The Exception to the Curse

Start from the beginning
                                        

Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba hilang?

Carius segera menarik tangannya, memperhatikan telapak itu dengan tatapan tak percaya. Baik Serina dan Roin melihat sekilas dengan tingkah aneh Carius.

Tanpa sadar batuk Serina sudah hilang. Dia kembali minum, merasa lega saat gatal-gatal di tenggorokannya hilang.

"Pangeran? Apa yang terjadi?" Kini perhatian Roin beralih pada Carius yang tanpa sadar berjalan mundur.

"Bagaimana bisa?"

"Apa maksud Anda?" tanya Roin tak mengerti.

Carius tersenyum senang, lalu kembali berjalan mendekat. "Serina pegang tanganku."

Mendapat permintaan tiba-tiba tentu Serina bingung. Karena tak kunjung dilakukan Carius langsung meraih tangan Serina, menggenggamnya erat.

Namun, tak seperti yang diinginkan. Badannya tersentak, tautan itu lepas dengan paksa saat Carius kembali tersengat.

Napasnya terengah, matanya membulat begitu terkejut dengan rasa sakit itu.

Efeknya hilang? Begitu saja? Peristiwa ini tak masuk di kepalanya. Tak ada alasan logis yang bisa ia simpulkan. Kenapa saat Serina yang menyentuhnya setruman itu hilang, tetapi kenapa jika dirinya yang menyentuh lebih dulu tidak hilang.

Dengan sedikit keberanian dan pemasaran. Carius kembali berkata. "Pegang tanganku Serina."

"Tapi, Yang Mulia."

"Pegang!"

Serina lekas berdiri dari duduknya, dia memegang tangan Carius. Pemuda itu menatap Serina dengan tidak percaya. Entah bagaimana, ketika gadis itu yang melakukannya lebih dulu tidak ada sengatan.

Serina bisa menyentuhnya, tetapi ia tak bisa.

Loom ... apakah ini ulahmu juga? Ini sungguh tidak masuk akal, aku tidak tahu apa maksudnya, tetapi kau sangat menyebalkan, dengkus Carius sembari matanya masih memperhatikan tautan tangan dirinya dengan Serina.

Tangan gadis itu kecil di tangan Carius, jemarinya bahkan masuk dengan mudah di sela-sela milik Carius. Meskipun begitu, tampak pas dan nyaman. Rasanya hangat dan entah mengapa semangkin diperhatikan, semakin senang Carius melihatnya.

Sementara Serina yang juga memperhatikan tertegun, dia tak percaya jika Carius akan menggenggamnya sedemikian nyamannya. Jantungnya bahkan berdebar kerasa kala rasa yang menggelitik muncul dalam dadanya. Perlahan senyuman Serina terbit tanpa dia duga, tangan itu ingin sekali ia genggam selamanya. Mungkin indah jika bisa diayun-ayunkan sembari berjalan-jalan mengelilingi suatu tempat.

Serina menyentuh Carius dengan cinta, karena itu kutukan Carius sedikit dipudarkan oleh gadis itu. Sementara Carius masih bisa merasakan sengatan jika dirinya tak meletakkan cinta pada sentuhan itu.

Loom sedikit rendah hati menangguhkan kutukan, dia merajut kembali takdir baru yang menanti Carius serta Serina, getaran yang tercipta hari ini, membawa jalan baru. Ketika mereka siap melangkah maju dengan rasa itu, artinya mereka harus siap pula dengan risiko yang menunggu.

Roin berdeham, memecah keheningan di antara dua muda-mudi itu. Dengan canggung keduanya melepaskan tautan.

Serina lekas menunduk. "Mohon maaf atas kelancangan saya, Yang Mulia."

"Tidak, kau tidak bersalah. Kau malah membantuku," ujar Carius.

Serina memang tak bersalah. Tetapi Carius heran. Mengapa Loom membiarkan Serina menyentuhnya, sementara ia tak diperbolehkan?

Ada sesuatu, aku harus waspada. Dan itu pasti ada kaitannya dengan Serina, gumam Carius dalam hati seraya memperhatikan kepala gadis yang masih menunduk itu.

"Berdiri tegak,  setelah makanmu selesai. Ikut aku untuk memilih gaun."

Serina yang sudah berdiri tegap terheran. "Gaun?" Gadis itu menoleh sebentar pada Roin, meminta penjelasan yang mungkin saja akan terucap dari pria itu.

"Ya, gaun untuk pesta kerajaan. Aku akan mengumpulkan semua petinggi, pejabat, dan orang-orang penting di Orivale. Sehingga kau bisa melihat mereka." Perkataan Carius diakhiri dengan senyuman tipis.

Serina sadar sekarang, dia juga paham apa maksud dari kata mereka yang bagus saja diucapkan oleh Carius. Itu ide bagus. Serina tak perlu mengeluarkan banyak waktu untuk mencari ke seluruh penjuru negeri ini. Dengan mengumpulkan menjadi satu, dia bisa melihat semuanya.

Siapa saja orang yang mencuri sihir.

Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Maaf, Yang Mulia. Bukannya saya menolak untuk memilih gaun dengan Anda. Tapi ... apa pentingnya gaun itu untuk saya? Saya tidak akan bergabung dengan pesta."

Carius menoleh pada Roin yang ternyata juga menunggu jawaban. Serina dengan mata bundarnya itu meminta jawaban segera.

"Untuk ...." Carius terdiam sesaat, mencari jawaban yang tepat. "Berdansa mungkin?"

"Saya berdansa? Tidak mungkin, Yang Mulia." Serina terkekeh kecil, menepis perkataan Carius.

"Kenapa tidak?"

"Untuk apa seorang pelayan berdansa? Dan siapa yang mau berdansa dengan pelayan seperti saya?" tanya Serina dengan nada bercanda dan diakhir kekehan kecil. Karena baginya itu tidak mungkin terjadi.

"Aku yang akan berdansa denganmu."

Raut wajah Serina langsung berubah. Senyumnya luntur, berganti dengan dadanya yang menghangat.


When Loom CallsWhere stories live. Discover now