Kekasih Surga

261 9 1
                                    

Setelah kejadian kemarin. Aku berusaha menjadi Kinan yang orang kenal. Yang selalu riang, gembira, dan ceria. Aku berusaha menutupi kesedihanku yang kemarin. Walaupun aku pergi kuliah dengan mata yang sembab. Aku menutupinya dengan make up. Ya, sedikit menutupi mata sembab itu.
...
Sesampainya di kampus, semua terasa berbeda. Yang biasanya duduk di taman bersama Fadil. Kini, tinggal aku sendiri. Mungkin kini tinggal Kenangan Fadil saja yang mengulang terus di otakku. Huft, Sandra nasibnya sangat baik daripada aku. Aku yang memendam cinta selama masa SMA sampai sekarang semester 5. Tak pernah sekalipun menjadi kekasih dari Fadil.
Dosenku sudah masuk ke kelas. Aku beranjak dari kursi taman, menuju ke kelas obeservasi.
...
"Anak-anak, bapak ingin kalian membuat observasi tentang banyaknya orang yang datang ke halte. Dan data nama-nama mereka yang keluar masuk bus halte".

Bukankah bus halte tempat dimana aku menunggu bus yang datang dan kembali? hahaha. bus halte sudah menjadi mainan sehari-hari aku

"Dan sertakan foto kalian bersama orang yang kalian jadikan sebagai observasi. Bisa di mengerti?
"Bisa Pak!" serentak sekelas dengan tegas.
...
Waktu pukul 14.15 wib. Perutku sudah berbunyi bedug masjid. Sudah tak bisa ditahan lagi untuk melahap sepiring Pasta dan Jus Jeruk. Akan tetapi, kantin di dekat Ruang Observasi lumayan jauh.
"Hey Kin, perut lu laper gak?" tanya Lidya
"Iya, laper banget. Makan yuk. Tapi, di sinikan jauh dari kantin?"jawabku
"Ah, tenang. Gue ajakin lo ke Kantin Sun yuk!"ajak Lidya
"Lah? Ke sana pakai apaan? Jalan kaki? Lo mau ngajakin gue joging disaat matahari menampakkan sinarnya gini? Panas ah"
"Halah, tenang. Gue kebetulan bawa mobil kok. Lo gak akan namanya terkena matahari yang menampakkan sinarnya deh. Hahaha"
...
Aku dan Lidya segera ke Kantin Sun.
Di perjalanan, tiba-tiba aku teringat saat pergi bersama Fadil untuk makan siang di Kantin Sun, usai acara seminar itu. Aku merindukan Fadil di sampingku. Aku tak tahu, Fadil sekarang berada di mana. Apakah Fadil tak mencari keberadaanku setelah aku pergi menangis karena Fadil menyatakan cintanya pada Sandra?
....
Sesampainya di Kantin Sun
....
"Mas, pesen Pasta sama Orange jusnya dua ya."
"Iya, silahkan menunggu pesanannya Mba"
"Eh, Kin, itu sahabat karib lo ke mana ya? Kok tadi gak masuk kuliah?"tanya Lidya
"Gue juga gak tau Fadil ke mana."
"Coba deh lo Whatsapp Fadil. Kalau gak di jawab coba deh Video Call"
"Paket gue habis Lid. Makanya gue gak ada mengenggam nih Iphone."
"Wifi disinikan ada Kin. Kenapa gak dimanfaatin?"
Hmm benar juga apa yang dikatakan Lidya.
Aku mencoba untuk mengirim pesan Whatsapp ke Fadil.

"Fadil, lo di mana? Kok gak masuk kuliah hari ini?"
....
Makanan pesanan kami pun datang. Akupun segera melahap.

15 menit setelah makan.
Aku mengecheck kembali Whatsapp.
Namun, Fadil tak membalasnya. Bahkan membacanya pun, tak di hiraukannya. Fadil di mana? Aku merasakan kehilangan penyemangatku untuk hari ini.
"Di bales gak Kin? Kalau gak di bales, coba Video Call"
"Gue coba ya"
Dan.... Juga sama. Fadil tak menjawab Vidoe Call. Apa yang harus aku lakukan lagi? Huft..
...

"Tiba-tiba aku menangis. Apa Fadil setelah berpacaran dengan Sandra, langsung mengganti nomornya? Tanpa memberi tahuku bahwa nomornya diganti? Siapa lagi yang harus ku hubungi? Aku mulai merasa ingin menyerah. Sudah cukup penderitaan percintaanku. Aku tak ingin memendam rasaku ini menjadi luka yang sangat perih. Aku yang bukan siapa-siapanya, bisa menangis karena cinta.

Dan akupun sudah cukup banyak berjuang untuk Fadil.

Mengapa yang banyak berjuang, tak pernah dimiliki?

Mengapa yang hanya duduk manis, semudah itu mendapatkan hatinya?

...

Merangkul HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang