If Clause: Type Zero

Start from the beginning
                                        

Ah... maksudku seorang Jeevan, dia menyembulkan kepalanya di antara celah pintu—seperti sedang mengintip.

"Kak Isa manggil gue?" Dia bertanya dengan ekspresi kebingungan.

Keningku mengerut, aku pun sama bingungnya dengan manusia itu dan otomatis kepalaku menggeleng.

"Aku ga mangg—" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, satu pesan masuk menganggu kecanggungan antara aku dan Jeevan.

Nama Seline muncul di pop-up dan segera aku membaca pesannya.

Nama Seline muncul di pop-up dan segera aku membaca pesannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Seline rese!" Dengusan sebalku mengundang perhatian Jeevan.

Si rambut pendek menghampiriku dengan langkah tergesa, "Kenapa kak? Si centil ngerjain kita ya?"

Aku memgangguk pelan, lalu menunjukan pesan dari Seline kepada Jeevan.

Sekilas dia membaca, ada raut kesal dan dongkol. Tapi dalam sekejap ekspresinya kembali datar seolah tak merasakan apapun.

"Demen banget dia ngerjain gue..." intonasi rendah yang khas itu terdengar tak suka.

Aku melirik Jeevan, ada rasa tak enak hati karena dia datang kemari atas dasar keisengan Seline.

Meski laboratorium masih bersebelahan dengan gedung fakultas farmasi, tapi tetep aja jaraknya lumayan.

"Maaf ya Jeev... gara-gara Seline iseng, kamu jadi jauh-jauh kesini."

Sedikit menundukkan kepala, jujur aku tak berani jika harus berbicara sambil menatap langsung iris tajam milik Jeevan.

Helaan napas lolos, aku mendongak kecil—Jeevan punya badan yang cukup tinggi. Wajahnya pasrah tapi tetap datar. Dan entah kenapa... semakin diperhatikan, semakin jelas pula kalau Jeevan ini menarik.

Uh... engga... engga... kamu mikirin apaan sih Ca?

Menggeleng berkali-kali agar pemikiran tadi pergi dari isi kepala mungil ini.

"Hahaha... kenapa kak? Kok geleng-geleng gitu? Lagi latihan dugem?"

Badanku mematung beberapa saat. Melupakan kehadiran Jeevan yang ada di dekatku.

Kembali ke alam nyata, sekarang perhatianku sepenuhnya pada Jeevan. Paras yang jarang tersenyum itu kini sedikit menunjukan senyum di sudut bibirnya.

Sial... kok dia makin manis sih?!

"Ah... anu... engga kok ga kenapa-napa. I-ini laporannya gimana?" Seketika rasa gugup menyerang.

If Clause: First Conditional SentenceWhere stories live. Discover now