Part 2

16.4K 867 7
                                    

Champ Elysee, Paris
Beberapa orang mondar-mandir mengelilingi ruang seluas 7x7 meter yang digunakan sebagai ruang ganti sebuah acara peragaan busana tahunan. Peragaan busana ini bukanlah Paris Fashion Week yang dipenuhi oleh para perancang kelas dunia. Peragaan busana ini hanyalah peragaan busana untuk para perancang muda yang sedang mencoba meniti karier mereka. Sepuluh perancang muda ikut berpartisipasi dalam acara malam ini.

Sebagian model sedang didandani dengan baju-baju rancangan para desainer muda tersebut. Sebagian lain masih merias wajahnya. Sepuluh menit lagi acara peragaan busana resmi di buka. Kesibukan semakin bertambah guna memastikan acara ini berjalan lancar sesuai rencana.

Claire sedang memperbaiki ukuran sheath dress salah satu hasil rancangannya pada tubuh modelnya. Ia mengecilkan ukuran pinggang yang sedikit terlalu besar untuk modelnya. Ia dengan hati-hati menjahit kain satin biru itu.

"Nah sudah selesai", Claire memotong benang yang ia gunakan untuk menjahit. Ia melihat dari atas sampai bawah hasil karya didepannya.

"Sempurna", Claire meninggalkan salah satu hasil karyanya dan beralih ke model lainnya. Mereka harus tampil sempurna dalam memperagakan busana yang ia rancang. Ini pagelaran busana pertamanya, ia tak ingin terjadi kesalahan sedikit pun.

Salah satu kru memberikan arahan untuk para model keluar menuju catwalk yang sudah dipadati para pengunjung. Satu persatu model-model keluar dengan langkah pasti menuju sorotan lampu dan kamera. Mata para pengamat fashion, fashionista, maupun kaum elit semua memandang para model yang sedang melenggak-lenggokan tubuh mereka diatas panggung licin berbentuk T.

Claire mengawasi para modelnya yang sedang berbaris menunggu giliran untuk keluar dari ruang ganti. Ia meremas kedua tangannya, cemas melihat model-modelnya sudah berjalan keluar menuju panggung. Mereka bergantian memamerkan gaun musim panas rancangannya. Ia tersenyum puas ketika melihat semua pengunjung antusias melihat gaun-gaun yang sudah ia rancang khusus selama hampir setengah tahun.

Dua jam penuh para model melenggak-lenggokkan tubuhnya untuk memamerkan pakaian yang telah di rancang oleh para desainer muda. Model terakhir melakukan pose ditengah panggung. Satu persatu kesepuluh perancang keluar menuju panggung untuk menyapa para pengunjung secara langsung. Claire, salah satu dari kesepuluh orang itu melambaikan tangannya semangat ke arah pengunjung. Tepuk tangan terdengar diseluruh ruangan besar ini mengalahkan suara dentuman musik.

Para model beserta perancangnya kembali masuk ke dalam ruang ganti, menandai berakhirnya fashion show kali ini. Claire menghampiri satu persatu model yang telah menggunakan pakaiannya untuk mengucapkan terima kasih telah melakukan tugas mereka dengan baik. Lelah selama setengah tahun ini terbayar sudah dengan kesuksesan acara ini. Langkahnya untuk menjadi seorang desainer tingkat dunia selangkah lebih maju dengan suksesnya pergelaran ini. Ia menuju tumpukan pakaian yang sudah dilepaskan para modelnya, memeriksa kembali sebelum mengemasnya kembali untuk di bawa pulang.

"Congratulations Claire", seorang pria mengejutkannya dari belakang.

"Max", teriaknya mendengar suara yang begitu dikenalnya.

"Selamat atas kesuksesan pagelaran busanamu", pria bernama Max itu menyerahkan sebuket bunga mawar dan memeluk singkat Claire.

"Aku berterima kasih padamu, kau sudah banyak membantu. Dimana Madame Deluxe? Apa dia tak datang?", Claire mencari keberadaan Madame Deluxe di belakang Max.

"Ibuku menitipkan ini untukmu, dia harus pulang lebih awal karena ada rapat penting yang harus ia hadiri", Max memberikan sebuah kotak merah "Tapi tenanglah, ibuku masih sempat untuk melihat pakaian rancanganmu",

Remember Me (Pre Order NOW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang