The Cunning Liem

191 13 21
                                    

Gate of Uq

G.O.U ©TH. Aui

Chapter 2 – The Cunning Liem

Southern District

Alegrossa – Suburban Hotel, Tremont Del Hotel

Pukul 14.33

"Dan... apa yang sedang kita lakukan di sini?" lemparan pertanyaan Liem membuat Neo yang berdiri di sampingnya berkilat penuh ambisi. Neo menarik napas satu kepulan penuh lalu mulai mengurai alasan kenapa dia memilih hotel jelek yang tak mungkin dilirik orang ini untuk tempat singgah mereka sementara Liem hanya mendengar penjelasan satu pihak Neo dengan gamang. "Jadi, alasan kenapa kau memilih tempat ini karena tempat ini murah dan jarang dikunjungi orang?"

"Ya!" jawaban spontan Neo membuat darah Liem naik sampai ke ubun-ubunnya. Keliman jas hitamnya berjumbai dibebat udara siang ketika tangan kanannya mengempas ke udara dengan cepat. Ia kesal, dan Neo tampak tak peduli. Dengan langkah ringan ia mengayunkan kakinya menjajaki pintu penyambutan hotel yang hanya terbuat dari kayu kualitas rendah yang sudah lapuk.

"Permisi..." tak ada pilihan lain lagi bagi Liem selain mengikuti Neo masuk ke dalam lobby hotel tua itu. Neo beberapa kali menjulurkan kepalanya ke berbagai pintu-pintu terbuka di ruangan itu, berkali-kali pula ia memanggil-manggil pegawai hotel, namun butuh waktu lebih dari lima menit hingga seorang lelaki berusia di penghujung 20 tahunan untuk menampakkan diri di depan mereka.

"Oh! Silahkan, silahkan," mata lelaki itu berkumpar penuh cahaya tatkala atensinya menangkap dua remaja dengan bonggolan beberapa tas berdiri diam di dalam lobby hotelnya. "Anda berdua mau menginap di sini?" bibirnya melengkung membentuk sebuah tanda epsilon yang tak urung lindap dalam beberapa menit ke depan.

"Ya, pak. Ada kamar kosong?" Liem menatap Neo dengan tatapan—oh, crap. Basa-basimu benar-benar basi, Neo. Tentu saja di sini kamar kosong menjadi sebuah komoditi yang tak mungkin tak ada. Ini hotel tua dan murah yang berada di lokasi terjauh dari tempat wisata hingga jarang disambangi orang 'kan? Ingatkan aku jika aku salah.

"Ada, Anda berdua ingin kamar yang seperti apa?" lelaki itu membungkukan badannya beberapa kali seraya mengumparkan senyum yang setidaknya ia buat agar terlihat sangat bersahabat.

"Kami ingin satu kamar yang berisi dua ranjang dengan jendela yang menghadap ke jalan. Oh, dan kalau bisa..." Neo mendekat ke arah pegawai hotel itu, mengecilkan suaranya dan memicingkan matanya, ia berbuat seolah-olah akan mengatakan sesuatu yang teramat rahasia hingga pegawai hotel itu pun mengikuti tindak-tanduknya. "Kami ingin kamar tanpa tetangga. Orang ini," dengan sangat hati-hati Neo menunjuk ke arah Liem, "dia sangat sensitif, dan emosinya masih labil. Lingkungannya yang membuat ia menjadi seorang yang mudah stres dan depresi. Lebih baik tidak ada orang di sekitar kami agar tamu lain tidak terganggu oleh dia," alis Liem saling bertemu ketika mendengar bisikan Neo yang samar-samar, sementara pegawai hotel itu mengangguk-angguk mengerti.

"Oi, apa yang kalian bicarakan?"

"Bukan apa-apa," cengiran polos Neo membuat alis Liem semakin mengkerut. Ia tahu Neo sedang membuat alasan yang macam-macam tentang dirinya.

"Silahkan, Tuan. Silahkan," pegawai hotel itu mengusung langkah dengan semangat, ia bergegas ke balik meja pelayanan lalu mulai membuka-buka buku tamu. "Pemesanan atas nama siapa, Tuan?" dengan cekatan ia mengambil sebuah bolpoin yang tergolek di samping buku tamu, lalu mulai menulis tanggal hari itu.

"Atas nama Can," jawab Neo spontan.

"Mohon kartu identitas Anda," si pegawai menatap Neo, wajahnya masih memancarkan aura ramah dan bersahabat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

G.O.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang