Selamat Membaca...
.
.
.
***
"Maafkan kelakuan istriku, Sakura," dengan rasa tidak enak hati Naruto memintakan maaf untuk Hinata.
"Tak apa mungkin Hinata-san cemburu karna aku datang ke apartemenmu. Tadinya aku hanya ingin memesan beberapa kodi kaos padamu untuk acara family gathering rumah sakit. Kau tau sendiri kan jika itu adalah acara tahunan wajib rumah sakit? Tapi aku tidak menyangka respon istrimu seperti tadi. Ya, kau lihat sendiri kan?" sebisa mungkin Sakura memasang wajah yang baik, menunjukkan kalau ia memaafkan semua kesalahan Hinata.
"Sekali lagi, maafkan istriku." Naruto benar-benar tidak enak hati. Sedangkan Sakura mengumpati Naruto yang menyebut Hinata dengan kata "istriku".
"Sudahlah, aku mengerti perasaan Hinata-san," dengan senyum manisnya, Sakura menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Memasang wajah seakan memang Hinata yang bersalah.
"Terimakasih, Sakura," ucap Naruto dengan senyum yang mengembang.
Sakura menggigit bibir bagian dalamnya karna senyum Naruto benar-benar mampu menawan hatinya.
"Baik, tidak perlu diperpanjang. Aku akan kembali ke rumah sakit. Nanti aku akan kirim saja desain yang aku mau ke nomermu. Okey?" Naruto mengangguk, matanya mengikuti Sakura yang berlalu.
"Hati-hati dijalan Sakura...!" Naruto menyempatkan untuk mengingatkan Sakura yang dijawab acungan jempol oleh Sakura.
***
Sedang didalam Apartemen, Hinata mulai memprediksi apa yang akan dilakukan gadis pinky itu selanjutnya. Heran, dia kan seorang dokter muda, cantik, pintar dan kaya. Apa tidak ada lagi pria yang mau dengannya sehingga ia masih berharap pada suami orang? Pelakor bukan sih itu namanya?
Hinata melirik pada suaminya yang baru saja masuk, wajah Naruto sangat tidak bersahabat. Ya, sudah dipastikan suaminya itu akan salah paham. Dan dapat Hinata tebak jikalau Sakura pasti mengarang cerita yang iyak iyak.
"Kau ini kenapa, Hinata? Sakura salah apa?" tanya Naruto pada istrinya yang masih berdiam disofa.
"Salahnya adalah memintaku untuk meninggalkanmu," sahut Hinata dengan nada biasa.
"Jangan sembarangan bicara," peringat Naruto.
"Kau ini bertanya padaku, setelah aku jawab kau tidak percaya. Kau mau jawabanku yang seperti apa?" dengan santainya Hinata menjawab lalu ia melemparkan pertanyaan pula.
Naruto memandangi istrinya, "Sakura berkata padaku kalau dia kesini ingin memesan kaos untuk family gathering rumah sakit. Dan memang seperti itu setiap tahunnya," sahut Naruto tak mau kalah.
Hinata hanya manggut-manggut saja, "Ohhh, Sakura bilang seperti itu?"
"Ya,"
"Kau percaya?"
"Tentu saja."
"Tahun lalu dia memesan juga?"
"Ya."
"Apa ke apartemen juga? Atau langsung ke rumah produksi?"
Naruto terdiam, baru menyadari biasanya Sakura akan ke rumah produksi langsung jika ingin memesan kaos untuk suatu acara. Dan juga, biasanya Sakura akan mengirimkan desain contoh padanya. Kadang juga meminta masukan desain apa yang cocok?
"Masa iya, seorang Sakura yang katanya dekat denganmu, yang kata para karyawanmu adalah kekasihmu tidak tau alamat rumah produksi? Yang benar saja...! Sudahlah, itu tidak penting bagiku. Jika dia memintaku meninggalkanmu maka teman gadismu itu akan selamanya meminta padaku," setelah berkata begitu, Hinata berlalu masuk kedalam kamar dengan bantingan pintu yang kuat.
ESTÁS LEYENDO
E L E G I
Historia CortaNaruto rasanya sangat mual sekali sekarang. Bagaimana bisa gadis yang ia tolong dari musibah pemerkosaan malah berbalik menuduhnya? Sial...! Kesialan macam apa ini? Ketika gadis yang dia tolong ternyata mantan kekasihnya dua tahun yang lalu. *** Hi...
