BAB 11 - After Run, Before Feelings

168 18 0
                                        

Sudah hampir dua bulan sejak terakhir kali Raia menjejakkan kaki di lintasan lari CFD. Sejak menggantikan Kirana sebagai PM, rutinitas lari pagi yang dulu jadi pelariannya ikut lenyap. Tapi pagi ini, ia bertekad untuk kembali lari dengan Anggara.

Laki-laki yang kemarin-kemarin tidak menyerah mengajak Raia, meskipun selalu ia tolak beberapa waktu belakangan. Hari ini undangan lari pagi datang dari Raia dan disanggupi oleh Anggara.

Udara masih dingin ketika ia berdiri di bawah langit pagi, mengenakan topi, jaket tipis dan sepatu yang sudah lama tak menyentuh aspal. Anggara sudah lebih dulu menunggu di lobby FX.

"Wih, akhirnya nongol juga. Kukira kamu udah pensiun," sapa Anggara sambil tersenyum.

"Nggak lah, yang kemarin libur aja. Karena lembur terus"

Mereka mulai berlari santai, memasuki jalur lapangan Madya GBK yang mulai ramai. Obrolannya ringan—tentang kerjaan dan kopi baru di kafe favorit Anggara. Untuk sesaat, Raia lupa semua hal tentang deadline, target, dan notifikasi Slack yang tidak pernah tidur.

Setelah hampir lima kilometer, Raia dan Anggara berhenti. Membeli sebotol air.

"Winglok yuk Gar"

Anggara menoleh sambil mengatur napas. "Duh, pengen sih, tapi aku udah ada janji sama anak kantor. Nggak bisa temenin kamu sarapan hari ini"

"Oh... yaudah, gapapa." Senyum Raia tetap terpasang, tapi nadanya sedikit turun.

Tidak lama kemudian, Anggara pamit. Meninggalkan Raia sendiri di tepi jalur. Udara terasa lebih panas karena sudah menjelang siang.

Ia hendak memesan ojek online untuk pulang, sampai sebuah panggilan yang membuatnya otomatis menegakkan punggung.

"Raia ?"

Raia mengerjap, berusaha memastikan ini bukan halusinasi .

"Pak Jagad?"

Jagad melepas earphone, "Kamu lari sama siapa ?" tanyanya celingkukan ke arah samping kanan kiri Raia

"Tadi sama teman, terus sekarang sudah selesai. Mau pulang. Pak Jagad ngapain di sini ?"

Jagad menaikkan alisnya satu sambil terkekeh, "Menurut kamu, saya ngapain di sini ?"

Raia memperhatikan penampilan Jagad pagi ini, kaos hitam tanpa logo menempel rapi di badannya, menampilkan bahunya yang lebar serta otot tangannya yang besar. Celana running shorts abu tua jatuh di atas lutut, dan sneakers hitamnya terlihat baru tapi sudah sedikit berdebu.

Sementara rambut yang biasanya tertata klimis—sekarang sedikit berantakan, basah oleh keringat. Tapi anehnya, justru itu yang membuatnya terlihat... lebih keren.

Kalcer banget nih om om!

"Ekhm ya, saya baru tau Pak Jagad suka lari juga" jawab Raia sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Saya biasanya hanya lari setiap pagi di komplek rumah aja, nggak sampai kesini"

Raia hanya mengangguk canggung

"Kalau gitu, saya duluan ya Pak. Mau pesan gojek dari depan aja"

Raia sudah bersiap meninggalkan Jagad, namun Jagad menahan tangannya

"Kamu sudah sarapan ?"

Belum sempat Raia menjawab, Jagad sudah mengeluarkan perintah, "Temani saya sarapan, nanti saya antar pulang ke kos"

Jagad berjalan dengan langkah lebar tanpa melepaskan pergelangan tangan Raia. Seperti terhipnotis, Raia hanya terpaku diam menatap tangannya yang digenggam oleh Jagad. Pasalnya bukan karena terlihat mesra. Tapi seperti anak kecil yang diseret pulang oleh bapaknya!

Eligible but ErrorWhere stories live. Discover now