GRUUKKK…suara awan bergerumuh. Hari ini sungguh macet, untungnya aku mengendarai motor. Angin berhembus, dan langit pun semakin mendung. “Sepertinya akan turun hujan” batinku.
Setelah perjalan panjang, akhirnya sampai juga..ke rumah orang tuaku.
Aku segera turun dari motor, dan merapihkan sedikit rambut.
“sayang, aku udah cantik belum?” ucap suara di samping meminta untuk diperhatikan.
Aku menoleh dan melihat suara itu, pacarku atau lebih tepatnya tunangan.
Aku menggengam tangannya “cantik banget, Yenna sayang,” ucap ku.
Yenna masih terlihat gugup, aku mengecup kening nya “tenang ya sayang, kamu kan udah sering ketemu orang tua aku,”
Dia menghela napas, dan tersenyum. Aku dan Yenna masuk kedalam rumah, orang tuaku menyambut kami berdua dengan hangat.
“Akhirnya sampe juga, capek ngga?” ucap ibu. Ibu langsung menarik lengan Yenna agar duduk disebelahnya. Yenna bagaikan putri yang dimanja, orang tuaku sangat sayang kepada Yenna bahkan lebih dari aku. Sedih sih tapi asal cantikku bahagia, ngga apa-apa deh.
Orang tua ku dan Yenna sangat akrab, mereka berbincang selama berjam-jam. Aku berbisik disamping telinga Yenna “cieee akrab banget nih” bisikan ku direspon dengan cubitan kecil oleh Yenna. Aku hanya terkekeh melihat respon dia. Pertemuan ini berjalan dengan baik, tak terasa sekarang matahari telah terbenam dan sekarang waktunya berpamitan.
“Yenna pamit dulu ya, pak, bu.”
“Iya cantik, hati-hati yaa”
Aku salim kepada orang tuaku, “Raka pamit pulang dulu ya,bapak, ibu” ucap ku.
Bapak hanya mengusap kedua tangan kami, kami pun segera bergegas untuk berangkat. Selama dijalan Yenna hanya diam sambil meremas baju dengan kuat, entah apa yang sedang dia pikirkan. Mata nya terlihat kosong dan tidak ada satu pun cahaya di mata nya.
Akhirnya sampai ketujuan, bukan kerumahnya Yenna tapi hanya didepan gangnya saja. Yenna selalu tidak mau aku antar sampai depan rumahnya. Yenna turun dan melepaskan helmnya, dia terlihat tergesa-gesa “udah yaa, dadah sayangg” ucap Yenna. Sebelum dia sempat pergi, aku menggenggam lengannya dan menarik secara perlahan.
“kenapa sih? buru-buru banget deh” ucapku. Aku menatap Yenna dengan mata memelas. Yenna hanya menghela napas “aku harus pulang sekarang, sayang” ucap Yenna, tangan Yenna perlahan mengusap kedua pipiku. Aku melihat mata dia, matanya sungguh indah dan misterius. “kamu..ada sesuatu yang disembunyikan dariku ya?” ceplosku. Aku terkaget mendengar pertanyaan ku barusan karena ku kira aku berbicara dalam hati, dan yang lebih mengejutkan ku adalah ekspresi Yenna. Dia terlihat terkejut dan takut. Yenna langsung mengambil kembali lengannya, dia langsung berbalik badan untuk pergi. Aku dengan panic langsung bergegas menggengam lengan Yenna, mencegahnya untuk pergi. Yenna terus menerus menggerakan tangannya, meminta untuk dilepas.
“lepas Raka.” Ucap Yenna.
Aku tidak melepaskannya, malah makin kencang genggamannya.
“maaf Yen, tapi masa karena ceplosan gitu kamu mau ngambek, Yen?” ucap ku.
Yenna ngga menjawab, ia tetap mencoba untuk melepaskan genggaman tangan.
“Yenna, kamu beneran ada yang dusembunyikan dariku?” tanya ku.
Yenna akhirnya diam, tapi dia masih tidak mau berbalik kepadaku.
“Yenna.” sentak ku. Aku tidak sengaja menaikkan nada.
Yenna perlahan membuka mulutnya, “Aku sebenarnya wanita yang pernah terikat dalam pernikahan, namun pernikahan tersebut sudah selesai.”
Aku terkejut mendengarkannya, perlahan genggaman tangan melemah hingga akhirnya terlepas. Yenna akhirnya berbalik pada kepadaku, aku bisa wajah dia yang basah karena air mata.
Aku hanya bisa memijat pelan pelipisku, aku tidak bisa berbicara apa-apa.
“aku juga punya 2 anak,” ucap Yenna. Rasanya seperti ada panah yang menusuk ku.
Aku perlahan meraih lengan Yenna, “sayang, kamu cuman bercanda kan?” ucap ku.
Yenna menggeleng, dia melihatku dengan matanya indah dan..jujur.
Aku mendongkak kelangit, menyembunyikan kekecewaan dimataku. Rasanya aku dikelabui, rasanya aku dibohongi. Tiba-tiba, aku merasakan ujung bajuku ditarik. Aku kembali menghadap ke Yenna. “apa lagi yang dia mau katakan sih?” batinku
Yenna membuka mulutnya, dia mengatakan sesuatu tapi aku ngga bisa mendengarnya. Entah kenapa tiba-tiba semua tidak bersuara, aku memerhatikan mulut Yenna yang bergerak. Perlahan terdengar dan yang terdengar hanyalah..
TRINGGG.. TRINGGG.. BANGUNN.. UDAH PAGI…
Aku langsung membuka mataku, dan langsung mencari sumber suara. Ah,ternyata suara alarmku. Aku perlahan meraih alarm dan mematikannya, aku perlahan bangun dari kasur. Aku melihat sekitar ruangan dan menghela napas. Sudah 5 tahun semenjak aku dan Yenna membatalkan tunangan dan dia mengaku sebenarnya. Tapi rasanya untukku baru kemarin, aku masih dihantui oleh rasa kecewa dan marah pada hari itu.
TING! Suara notifikasi pesan. Aku mengambil handphone untuk melihat pesan tersebut.
"Oy Raka, masih lama kagak? Ini anak magang udah dateng nih" Isi pesan itu.
Ternyata dari Bima, salah satu rekan kerja ku. "Oh iya, sekarang ada magang ya" gumam ku. Aku mulai mengetik balasan pesan. belum sempat kukirim, Bima sudah menelepon.
Aku menghela napas sebelum menerima telepon masuk itu.
"Halo bim" ucap ku datar.
"Oy, bales pesan gw dong. Masih lama kagak lu dateng nya?" ucap Bima di sebrang telepon.
"Kagak, ini mau jalan kok" ucap ku sambil mengambil handuk.
"Oh iya? jalan kemana tuh?"
"Ke kamar mandi hehe" aku segera berjalan ke kamar mandi.
"Kocak lu, buruan ah."
TUT!.. telepon pun dimatikan sepihak oleh Bima.
Aku langsung melemparkan handphone ke kasur dan berlari ke kamar mandi.
Sudah 15 menit berlalu, dan aku sudah siap berangkat.
Aku menyalakan motor dan pergi ke kantor.
30 menit di perjalanan yang sangat panas dan ramai, dan akhirnya aku pun sampai di kantor.
Aku segera berlari kecil ke lift, dan mulai masuk ke dalam lift tersebut.
Aku menekan lantai nomor 5.tempat ku bekerja, divisi marketing.
Tepat sebelum pintu lift tertutup, ada seorang perempuan yang berlari
"TUNGGU, JANGAN DITUTUP DULU LIFT NYA" teriak perempuan itu sambil melambaikan tangannya.
Aku pun langsung menahan pintu lift. Perempuan itu akhirnya masuk ke dalam lift, dia langsung terengah-engah.
"Terima kasih kak" kata perempuan itusambil mengatur napasnya.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum mendengar itu.
Perempuan itu menekan tombol tutup pintu, dan pintu lift pun tertutup.
Suasana nya sangat hening dan damai.
Aku sekali-kali melirik ke arah perempuan itu.
Dia memiliki wangi parfum yang sama dengan Yenna, wangi yang manis.
“Oh, gaya rambut juga sama seperti Yenna” batin ku.
Gaya rambut dia panjang sepinggang.
Aku ingin terus memperhatikan wajah nya dengan seksama, jadi aku memperhatikan bayangan kaca pintu lift.
Setelah ku perhatikan, dia juga punya bulu mata yang letik, seperti Yenna. Kaki dia juga pendek seperti Yenna. "Kok bisa dia mirip sekali dengan Yenna ya?" batinku.
TING!.. pintu lift pun terbuka, perempuan itu keluar dilantai 2. Sebelum keluar perempuan itu tersenyum dengan lembut kepada ku, dan akhirnya pergi.
Perlahan pintu lift tertutup, dan mulai naik keatas.
TING!.. pintu lift kembali terbuka di lantai 5, aku langsung keluar dari lift dan pergi ke divisi marketing.
Aku duduk di tempat ku, dan mulai membuka laptop ku. Aku mulai mengerjakan semua tugas yang menunggu ku.
Baru 5 menit aku fokus, tiba-tiba Bima menelepon ku. dengan berat hati, aku pun menerima panggilan Bima.
"Apaan?" ucap ku dengan ketus.
"Lu dimana njir? Katanya udah berangkat??" ucap Bima.
"Ya emang udah, gw malah udah sampe."
"Lah kocak, sini ke kantin. Ini anak magangnya loh, urusin."
"Lah, kenapa gw dah?"
"KAN LU MENTOR NYA ANJIRR"
"OH IYA COK, LUPA"
Aku pun langsung berdiri, terkejut.
Aku langsung lari ke arah lift, dan mulai menekan nomor lantai 2.
Selama di lift, aku gelisah. aku terus menghentak kan kaki ku perlahan menunggu lift sampai.
TING! akhirnya pintu lift terbuka.
Aku langsung keluar dan berlari ke arah kantin.
Dikantin, aku sudah melihat Bima dan 4 orang berbaju putih hitam.
Aku sampai disamping Bima, aku perlahan mengatur napas ku sebelum berbicara.
Bima hanya menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.
"Semuanya, kenalin ini Raka yang akan jadi mentor kalian" ucap Bima sambil memukul punggung ku.
Aku hanya meringis kesakitan dan menatap sinis ke Bima.
Aku berdehem sebelum berbicara.
"Halo semuanya. seperti yang Bima bilang, saya Raka dan saya yang akan jadi mentor selama kalian magang di sini. Jangan sungkan bertanya, atau minta tolong kepada saya yaa."
Ucap ku dengan ramah dan tersenyum lembut.
Mereka semua hanya mengangguk. Aku memperlihatkan satu persatu, dan aku tersadar ada satu muka yang tak asing.
"Oh, itu perempuan yang mirip Yenna." batin ku. Ternyata dia anak magang toh. Semakin ku perhatikan, semakin mirip dia dengan Yenna.
Aku menepuk tangan ku.
"Oke, mari kita perkenalkan terlebih dahulu." ucap ku tersenyum.
Mata ku melirik ke perempuan yang mirip Yenna.
"Dimulai dari kamu ya." kata ku sambil menunjuk kepada perempuan itu.
YOU ARE READING
PHANTOM
Mystery / ThrillerLara percaya bahwa cinta bisa menyembuhkan luka. Tapi bagaimana jika cinta itu datang dengan wajah yang bukan untuknya? Dalam pernikahan yang awalnya manis, Lara perlahan kehilangan dirinya sendiri. Saat realita mulai retak, ia harus memilih: bertah...
