Prolog

11 6 0
                                        

"tolong kembali blade... aku masih butuh kamu." rintih seorang lelaki yang merupakan mantan wanita bernama blade itu.

"raina adalah kebahagiaan kamu sean, kamu cinta dia lebih dari aku." gadis itu menggeleng tak setuju dengan ungkapan lelaki yang berdiri tak jauh darinya.

"aku nyesel." mendengar ungkapan lelaki yang ada di hadapannya itu, blade bergeleng cepat.

"kamu masih punya dia, orang yang selalu nomor satu di hati dan pikiran kamu. walaupun gaada aku tapi ada dia." nafas blade menderu, air mata nya mulai mengalir deras.

~~~
"ze...aku butuh kamu untuk ke London sekarang, guards lagi diguncang masalah besar." brenden sang wakil memohon dari sebrang sambungan telfon.

"aku percaya kamu bisa urus itu tanpa bantuan aku, tolong... aku baru nyampe di Indonesia." tolak gadis yang bernama zealea illysia bendert, yang merupakan ketua nya.

tanpa mendengar kalimat berikutnya dari lawan bicara, Zea secara sepihak memutuskan sambungan telfonnya. tentu dengan perasaan kesal tapi juga bahagia, ia kesal karna baru tiba di negara tercinta sudah dimintai untuk kembali ke negara asing yang baru ia kenal saat berumur 17 tahun. sedangkan perasaan bahagia timbul karna melihat beberapa temannya menjemput secara heboh dan lebay.

"zealea... zealea... zealeaaaaa..." tangan zea dengan cepat menutupi bibir karla sang sekertaris.

"shit, bisa diem ga lo? malu woy, baru juga gue nyampe. harga diri gue langsung anjlok." zealea tersipu malu. di satu sisi dia senang karna sikap temannya tak berubah, di sisi lain ia malu, karna hampir semua mata melirik pada nya.

"abaikan aja tatapan itu, palingan mereka juga kaget karna kamu pulang ke Indonesia tapi gaada kabar di XoXo." ujar seseorang yang berdiri sejajar dengan karla.

"ya bener si, tapi... okedeh." kali ini zea tak banyak omong. sebab orang itu adalah wakil ketua di kelompoknya, bukan cuma itu sih. dia juga sepupu jauh zealea, sean Andreas rabimantara namanya.

"sini koper nya buketu." jowin yang juga berada disana mengambil alih koper besar yang sedari tadi berada dalam genggaman sang ketua.

mereka berjalan menyusuri lorong bandara menuju parkiran. "gimana disana?" tanya sean.

"cukup berat, aku lebih senang ngurusin perusahaan sama kalian dari pada sama mereka. segalanya terlalu bergantung pada ku disana." jawab zea. sebenarnya ia tak tega harus meninggalkan kelompoknya yang ada di London, tapi ia juga lelah, bekerja selama setahun hanya dirinya dan beberapa orang dari sana saja yang mampu.

tak ada jawaban lagi. mereka tiba di parkiran, terlihat dua buah mobil sport terparkir paling gagah diantara mobil lainnya. "waw... mobil baru?" tanya zea sambil memperhatikan setiap detail kinclong kedua mobil dihadapannya.

"hehe... engga kok ze, ya baru seminggu sih tapi ga termasuk baru dong ya?" jowin menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan senyum panik.

"itu termasuk baru jowiii." sambut karla dengan sebuah pukulan melayang dikepala jowin.

"gue yang bawa ya." dengan girang, zea langsung duduk di bangku supir. bahkan kuncinya pun belum diberikan.

mobil yang dinaiki adalah milik jowin, hanya muat untuk dua orang. begitupun mobil disebelahnya yang merupakan milik sean. "keluar." sean membuka pintu supir yang sudah diisi oleh zea.

"aku mau cobain sean, masa mobil baru ga bilang-bilang." zea merengek layaknya seorang anak kecil yang dilarang memainkan sebuah mainan.

"turun Zea, kamu sama aku." perintah sean, kali ini dengan nada dingin.

"udah sean, kamu sama aku aja." terpantau karla sudah berdiri di samping pintu penumpang pada mobil sean.

"gak, cuma zea yang berhak." sean menolak, kali ini tatapan marah pada karla terlihat jelas.

"iyadeh, ze... turunlah, jangan mempersulit gue. yakali gue harus naik taxxi." karla berjalan menjauh dari mobil sean.

ketiganya ribut soal mobil, sedangkan jowin hanya diam. tak ada yang bisa ia lakukan, jika menyuruh Zea keluar nanti dirinya lah yang akan terkena amukan dan takut akan diberikan banyak tugas. tapi jika tak mendukung sean, jowin terlalu takut dengan tatapan amarah sean yang begitu mencekam. ia memilih diam tak bersuara daripada terkena batu.

ZEALEADonde viven las historias. Descúbrelo ahora