Hujan turun pelan di luar jendela tua perpustakaan. Bau kertas lembap bercampur debu memenuhi udara, membuat ruangan terasa berat. Aku duduk di meja paling pojok, hanya ditemani lampu kuning yang redup. Suara jam dinding berdetak pelan, seakan menghitung setiap detik kegelisahanku.
"Bloody hell..." gumamku, tanganku berhenti pada sebuah buku tua dengan sampul kulit retak. Judul samar tergores di bagian atas: "Codex Obscura."
Aku membukanya. Halaman pertama penuh tulisan tangan kuno, huruf-hurufnya seperti menari dalam pola yang aneh. Tapi di margin halaman ada sesuatu yang membuatku tertegun: deretan angka dan simbol yang tidak wajar.
> 13 - VII - XV - Δ - Mortem
Aku menelan ludah.
"Apa maksudnya ini...?"
Saat jariku menyentuh simbol itu, seketika ada aliran listrik kecil menyambar ujung jariku. Buku itu bergetar. Aku membeku, lalu-seolah bukan khayalan bisikan asing terdengar di telingaku:
"Oblivion awaits those who read the code."
Aku menutup buku itu dengan cepat. Nafasku memburu.
"Tuhan... ini bukan sekadar tulisan."
Tiba-tiba ponselku bergetar di atas meja. Layar menyala. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal:
> You've seen it. Now you're part of it.
Mataku membesar. Aku menatap ponsel itu lama, lalu ke arah buku. Entah kenapa, aku merasa sedang diawasi. Rasanya seakan-akan aku yang sedang dibaca, bukan sebaliknya.
Aku masih terpaku, keringat dingin mulai mengalir di pelipis. Kata-kata dari pesan itu terus bergema di kepalaku.
"You've seen it. Now you're part of it."
Aku mencoba menenangkan diri. "Ini pasti lelucon..." bisikku, tapi suaraku sendiri terdengar bergetar.
Kembali kubuka halaman lain. Ada catatan kecil dalam bahasa Latin:
> "Verba non solum signa sunt, sed arma."
Aku berbisik lirih menerjemahkan, "Kata-kata bukan hanya tanda... tapi senjata."
Lampu perpustakaan berkelip tiba-tiba. Gelap.
Beberapa detik kemudian cahaya kembali, dan aku hampir berteriak-
Buku itu terbuka sendiri, halamannya berputar cepat, lalu berhenti pada simbol segitiga dengan garis melintang. Di bawahnya, tulisan bahasa Inggris kuno:
"Speak the code, and the truth shall bleed."
Dadaku berdegup kencang. Bibirku bergerak sendiri, membisikkan kata-kata itu.
"Δ-Mortem."
Ruangan bergetar. Dari jendela, terdengar suara rem mobil mendadak, lalu BRAKK! sebuah tabrakan keras. Aku berlari, menempelkan wajah ke kaca.
Sebuah mobil menabrak tiang lampu. Pengemudinya keluar, tubuh gemetar, wajah pucat. Ia berteriak panik, menyebut nama seseorang-nama yang sama dengan catatan di halaman buku ini.
Aku mundur, hampir terjatuh.
"Ya Tuhan... kode ini nyata."
Ponselku kembali bergetar. Pesan baru masuk.
> Welcome to the Oblivion Code.
Tanganku nyaris menjatuhkan ponsel itu.
Aku menatap buku di tanganku, helai halamannya bergetar halus seolah bernafas. Rasanya ia bukan benda mati, melainkan makhluk yang sengaja menungguku.
Hujan semakin deras, menumbuk kaca jendela dengan ritme tak wajar. Ketukan itu terdengar seperti pola, seperti sandi yang mencoba berbicara padaku.
Pesan baru muncul di layar ponsel:
KAMU SEDANG MEMBACA
Oblivion Code
Misteri / ThrillerPeople think destruction comes from poor choices. They are wrong. There are codes in wait to be discovered symbols, numerals, and letters with import, yet power. Whisper them, and somebody's secrets will be revealed. Write them, and reputations will...
