[3]

668 75 5
                                        

Pagi ini Jeno pergi ke rumah sakit jiwa, ada seseorang yang ia temui secara rutin seminggu dua kali, sebab kehadirannya sangat dibutuhkan di sini.

Ia baru saja turun dari mobil, namun seorang wanita terlihat berlari kecil mendekat ke arahnya, Jeno tahu betul itu siapa, dan wajah panik wanita itu membuat dahi Jeno berkerut, berarti ada hal serius yang terjadi. "Nak Jeno, nyonya Jung tidak mau makan sejak kemarin, beliau juga menyakiti dirinya sendiri. Sejak tadi beliau mencari dirimu, mohon bantuannya."

"Kenapa kalian tidak segera menelepon dan baru memberitahuku sekarang? Beliau pasti membuat kalian kerepotan." Jeno melangkah panjang, masuk dan tak lupa menyapa para staf yang bertugas, juga beberapa pasien lain yang sempat ia ajak berbincang tanpa arah.

Nyonya Jung, atau yang bernama Krystal Jung, adalah seorang pengacara juga sebelumnya, seorang ibu dari pria bernama Jung Jaehyun yang dihukum mati setelah terbukti melakukan korupsi besar-besaran.

Jeno menjadi pengacara melawan pihak Jaehyun saat itu, dan seperti yang kalian duga, Jeno memenangkan sidang dengan bukti yang kuat.

Sejak saat itu nyonya Jung kehilangan kewarasannya, namun tak disangka Krystal melihat Jeno sebagai Jaehyun, putranya. Entah karena fitur wajah mereka yang hampir mirip atau karena wanita itu sangat merindukan putranya, tetapi Jeno berusaha menjaganya dengan baik.

Jeno berhenti di kamar nomor 209, terjadi keributan di dalam sana.

Di sana Krystal ditahan oleh dua suster agar tidak memberontak, sementara satu suster lainnya mencoba menyuapkan satu sendok makanan yang terus ditolak oleh wanita itu.

"AKU TIDAK MAU MAKAN! APA KAU TIDAK BISA MENDENGAR?! AKU INGIN KELUAR!"

"Nyonya, anda bisa sakit jika tidak makan."

"BIAR SAJA! KALAU AKU MATI MEMANGNYA KENAPA?!"

"Ibu." Jeno selalu menjadi Jaehyun di mata Krystal, Jeno sebisa mungkin memenuhi ego wanita itu agar Krystal mau menurut dan tetap bersikap tenang.

Jeno mendekat, wajah Krystal berubah seketika, yang sebelumnya menunjukkan ekspresi marah kini berbinar hendak menangis menatap Jeno.

Pria itu memperhatikan segalanya, Krystal tampak semakin kurus, rambutnya memutih banyak. Jeno mengisyaratkan agar para suster melepaskan tangan mereka dari Krystal, kemudian memeluk wanita itu dan menenangkannya.

"Jaehyun ... Jaehyun, anakku...."

"Kenapa tidak mau makan? Bagaimana kalau ibu sakit?"

"Ibu tidak mau di sini ... ibu ingin pulang, bawa aku pulang...."

"Makanlah yang banyak dan cepatlah sembuh, ibu bisa pulang kalau ibu sudah sembuh. Makan, ya? Mau aku suapi?"






——o0o——







"Apa kau yakin ingin mengudang teman-temanmu?"

"Kau tahu, aku tak bisa mengajakmu bersenang-senang dengan caraku, jadi aku perlu orang lain. Tolonglah, Jaemin, lagipula dengan begitu aku tidak perlu memaksamu untuk mengkonsumsi obat-obatan itu 'kan?"

Kini Chenle berada dalam pangkuan Jaemin. Jaemin baru saja pulang kerja, belum sempat melonggarkan dasinya, namun Chenle sudah meminta persetujuan darinya agar pemuda itu diizinkan untuk membawa teman-temannya ke acara mereka malam ini.

Bukannya Jaemin tidak mau memberi izin, tetapi ia tahu hal apa saja yang akan Chenle lakukan bersama teman-temannya, dan itu bukanlah hal yang baik, Jaemin tidak mau Chenle terus-menerus berada di lingkaran setan.

Jaemin menghembuskan nafas berat, "Sayang, bagaimana kalau kita hindari hal-hal seperti itu untuk pesta kali ini saja? Jeno juga akan berada di sini, aku takut dia tidak akan diam saja melihatmu mengkonsumsi obat-obatan itu."

Karena Jeno adalah seorang pengacara yang tidak pandang bulu, siapapun yang bersalah di matanya, Jeno akan langsung melaporkannya dan tentu saja laporan tersebut akan segera sampai di meja kejaksaan, terlebih lagi Chenle adalah seorang publik figur, berita tentangnya akan menyebar dengan cepat.

"Aku dan teman-temanku akan berada di atap, kau dan yang lainnya bersenang-senanglah di lantai bawah, lagipula ibumu dan ayah Jeno tidak akan kemari 'kan?"

"Tapi—"

"Kalau tidak boleh, aku akan membuat pestaku sendiri." Chenle hendak beranjak dari pangkuan Jaemin, namun yang lebih tua segera menahannya.

Tidak mudah membujuk Chenle yang merajuk, saat sedang berbaikan saja kadang-kadang mereka sangat sulit bertemu, apalagi kalau sedang bermusuhan, Jaemin bisa berbulan-bulan tidak bertemu dengan pemuda itu.

"Baiklah, baiklah, bawa saja temanmu kemari, tapi jangan terlalu kentara, aku tak ingin kau mendapatkan masalah."





——o0o——





"Tidak biasanya kau datang sendiri."

Alih-alih menatap Jaemin, perhatian Jeno justru teralihkan pada beberapa orang yang naik ke atas bersama Chenle, mereka juga terlihat membawa beberapa botol alkohol dan gelas, kemana mereka akan pergi? Bukankah perayaan akan dilakukan di lantai bawah?

Dan yang lebih mengejutkan adalah, tidak ada orang lain selain mereka berdua di lantai bawah. Apa-apaan ini? Pesta macam apa yang hanya dihadiri oleh dua orang sementara sisanya berpesta sendiri di atas?

"Berapa orang yang kau undang sebenarnya?" tanya Jeno, ia hanya melihat beberapa botol alkohol dengan jenis berbeda di meja ruang tamu, serta camilan dan rokok.

Padahal Jeno sudah sangat siap untuk berkenalan dengan orang baru, ia pikir ia akan bertemu dengan banyak orang hari ini, ternyata tidak, pupus sudah harapannya.

Dan kenapa Jaemin bodoh sekali? Apa pria itu tidak punya teman ataupun rekan bisnis yang bisa diundang?

"Sebenarnya aku hanya mengundang dirimu." Jaemin mengulurkan segelas alkohol pada Jeno, yang kemudian diterima oleh pria itu.

Jeno memutar gelasnya, mereka melakukan cheers lalu menenggak isinya dalam sekali teguk.

Chenle mengatakan pada Jaemin agar memberikan minuman itu pada Jeno, Jaemin tidak tahu tujuannya apa, ia juga tidak bertanya pada Chenle apa yang sudah pemuda itu masukan ke dalam minuman Jeno. Jaemin melakukan perintah Chenle tanpa pertanyaan dan tanpa protes sama sekali.

"Kalau begitu, ayo berpesta bersama Chenle dan teman-temannya saja, kenapa malah di sini?" Jeno meletakkan gelasnya ke meja, hendak menyusul namun Jaemin mencekal pergelangan tangannya.

Jika saja Jeno ke atap dan menemukan Chenle sedang melakukan sesuatu di atas, kemungkinan besar nama Jaemin juga akan terseret, dan yang paling mengerikan adalah, nama perusahaannya juga akan buruk. Kemarin saham perusahaan turun beberapa persen dan itu tidaklah sedikit, jadi Jaemin harus berhati-hati agar dirinya tidak terseret kasus ataupun skandal.

"Aku ingin bersenang-senang denganmu, tidak perlu melibatkan orang lain."

Jeno menatap Jaemin tidak percaya, lalu senyuman licik terukir di wajahnya. "Kau menganggap kekasihmu itu orang lain dan ingin bersenang-senang denganku? Apa kau tipe yang suka mencampakkan orang lain juga? Kalau begitu kita tidak ada bedanya."

Jaemin tidak merespon, ia meletakkan gelasnya, tubuhnya terasa aneh, ruangan ini terlalu panas, tetapi AC-nya menyala dengan suhu rendah, lalu kenapa rasanya panas?

"Apa Chenle memasukkan sesuatu ke dalam minumanku juga?" batinnya bertanya-tanya.

"Kau baik-baik saja?"

"Jangan mendekat...."




——o0o——





TBC

UNDRESSED || JAEMJENWo Geschichten leben. Entdecke jetzt