Sweet Enemy Novel Edition Part 3, Part 4

109K 4.3K 107
                                    

by Santhy Agatha

twitter : @santhy_Agustina

email : demondevile@gmail.com

blog : www.anakcantikspot.blogspot.com

Fanpage Facebook : santhy agatha

Mimpi adalah manifestasi dari kenangan yang terlupakan di masa lalu.

 

3

Tidurnya begitu lelap. Davin menggumam dalam hati. Duduk di tepi ranjang dan mengamati Keyna. Dan dia nampak begitu polos, seperti anak kecil.  Lelaki itu lalu mengangkat alisnya dan mengalihkan pandangannya ke bagian bawah tubuhnya dengan kesal.

Kalau memang baginya Keyna seperti anak kecil, kenapa dia bisa terangsang seperti ini?

Davin menatap Keyna lagi dan menggeram kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Terlalu berbahaya berada di sini. Dia takut lupa diri dan menyerang Keyna dalam tidurnya. Lalu menyesalinya. Dengan hati-hati, dilepaskannya pegangan jemari Keyna di jemarinya, dan berdiri dari ranjang. Dia lalu membungkuk untuk menyelimuti Keyna. Wajah Keyna begitu dekat dengannya, napasnya berembus ringan dan teratur. Dan Davin tidak dapat menahan diri. Dikecupnya bibir Keyna lembut. Sebelum kemudian melangkah pergi, meninggalkan kamar itu, meninggalkan Keyna yang masih tertidur pulas.

♠♠♠

Pagi harinya Keyna terbangun dengan kepala pening. Hujan sudah reda, tetapi masih menyisakan rintikannya yang membuat pagi hari ini gelap dan berkabut.

Setidaknya sudah tidak ada guntur...

Keyna terduduk dan menyadari selimutnya melorot ke pinggang. Dia meraih selimut itu dan menaikkannya lagi ke dadanya karena hawa dingin langsung menyengatnya. Selimut itu tadinya terpasang rapi di tubuhnya. Siapa yang telah menyelimutinya ketika tidur.Ingatan Keyna berputar, dan kemudian pipinya langsung terasa panas ketika mengingat kejadian kemarin malam, ketika dia menghambur ke dalam pelukan Davin tanpa malu. 

Oh ya ampun! Dengan begitu saja dia memeluk Davin Jonathan yang sangat angkuh dan terkenal galak itu - meski sekarang Davin tidak pernah bersikap buruk padanya, tetap saja image itu melekat pada pembawaannya - Dan anehnya, Davin tidak menolaknya. Dia sangat ingat bahwa Davin membalas pelukannya, menenangkannya, membawanya kembali ke ranjang dengan lembut dan menemaninya sampai dia tertidur…

Kenapa Davin begitu baik kepadanya?

♠♠♠

“Kau takut dengan petir?” Sefrina menatap Keyna sambil tersenyum geli, dia lalu menyesap cangkir cokelatnya berusaha menyembunyikan tawanya, “Keyna, hanya anak kecil yang takut dengan petir.”

“Yah, aku sebenarnya malu dengan ketakutan tidak wajarku itu.” Keyna tersenyum sambil menatap perempuan cantik di depannya. Oh astaga, Sefrina memang benar-benar cantik. Kulitnya memang agak pucat, tetapi Sefrina pernah cerita bahwa dia menderita sakit yang lama sehingga harus terus di dalam rumah. “Sepertinya aku punya trauma masa lalu di waktu kecil.”

“Trauma apa?” Sefrina menyipitkan matanya dan meletakkan cangkirnya di meja. Mereka berdua sedang duduk di Garden Cafe pagi itu, kebetulan dosen memundurkan waktu kuliah agak siang karena ada acara wisuda, jadi sambil menunggu jam kuliah, Keyna mengajak Sefrina ke Garden Cafe yang biasa dia kunjungi setiap pagi… Sefrina ternyata penggemar kopi, katanya kopi bisa membuatnya lebih segar menghadapi hari.

“Entahlah…” Keyna berusaha mengingat-ingat, “Aku dulu sering bermimpi. Hujan badai, petir, dan teriakan-teriakan keras… Aku bersembunyi di lemari ketakutan…” Keyna menarik napas karena usahanya mengingat itu membuat kepalanya sakit, “Aku tidak tahu apakah itu mimpi atau kenyataan. yang pasti aku selalu mengasosiasikan hujan petir dengan rasa takut yang amat sangat.”

Sweet Enemy - Grey Morning [ colorful of love ] NOVEL EDITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang