/Conditional Sentence/
/Menyatakan hubungan Sebab-Akibat antara satu kondisi ataupun situasi/
/Memiliki hasil tindakan yang mungkin terjadi atau tidak/
● Zero Conditional Sentence (n) kalimat yang menyatakan pernyataan umum atau fakta yang selalu...
Si rambut pendek menghampiriku dengan langkah tergesa, "Kenapa kak? Si centil ngerjain kita ya?"
Aku memgangguk pelan, lalu menunjukan pesan dari Seline kepada Jeevan.
Sekilas dia membaca, ada raut kesal dan dongkol. Tapi dalam sekejap ekspresinya kembali datar seolah tak merasakan apapun.
"Demen banget dia ngerjain gue..." intonasi rendah yang khas itu terdengar tak suka.
Aku melirik Jeevan, ada rasa tak enak hati karena dia datang kemari atas dasar keisengan Seline.
Meski laboratorium masih bersebelahan dengan gedung fakultas farmasi, tapi tetep aja jaraknya lumayan.
"Maaf ya Jeev... gara-gara Seline iseng, kamu jadi jauh-jauh kesini."
Sedikit menundukkan kepala, jujur aku tak berani jika harus berbicara sambil menatap langsung iris tajam milik Jeevan.
Helaan napas lolos, aku mendongak kecil—Jeevan punya badan yang cukup tinggi. Wajahnya pasrah tapi tetap datar. Dan entah kenapa... semakin diperhatikan, semakin jelas pula kalau Jeevan ini menarik.
Uh... engga... engga... kamu mikirin apaan sih Ca?
Menggeleng berkali-kali agar pemikiran tadi pergi dari isi kepala mungil ini.
"Hahaha... kenapa kak? Kok geleng-geleng gitu? Lagi latihan dugem?"
Badanku mematung beberapa saat. Melupakan kehadiran Jeevan yang ada di dekatku.
Kembali ke alam nyata, sekarang perhatianku sepenuhnya pada Jeevan. Paras yang jarang tersenyum itu kini sedikit menunjukan senyum di sudut bibirnya.
Sial... kok dia makin manis sih?!
"Ah... anu... engga kok ga kenapa-napa. I-ini laporannya gimana?" Seketika rasa gugup menyerang.