[2]

684 69 5
                                        

Makan malam di rumah keluarga Na dihadiri oleh Jeno dan ayahnya, Jeno juga membawa seorang pria manis untuk digandeng. Mereka sudah terbiasa melihat Jeno membawa orang asing, meskipun tak nyaman mereka tidak menegur ataupun meminta Jeno berhenti membawa orang lain yang bukan kekasihnya.

Sedangkan untuk pertama kalinya Jaemin membawa Chenle makan malam di rumah, jadwal Chenle lumayan padat, jadi sulit untuk menyesuaikannya, dan Jaemin tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Chenle sudah ke rumah beberapa kali, namun belum sempat makan malam bersama keluarganya, Jaemin menjadi bersemangat saat Chenle duduk di sebelahnya, ia bisa menggenggam tangan laki-laki itu di bawah meja.

Dan ini pertama kalinya Jeno bertemu Chenle. Melihat dari kacamata Jeno, Chenle sepertinya sangat menjaga berat badan, lemak di tubuhnya tampak sedikit, ia terlihat kurus namun bukan kurus kering, kulitnya pucat dan tampilan dari wajah itu tampak polos.

Mereka sempat bersitatap, tetapi Jeno segera melengos sebab Mark mengajaknya berbincang kecil.

Semua makanan sudah disiapkan, dimasak sendiri oleh ibu Na.

Minjeong tidak ikut, anak itu keluar bersama teman-temannya.

Mereka menunggu ayah Lee melakukan suapan pertama sebagai yang tertua, lalu ketika pria itu tersenyum dan mengangguk mempersilahkan mereka, barulah mereka mengangkat sumpit dan sendok masing-masing.

"Ayah dengar kalian memenangkan sidang hari ini. Hebat sekali, bukankah harus segera dirayakan?"

"Benar, aku membantu Jaemin dengan sangat baik," ujar Jeno, sembari sibuk memisahkan daun perilla dan memberikannya pada Mark.

Mark yang mendapatkan perlakuan seperti itu dibuat salah tingkah, ia berterimakasih pada Jeno saat pria itu menatapnya sembari tersenyum teduh.

Jaemin memandangnya geli, Jeno memperlakukan siapa saja yang ia bawa dengan cara yang sama, Jaemin sampai hafal apa yang akan Jeno lakukan selanjutnya, yaitu membuat ssam dan menyuapi Mark.

Apa Jeno tidak bosan berperilaku sama? Jaemin yang melihat saja bosan sendiri.

"Terima kasih banyak sudah membantu Jaemin, dia tidak merepotkan-mu, bukan?" ujar ibu Na sembari terkekeh kecil.

Jaemin menatapnya tak terima, "Ibu, aku membayarnya! Tidak perlu berterimakasih padanya."

"Ya, tidak perlu berterimakasih, kau 'kan tidak tahu terima kasih."

Jeno tersenyum sembari menaik-turunkan alisnya pada Jaemin, membuat pria itu kesal bukan main, lalu tatapannya beralih pada Chenle yang diam saja sembari terus memandang Jeno.

Jeno tentu saja merasa sangat senang menyadari ada satu orang lagi yang tertarik terhadapnya. Tatapan seperti itu, ia sudah biasa melihatnya, dan hal tersebut membuat Jeno sangat bangga dengan wajah yang ia miliki.

Pria itu mengedipkan satu matanya pada Chenle, setelah itu mendorong piringnya dan berdiri. "Aku ingin merokok sebentar, permisi."

Jaemin ikut berdiri, mendorong kursi ke belakang dan membuat seluruh atensi jatuh padanya. "Aku juga ingin merokok sebentar."





——o0o——



Mereka berdua merokok di atap, satu tangan Jeno mengapit nikotin di antara jari tengah dan telunjuk, menghisap dan memasukan satu tangan lainnya ke saku celana.

Jaemin baru saja menutup pintu atap, pria itu mendekat ke arah Jeno, mengambil rokok tersebut dari tangan Jeno dan menghisapnya tanpa permisi. Menurutnya, mengisap rokok orang lain terasa lebih nikmat ketimbang menyalakannya sendiri.

UNDRESSED || JAEMJENWhere stories live. Discover now