The Exception to the Curse

11 4 0
                                        

Ini karma

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini karma. Setidaknya begitulah persepsi Serina setelah dia sudah memvalidasi tentang perasaannya. Anehnya mengapa semudah ini jatuh cinta? Hanya karena tahu dirinya berharga untuk seseorang. Serina memegang kepalanya, sedikit menjambak rambut yang sudah dia tata rapi. Andai dia tak pernah berpura-pura mencintai pangeran malam itu, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.

Kemudian ketukan pintu mulai terdengar dan suara Carius menyusul setelahnya. "Serina ... kau sudah bangun?"

Serina lekas turun dari ranjang merapikan bajunya, lalu membuang napas untuk menghilangkan grogi. Pintu ditarik untuk terbuka oleh Serina. Seperti biasa ia menunduk lebih dulu, baru menyapa, "Selamat pagi, Yang Mulia."

Carius mengangguk. "Ayo makan denganku. Setelah itu kita bahas langkah selanjutnya," ajak Carius.

Baik Roin dan Serina terkejut. Mereka saling pandang, tetapi sebelum Serina sempat menolak, Carius sudah pergi lebih dulu.

"Aku tidak terima penolakan."

Terpaksa Serina mengikuti langkah Carius bersama Roin. Mereka kini ada di meja makan, duduk tidak saling berseberangan. Di meja yang cukup besar ini, Carius juga mengajak Roin makan bersama. Karena ia tahu jika Roin mulai curiga jika dirinya mengistimewakan Serina.

Sup hangat di depan Serina sangat lezat, tetapi kehangatan itu tak mampu membuat dirinya merasa nyaman dan tenang. Pasalnya Carius menatapnya dengan aneh. Meski mulutnya menguyah tetapi tatapannya masih tak berubah.

Serina berdeham, dia sedikit salah tingkah diperhatikan seperti itu. Membuatnya jadi takut untuk bertingkah lain.

Kal ini Roin yang berdeham, memutuskan saling tatap antara Carius dan Serina yang tampak aneh. Serina segera berpaling, tetapi Carius masih dalam pendiriannya. Suara Roin tak membuatnya beralih.

Akhirnya Serina meletakkan sendoknya pelan. Meski gugup, ia kembali menatap Carius dan berkata, "Maaf Yang Mulia, apakah ada sesuatu yang ingin Anda sampaikan kepada saya."

"Tidak ada. Aku hanya senang kau makan dengan baik."

Serina tersedak. Ia terbatuk-batuk dan lekas mengambil air dan meminumnya, tetapi tak berhenti juga semakin membuat situs menjadi panik.

Carius lekas berdiri. Berada di samping gadis itu.

"Jangan panik," ucap Carius tenang, tetapi Serina tak bisa.

Tangan Serina bergerak, memberi isyarat jika dia tidak bisa tenang.

"Minum lagi, pelan-pelan," ujar Carius masih tenang.

Dengan mengangguk, Serina kembali minum, tetap batuknya belum reda. Hingga tanpa sadar, tangan Serina memegang tangan Carius yang ada di meja.

"Mungkin butuh sesuatu yang hangat?" tanya Roin menawarkan.

Serina menggeleng.

Sementara Carius membeku di tempat, ia tersetrum sangat cepat, tetapi perlahan hilang. Matanya membulat seketika.

When Loom CallsWhere stories live. Discover now