷🪷
Musik masih mengalun, orang-orang masih berdansa, dan ketika Carius menahan tangan Kenneth, hanya sebagian orang yang menangkap karena dengan cepat pemuda itu menarik Kenneth keluar dari aula. Sebelum pergi ia sempat berbisik pada Serina.
"Selesaikan yang bisa kau selesaikan."
Kini Carius berhadapan dengan Kenneth, pemuda yang berstatus anak Roin dan sahabat Serina.
"Yang Mulia, apakah ada sesuatu hingga Anda membawa saya keluar?" tanya Kenneth tenang, meski matanya memandang pada cekalan Carius.
Carius menghela napas, melepaskan cekalan itu. Telapak tangannya sedikit memanas karena kemarahan yang tertahan.
"Tentu ada, Kenneth," ujar Carius dengan suara rendah.Alunan musik masih terdengar walaupun samar. "Mengapa kau mengganggu Serina?"
Kenneth mengerutkan kening. "Mengganggu? Saya hanya mengajak berdansa. Bukankah itu wajar terjadi di pesta?" Kenneth tak mengerti mengapa ajakan dansanya dianggap menganggu.
"Jelas-jelas kau menahan pergerakannya, bukankah dia sudah menolak?" tanya Carius masih dingin, rahangnya mengencang.
Kerutan di dahi Kenneth semakin dalam. Padahal jika itu dianggap mengganggu, yang dia ganggu adalah Serina. Mengapa Pangersa Carius yang marah?
"Yang Mulia ...," Kenneth memandang curiga, "kenapa Anda marah? Apakah tindakan saya menganggu Anda?" tanyanya hati-hati.
Carius menghela napas, mencoba menenangkan diri. Tentu ia marah, tetapi tak mungkin ia memberitahukan alasannya.
Melihat Carius yang diam, memberi ruang untuk Kenneth menerka. Pemuda dengan wajah tirus itu sedang membaca situasi yang terjadi.
"Maafkan saya jika lancang, Yang Mulia. Apakah Anda tidak bisa menjawab karena ada kaitannya dengan alasan mengapa Serina tinggal di istana sebagai pelayan pribadi Anda?"
Carius mengangkat dagunya, tatapannya kini berubah dingin dan mengintimidasi. "Kau melangkahi batasmu, Kenneth," desis Carius tajam, ia melangkah maju. "Alasan Serina ada di sini adalah urusanku, dan selama Serina dalam pengawasanku," Carius kini berada di samping telinga Kenneth, "tidak boleh ada yang menggangunya, bahkan menahan pergerakannya," bisiknya tetapi penuh ancaman.
Kenneth menelan ludah, matanya langsung mengikuti pergerakan Carius yang perlahan mundur. Dia menyadari Pangeran itu tidak akan memberinya alasan yang logis, dan ancaman ini murni bersifat teritorial. Dengan segera dia menunduk. "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak berniat ikut campur, tetapi hanya penasaran mengapa sahabat saya ada di sini bersama Anda."
Carius berdecak, tidak begitu peduli dengan permintaan maaf itu.
"Anggap ini sebagai peringatan. Gangguan sekecil apa pun terhadap orang-orangku adalah penghinaan langsung padaku. Kembali ke pesta."