happy reading~~
°°°°°°
Punya saudara kembar tiga itu katanya lucu. Unik. Kompak.
Kata orang.
Tapi buat Jayen, Keano, dan Sion? Punya dua versi lain dari diri sendiri tuh… capek. Serius.
Tiap pagi di rumah mereka bukan lagi soal sarapan tenang, tapi lebih mirip siaran langsung kerusuhan lokal.
Suara wajan jatuh. Panci kemasukan mi instan mentah.
Dan suara Jayen yang udah mulai membentak dari lantai atas,
"SIAPA YANG NGAMBIL SERAGAM GUE?!"
Keano cuma nyengir dari dapur sambil ngebalik telur yang gosong separuh, “Aku cuma pinjem kok. Udah dicuci juga—kayaknya.”
Sementara itu, si Sion duduk anteng di meja makan, nyeruput susu sambil buka ponsel, lalu dengan datar nyeletuk,
"Lucu juga sih kamu marah-marah kayak gitu... kayak singa kekurangan tidur."
Jayen melemparkan pandangan maut ke Sion . Keano nyengir makin lebar. Dan Sion? Masih asyik scroll ponsel kayak nggak terjadi apa-apa.
Begitulah pagi mereka.
Setiap hari, tanpa keributan, selalu dimulai dengan keributan. Tapi bagi Mama dan Papa, itu bukan keributan... itu rutinitas.
Mama—yang sudah ahli menyelamatkan telur gosong jadi omelet dadakan—muncul dari dapur dengan celemek penuh tepung dan wajah penuh senyum lelah.
“Udah-udah, jangan berantem dulu. Jayen, itu seragam kamu dicuci kemarin, Mama yang nyetrika kok. Tenang, masih utuh.”
Dia lalu menoleh ke Keano yang sekarang sibuk ngatur plating sarapannya sendiri,
“Dan kamu, tolong jangan eksperimen masakan tiap pagi. Kasian kompor Mama.”
Papa muncul belakangan, lengkap dengan rambut acak-acakan dan koran setengah kebuka di tangan.
Dia cuma menguap lebar, lalu duduk dan berkata santai,
“Pagi, pasukan perang. Mana kopi Papa?”
Mereka semua udah kebal. Kebal dengan keributan, saling sindir, dan teriakan pagi. Tapi justru di situlah rasa ‘rumah’ itu hidup.
Mereka bukan keluarga sempurna. Bahkan jauh dari kata rapi dan harmonis. Tapi mereka nyata.
Jayen yang emosian tapi sebenernya paling peduli.
Keano yang kalem tapi isi otaknya random kayak game tanpa aturan.
Sion yang kelihatan cuek tapi sekali bicara, efeknya kayak bom waktu.
Dan di balik semua itu, ada Mama dan Papa yang selalu jadi penyeimbang.
Yang selalu ada di tengah keributan, jadi penampung emosi, sekaligus tempat pulang yang diam-diam menghangatkan segalanya.
Kadang mereka bertengkar hebat. Kadang saling ngambek seminggu penuh.
Tapi ada satu hal yang nggak pernah berubah:
Mereka tetap satu. Tetap pulang ke meja makan yang sama. Tetap tertawa dalam kekacauan. Dan tetap saling miliki, meski kadang nggak diungkapkan dengan kata-kata.
Karena di keluarga ini, cinta itu nggak selalu manis. Tapi selalu ada.
----
tes ombak dulu~~
tangan ku gatel pengen publish cerita ini padahal cerita yg satunya blm end😭, tapi gk pp lh pengen banget ni tangan nge publish cerita ini.
kalau kalian berminat komen lanjut yaa.
jangan lupa vote and komen guys❤️❤️.
TBC...??
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝑯𝑬 𝑻𝑹𝑰𝑷𝑳𝑬𝑻𝑺 🦅🐧🐶
RandomTiga saudara kembar, tiga kepribadian berbeda, satu rumah yang selalu dipenuhi tawa. Jayen si emosian, Keano kalem tapi otaknya suka miring dikit, dan Sion? Diam-diam biang emosi semua orang. jayen bilang: Tinggal bareng mereka tuh bukan hidup... ta...
