07 ; trying to get closer

226 53 35
                                        

sebenarnya, jaehyuk sudah menyadari kehadiran asahi sejak beberapa saat yang lalu, sebab gerak-gerik si hamada terlalu mencurigakan, seolah memang sengaja mengikutinya.

tadinya, jaehyuk hendak bersikap abai, ingin melihat sampai sejauh mana asahi akan menguntitnya.

namun, melihat asahi yang tak berkutik saat dilecehkan oleh pria berpenampilan seperti preman itu, membuat jaehyuk akhirnya mengambil tindakan.

pria bertubuh besar itu kini menjauh dengan kikuk menuju gerbong lain saat jaehyuk melayangkan tatapan tajam padanya.

menyisakan si hamada yang juga terlihat canggung setelah jaehyuk menarik dirinya sehingga mereka berdiri berhadapan sekarang.

jaehyuk tak mengatakan satu patah kata pun, tetapi asahi sadar betul bahwa pemuda yoon itu baru saja menolongnya.

dan karena itulah, asahi merasakan sesuatu hal yang sulit diartikan.

ia tak terbiasa diperlakukan seperti pihak yang dilindungi.

asahi berusaha menepis, tetapi nyatanya, kedua netranya tanpa sadar terus saja bergulir untuk memerhatikan rupa pemuda di hadapannya.

saat ini, jaehyuk hanya mengenakan kemeja hitam dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka dan lengan kemeja yang digulung sesiku.

tangan kanan si pemuda yoon kini tengah berpegangan pada hand grip, sedangkan tangan kirinya yang dibalut oleh jam tangan berwarna silver, ia masukkan ke dalam saku celana.

sebenarnya tak ada yang benar-benar spesial. namun, entah mengapa terlihat begitu atraktif di mata asahi.

lamunan si hamada baru terhenti ketika pengumuman perhentian berikutnya berbunyi.

mendapati jaehyuk yang beranjak turun di stasiun tersebut, asahi pun buru-buru menyusul agar sang dosen tidak menghilang dari pandangannya.

"kenapa mengikuti saya?" sergap jaehyuk, menangkap basah asahi yang kini berjalan beberapa langkah di belakangnya.

"mengikuti bapak? siapa? aku?" asahi berpura-pura bodoh sambil tertawa paksa. "wah, sepertinya kepercayaan dirimu tinggi sekali ya, pak jaehyuk!"

"lalu? kenapa tuan muda sepertimu naik kereta bawah tanah?" tanya jaehyuk dengan unsur sindiran.

asahi mendengus mendengarnya. "supirku tidak bisa menjemput hari ini," kilahnya. "lagipula memangnya kenapa? orang sepertiku tidak boleh naik kereta?"

"rumahmu di mana?"

"daerah volkno. kenapa kau bertanya, pak?"

jaehyuk memutar bola matanya malas. "itu arah yang berlawanan dari sini."

"a-aku tersesat!" asahi masih berusaha mencari alasan. "ini pertama kalinya aku naik kereta bawah tanah, jadi terasa memusingkan."

jaehyuk hanya bisa menghela napasnya kasar. "kamu perlu belajar lagi cara berbohong yang bagus, hamada," sarkasnya.

sementara itu, asahi hanya mengedikkan bahunya acuh sebelum kembali mengikuti langkah jaehyuk, seperti anak ayam yang mengekori induknya.

sesampainya di mesin tap out, asahi hanya berdiri mematung di depannya.

"kenapa diam saja?" tegur jaehyuk.

"aku tidak punya kartu."

"lalu, bagaimana kamu bisa melewati mesin tap in tadi?"

"aku melompatinya," jawab asahi enteng.

entah untuk yang keberapa kalinya, jaehyuk dibuat geleng-geleng kepala dengan kelakuan asahi yang aneh bin ajaib.

"tolong aku, pak." asahi mengukir cengiran tanpa dosanya.

helaan napas kasar kembali lolos dari mulut jaehyuk. ia akhirnya berbicara pada petugas yang ada di situ untuk membiarkan asahi lewat, dengan beralasan bahwa mesin tersebut memiliki kendala.

beberapa saat kemudian, kedua anak adam itu akhirnya keluar dari areal stasiun dan hal pertama yang menyambut mereka adalah hujan deras yang kini mengguyur membasahi tanah.

"pak, tempat tinggalmu masih jauh dari sini?"

"hanya berjalan kaki sepuluh menit. kenapa?" jaehyuk bertanya balik. ia sudah bersiap mengambil payung dari dalam tasnya.

"biarkan aku berteduh di kediamanmu."

"untuk apa?" sahut jaehyuk acuh. "kamu langsung pulang saja, ini sudah malam."

"kau tidak lihat, pak? sekarang hujan deras."

"lalu?" jaehyuk tak terpengaruh oleh alasan asahi.  "kamu bisa naik taksi."

"aku tak punya uang tunai. dompetku tertinggal di sekolah."

"hei, kamu kira sekarang masih jaman jadul?" jaehyuk tertawa remeh. "gunakanlah e-wallet."

"tak ada saldonya." asahi masih tak mau kalah.

tadinya, asahi berpikir akan menang setelah ini. namun, nyatanya jaehyuk ternyata lebih lihai dibanding yang ia kira.

di luar dugaan, sang dosen kini mengambil dompet dari sakunya dan menyerahkan dua lembar uang lima puluh ribuan padanya.

"kamu tunggu di sini. saya panggilkan taksinya."

"t-tunggu dulㅡ!"

belum sempat asahi melayangkan protes lain, jaehyuk sudah lebih dulu beranjak dari tempat mereka berteduhㅡdengan bermodalkan payung lipatnyaㅡdan kini berdiri di pinggir jalan raya untuk menghentikan taksi yang lewat.

hal tersebut serta-merta membuat asahi mendengus kecewa.

"menyebalkan! susah sekali mendekatinya."

another him; jaesahiOnde histórias criam vida. Descubra agora