Prolog

33.9K 1K 18
                                    

"Windsor, here", seseorang melambaikan tangan kepada pria yang baru saja masuk.
Pria itu melihatnya, ia menghampiri sekumpulan orang yang memanggilnya. Ia menyapa mereka.

"Kau sangat terlambat Aron", ucap pria di hadapannya.

Aron mengambil gelas yang berisi es batu mengisinya dengan minuman.

"Pekerjaanku tak bisa menunggu, tapi kalian bisa", dengan santai ia menyesap minumannya.

"Dasar kau workaholic. Bersenang-senanglah, perusahaan itu tak akan bangkrut meskipun kau hanya tidur-tiduran saja",

Wanita seksi disampingnya bergelayut manja. Aron melepaskan tangan wanita itu yang melekat di lengan kirinya. Meletakkannya kembali ke pangkuan sang wanita.

"Come here baby. Dia tak akan tergoda denganmu. He is gay",

"Aku bisa mendengarmu Bernard",

Mereka semua tertawa mendengarnya. Selama enam tahun mengenalnya mereka tak pernah melihatnya bermain-main dengan wanita. Yang ia lakukan hanyalah bekerja dan bekerja tanpa kenal lelah. Aron menikmati minuman ditangannya tanpa memperdulikan ejekan teman-temannya. Ia cukup nyaman dengan keadaannya saat ini.

"Aron lihatlah betapa indahnya wanita disampingku ini, apa kau tak tertarik sedikit pun?", Justin menunjukkan wanita seksi yang sejak tadi berada dipelukannya.

Aron hanya meliriknya sekilas. Ia memalingkan wajahnya kembali tak tertarik.

"Huh, dia benar-benar sudah menjadi gay", Justin mendengus. Ia kembali merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya.

"Tunggu dulu. Bukankah ada satu wanita yang dekat dengannya saat ini, Rosalie, benarkan?",

"Dia hanya temanku sekaligus sekretarisku saja",

"Tapi dia menaruh hati padamu. Tak tahukah kau?",

Aron tak menjawab pertanyaan Bernard. Ia hanya sibuk memainkan gelas ditangannya. Ia tahu Rosalie tertarik padanya sejak dulu. Hanya saja, ia masih belum bisa membalasnya. Kadang ia juga merasa bersalah padanya yang tetap setia mendampinginya selama enam tahun ini sebagai sekretaris pribadinya sekaligus teman baiknya disini.

"Nikmatilah malam kalian. Aku harus pergi dulu", pamit Aron. Ia keluar dari klub menuju mobilnya. Ia melajukan mobilnya membela malam kota Manhattan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tadaaa.... cerita ini kubuat untuk memenuhi rasa penasaran para pembaca "I'm Sorry, I Love You" yang masih merasa akhir dari cerita itu menggantung. Untuk yang belum membaca, silahkan mampir di ceritaku "I'm Sorry, I Love You" ya.
Ditunggu vote dan komennya

Remember Me (Pre Order NOW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang