prolog

20 3 0
                                        

Ruang gelap yang hanya di sorot satu cahaya yang mengarah kesatu tempat, beberapa profesor terlatih di agen itu terlihat sedang melakukan penelitian, hanya ada satu orang (tak) biasa yang ada di situ, duduk diam di ikat pergelangan tangannya. 

"Sudah siap?" Tanya salah seorang profesor wanita yang ada disitu. Tak ada jawaban, hanya anggukan pelan.

Wanita itu mulai memberi aba-aba kepada profesor lain, beberapa memakai visor dan beberapa memegangi lelaki yang duduk itu, salah seorang dari kumpulan profesor itu membawa alat pemindai otak dan mulai memasangkannya ke kepala lelaki itu, perlahan lahan semua manusia yang ada di situ mundur perlahan. Profesor wanita itu mulai menekan tombol yang menyambung pada aliran listrik alat itu.

"AKH!!"

Teriak histeris lelaki itu terus memberontak, alat itu mulai menguasai otaknya, layar yang menyambung pada alat itu menunjukan satu kejadian yang akan terjadi pada masa depan.

Sebuah kehancuran di masa depan yang akan melanda agen mereka, tidak, bukan hanya agen, tapi seluruh dunia akan terdampak dengan peperangan itu.

"ELto-O.." geram wanita itu, ia mulai membuka jasnya dan meninggalkan ruangan membawa catatan yang ia bawa untuk mencatat apa saja yang terjadi. Jalannya yang tegas melangkah keruangan petinggi.

Wanita itu melewati penjaga, bahkan penjaga-penjaga itu segan untuk bergerak melihat raut muka wanita itu.

"Permisi komandan" masuknya kedalam ruangan petinggi agen TAPOPS, ia memberi hormat untuk penghormatan yang tinggi pada komandan di sana. Ia menaruh dokumen-dokumen dan catatan yang ia bawa.

"Sistem otaknya memindai jika di masa yang akan datang akan terjadi kehancuran besar bagi bumi ini, akibat dari agen ELto-O yang menyerang tanpa sebab" jelas wanita itu sambil memberikan dokumen itu kepada komandannya.

"Yaya. Berikan tugas ini kepada 6 Agen pelaksana lanjutan" ucap komandan yang membuat Yaya tak yakin dengan ucapan komandan.

"Tapi komandan-" tak sempat Yaya menyelesaikan perkataannya, komandan langsung menyela

"Yaya." Panggil komandan dengan kasar membuat Yaya tak berani membantah, ia menunduk sebagai tanda mengiyakan. Ia langsung keluar dari ruangan.

Prolog end.

...

Hold on tight - AgentWhere stories live. Discover now